12/13/2017

MINGGU BERSAMA BAPAK T. BACHTIAR

Jelajahilah alam selama bumi masih berputar
Cinderamata dari Komunitas Herritage Lover
                 Judulnya mirip-mirip sebuah film yah ? Tapi dari sekian judul yang sudah dirumuskan, nama ini yang paling pas untuk tulisan santai kami bersama tokoh Bandung ini.
                Siapa yang tak kenal dengan tokoh geografi ini ? Namanya sudah menyebar ke seantero jagat, apalagi kalau berbicara tentang Bandung Purba. Salah satu buku tentang catatan perjalanan beliau dengan sang istri tercinta.  Selain menulis,  beliau juga aktif di bidang pendidikan, lingkungan dan budaya. Sekitar tahun 2015, Pak Bachtiar ini mendapatkan Anugrah Budaya Kota Bandung.




Biografi Singkat
                Pakar di bidang geografi ini bernama lengkap Titi Bachtiar. Beliau  asli dari Pameungpeuk Garut. Beliau hijrah ke Bandung untuk melanjutkan sekolah ke SPGN V Bandung. Sekitar tahun 1974. Atas jasa kakaknya, beliau bisa bersekolah dengan baik. ( salam baktos yah untuk kakaknya pak Bactiar ).
                Selang  beberapa  waktu setelah itu, beliau kuliah di IKIP Bandung, sekarang berganti nama menjadi UPI. Ada cerita yang menarik di sini. Sama seperti saya dulu, bingung memilih jurusan yang paling tepat untuk kuliah. Waktu itu, saya  disarankan oleh ua - yang kebetulan sudah menjadi guru - untuk mengambil jurusan yang jam pelajarannya banyak, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika. Mengapa ? Supaya tidak memeriksa hasil ulangan seluruh kelas. Karena yang hanya  dua  jam pelajaran seperti Seni Rupa akan memegang  kelas yang banyak. Biasanya seluruh satu tingkat dipegang oleh satu guru, misalnya guru seni rupa kelas 9. Misalnya bu Tintin, akan memegang 10 kelas kelas 9, dengan jumlah siswa sekitar 40 anak. Berapa tugas atau ulangan yang harus diperiksa dalam waktu sesingkat-singkatnya ? Apalagi zaman dulu masih memeriksa secara manual.  Eh, zaman sekarangpun, kalau bukan soal pilihan ganda, tetap manual.
Nah, pak Bachtiar ini ditanya oleh kakaknya, “Pelajaran apa yang paling kau sukai ?”
“Ilmu Bumi,” jawab Pak Bachtiar.
                Dari jawaban itulah, maka pak Bachtiar akhirnya memilih jurusan Geografi. Inilah awal karir beliau.
Selama menjadi mahasiswa, beliau aktif berorganisasi. Beliau menjadi Ketua Hima. Di sinilah, keterampilan menulisnya mulai diasah. Organisasi yang dipimpinnya itu menerbitkan satu majalah khusus.
                Beliau mengaku bahwa selama bersekolah dulu, menulis itu sangat tidak bisa. Membuat satu kalimatpun butuh perjuangan. Namun, dengan latihan yang terus menerus, akhirnya beliau bisa membuat buku, Bandung Purba salah satunya. Buku ini ditulisnya bersama sang istri, ibu Dewi Syafriani. Ehm, Pak Bachtiar bertemu dengan  istrinya ini ketika kuliah, sekitar tahun 1979. Ibu Dewi adalah adik kelasnya. Hmmm… Kampus Biru yah.

Pak Bachtiar dan Ibu Dewi

                Setelah lulus, kemudian beliau menjadi dosen Uninus untuk mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Setelah itu, beliau mendapatkan pelatihan kewiraan selama tiga bulan di Jakarta. Belaiu adalah orang sipil pertama yang mendapatkan pembekalan tersebut. Setelah selesai pelatihan, beliaupun menambah mata kuliah Kewiraan sebagai tugasnya.

Tentang Menulis
Alah bisa karena biasa.
Dari obrolan pagi itu, saya semakin meyakini bahwa menulis itu adalah sebuah keterampilan. Kita tak perlu bakat menulis. Semua orang bisa menulis. Benar kata teh Indari Mastuti  kala itu, kunci menulis adalah 3 M. Menulis. Menulis. Dan Menulis. Ini berarti bahwa kemampuan menulis akan tumbuh dengan latihan dan latihan terus.
Demikian pula dengan pak Bachtiar. Beliau yang dulu sangat kesusahan untuk membuat sebuah kalimat. Sekarang,  bisa menulis banyak artikel dan buku. Saya sering membaca artikelnya di koran Pikiran Rakyat ( PR ). Sssttt….  Oh, ya dalam minggu ini tulisannya bakal muncul lagi nih di PR. Siap-siap hunting ah
Satu hal yang menarik dari kekuatan tulisan  pak Bachtiar ini adalah fakta dan data. Hmmm… jadi inget pembelajaran menulis  di FFB.
 Untuk membuat sebuah tulisan, beliau akan mencari data dan fakta sebanyak mungkin. Data dan fakta tersebut, beliau tulis dalam sebuah buku kecil. Dari sanalah, beliau akan menyusun dan membuat tulisan tentang sesuatu.
Data dan fakta tersebut, beliau dapatkan dari kegiatan membaca. Kemudian terjun ke lapangan. Jalan-jalan. Selama perjalanan ke berbagai tempat ini, beliau akan selalu mengobservasi. Mengamati. Teori yang ada di buku akan dicari kebenarannya ataupun pengembangannya di lapangan. Apa fakta dan data di balik itu semua ? Selain membaca, fakta dan data itu beliau dapatkan dengan cara  mewawancarai masyarakat setempat. Dari pengetahuan merekalah, beliau bisa mendapatkan informasi terbaru yang nyata dan akurat. Contohnya tentang aliran sungai Citarum.  Inilah makna dan tujuan lain dari sebuah perjalanan.

Belajar tentang fakta dan data

 Inilah kesimpulan saya tentang  pola atau alur menulis beliau.
 Studi Pustaka  à Jalan-jalan  à Observasi  à Menulis
                  Kemampuan menulisnya itu diapresiasi oleh Honda. Suatu saat, beliau mengikuti lomba yang diadakan oleh perusahaan otomotif tersebut. Semua data yang beliau miliki dikirimkannya untuk melengkapi tulisan yang diikutsertakan dalam lomba. Alhamdulillah, kemudian beliau menjadi juara untuk kategori umum. Uang hadiahnya digunakan untuk mencetak buku yang kini sudah tersebar kemana-mana melalui berbagai komunitas.
                Dari kemenangan ini pulalah, kegiatan geotrek yang digagasnya menjadi berkembang. Perjalanan menimba ilmu secara nyata sambil bersenang-senang ini mulai banyak diikuti oleh berbagai kalangan. MGMP guru IPS, pelajar dan mahasiswa, maupun masyarakat umum yang tertarik untuk menyingkap alam.
                Ah, rasanya tak cukup waktu kami untuk menggali lagi cerita-cerita menarik yang sarat makna ini. Sungguh berat langkah kami, - saya dan komunitas Herritage Lover - untuk pergi meninggalkan kompleks Margahayu Permai. Terlalu banyak kisah yang masih tersembunyi. Semoga suatu saat nanti, masih ada waktu untuk kami berbincang-bincang  lagi. Masih ada hari lain untuk tetap bersama pak Bachtiar. Salam baktos.
                Mencintai perjalanan untuk menggali ilmu. Menemukan sesuatu yang bermakna. Tak sekedar happy tapi ada sumbangsih diri untuk dunia. Geotrek we love you.

Kebersamaan yang sangat berharga

                   Sumber Tulisan :
                 1. IG @brandeesign

                 2. IG @s3d1m3n 

4 komentar:

  1. Wah Bandung Purba itu mengisahkan sejarah Bandung, termasuk tradisi2nya kah mbak? Jadi penasaran. Kebetulan bulan depan insyaAllah mau ke bandung :D

    BalasHapus

Featured Post

Finding Comfort and Style in Womenis Activewear

  To many women, the battle of feeling comfortable and purposeful in a gym, not just in everyday life, is that of dressing. Beyond all these...