7/31/2013

TRAGEDI DAUN KATUK

http://murtiyarini.staff.ipb.ac.id/2013/07/17/pendaftaran-give-away-2013-aku-dan-pohon/

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Give Away 2013 : Aku dan Pohon
Matahari masih berselimutkan gelap. Namun, cahaya putih sudah mulai menghiasi langit. Pagi-pagi benar, kami sudah bersiap-siap untuk pergi ke Cianjur. Mengunjungi seorang sahabat baru yang telah berjanji untuk memberikan cinderamata tanaman hias. Teman baruku itu memiliki usaha penjualan tanaman hias di Cibodas, Cianjur. Sebagai penggemar berat tanaman, kami tentu saja bersemangat untuk menerima hadiah kecil itu. Aneka rencana telah tersusun manis dalam benak masing-masing. Kami berempat telah siap berangkat, tinggal menunggu mobil dan pemiliknya. Cahaya temaram lampu rumah menemani kami dalam penantian itu. Tak berapa lama kemudian, teman kami yang lain, pemilik mobil telah datang bersama dengan keluarga kecilnya. Mobilpun memasuki halaman. Lalu, kami bergegas memasukkan barang-barang bawaan. Baju, timbel, kue, dan berbagai minuman untuk bekal selama perjalanan. Tak banyak bekal yang kami bawa, karena Hani menjanjikan bahwa sahabatnya di Cianjur itu akan memberikan suguhan yang nikmat. Jamuan makan, oleh-oleh dan tanaman hias sebagai cinderamata spesial. Kami akan mendapatkan sebuah pot tanaman hias per orangnya. Asyiknya lagi, kami boleh memilih tanaman yang paling kami sukai. Setelah semuanya siap, kami pun segera memulai perjalanan penuh suka cita ini.
            Mobil melaju dengan tenang menapaki jalanan hitam beraspal yang masih sepi. Aku membuka kaca jendela mobil. Udara segar terasa memenuhi paru-paru. Dingin membuat kulit ini terjaga seperti seorang satpam yang siap siaga menjaga keamanan. Perjalanan Bandung- Cianjur terasa sejuk. Pemandangan indah sepanjang jalan terasa memanjakan mata. Barisan pohon-pohon hijau berlari-lari mendampingi mobil kami. Perjalanan terasa indah. Sawah luas yang terhampar bak permadani turkipun turut menyemarakkan perjalanan ini. Hijau dan kuning silih berganti. Suasana seperti inilah yang paling kusukai dalam sebuah perjalanan. Warna-warna alami dari aneka pepohonan. Tak ada pohon amatlah gersang terasa. Banyak pohon amatlah ceria dan hidup. Sedap dipandang mata. Menyejukkan dan menenangkan urat syaraf. Dua anak kecil laki-laki turut membuat suasana meriah semakin meriah. Mereka menjelajahi setiap bagian kendaraan, mulai dari depan sampai belakang. Pindah-pindah tempat duduk. Berebut makanan. Menggoda para ate yang asyik bercengkrama. Keceriaan pohon-pohon di sepanjang jalan berpadu dengan keceriaan suasana dalam mobil yang kami tumpangi. Canda dan tawa selama perjalanan membuat waktu dan jarak begitu dekat.
            Tak terasa, kami telah memasuki wilayah kota Cianjur. Pohon berubah wajah menjadi hutan beton. Suasana kota mulai ramai. Kendaraan berbagai jenis keluar masuk terminal silih berganti. Jalanan agak macet di daerah sekitar Ramayana. Orang-orang bergerombol di pinggir jalan. Angkot dengan sabar menanti penumpang. Mobil yang kami tumpangi merayap perlahan menuju puncak. Kembali meninggalkan suasana kota yang gerah dan menyambut hijaunya pepohonan yang memberikan kesejukan udara. Perjalanan masih berlanjut.
            Waktu belumlah genap jam dua belas siang. Sebelum adzan dzhuhur berkumandang, kami telah memasuki daerah Cibodas. Kami mencari rumah tujuan. Di sepanjang jalan, kami melihat banyak tanaman hias berderet rapi. Beraneka jenis, mulai dari ukuran kecil sampai besar. Bonsai-bonsai nan indah bagai pagar ayu yang menyambut tamu. Akhirnya, kami sampai di tempat tujuan. Rumah mungil sesuai alamat yang tercatat.
            Suasana rumah sepi. Kami berkeliling mencari penghuninya. Waktu terus berjalan. Setelah lama menikmati halaman rumah yang dipenuhi aneka tanaman hias, akhirnya pintu rumahpun terbuka. Seorang perempuan paruh baya berjilbab menyambut kedatangan kami. Wajahnya tak sumringah. Bingung. Sorot matanya menyimpan kesedihan dan kegelisahan. Kebaya lusuh yang dipakainya seolah-olah mewakili perasaannya. Tangannya yang sudah mulai berkeriput dan berwarna coklat tua melebarkan pintu. Dengan rasa kaget, ia mempersilakan kami untuk duduk di dalam rumah. “Ke antosan sakedap ya, Pak guru na nuju kaluar heula. Istrina nembe ngalahirkeun,” ujarnya menjawab teka-teki itu. Setelah itu, beliaupun menghilang dibalik tirai. Lama tak muncul, membuat kami merasa menjadi tamu yang datang tak diundang. Datang pada waktu yang salah. Rumah bernuansa sunda itu lalu menemani kami. Bilik coklat menjadi saksi bisu. Kami hanya berbisik-bisik, takut mengganggu tuan rumah.
            Penantianpun berakhir dengan kemunculan kembali perempuan paruh baya itu. Beliau mengajak kami masuk ke tengah rumah. Dia menghampiri seorang wanita yang sedang menggendong bayi mungil. Berwajah putih. Berambut keriting pendek. Wajahnya khas kedaerahan. Masih mengenakan kain. Perutnya terlihat membuncit. “Mungkin inilah istri Pak Jana yang baru melahirkan itu,”ujarku dalam hati. Kami tersenyum, bersalaman dan duduk  mengelilinginya. “Bayi ini lahir sungsang,” ujar perempuan paruh baya itu dengan logat Sundanya yang kental.. Ternyata beliau adalah mertua Pak Jana. “Aduh, ibu mah meni rewas pisan Neng, sieun aya naon-naon ka pun anak,” ujarnya lagi masih dengan kekagetan dan ketakutannya. Wajahnya terlihat serius. Garis-garis keriputnya menegaskan rasa takut itu. Tubuhnya gelisah. Tangannya mengusap air mata yang keluar dari matanya. Suaranya berubah parau. “Ibu teh ngadoa weh kanggo pun anak sareng incu, supados saralamet,” katanya lagi.
Suasana hening terasa. Tak ada yang berkata-kata. Duka menyelimuti. Berempati pada rasa gelisah yang dialami perempuan paruh baya itu. Aku kembali mengingat-ngingat tegangnya suasana menanti kelahiran seorang makhluk mungil di rumah sakit. Jantung berdebar tak menentu. Hati gelisah dengan sejuta tanya. Selamatkah atau berakhir di sini ? Diam. Semuanya asyik dengan pikiran masing-masing sambil menatap bayi mungil di pangkuan. Masih merah.
Karunya pun incu teh, teu acan tiasa nyusu. Cai susuna teu ayaan. Teu kaluar,” lanjut perempuan paruh baya itu. “Makan daun katuk aja atuh,” kataku tiba-tiba. Sontak semua tertawa mendengar jawabanku. “Budak leutik,” ujar temanku. Mungkin mereka heran dan merasa lucu dengan jawaban itu yang berasal dari perempuan tanpa punya pengalaman melahirkan. “Kata mamah,” balasku polos.  Aku memang sering mendengar petuah orang-orang tua di sekitarku, jika ada yang melahirkan apalagi air susunya tidak ada, maka para ibu itu wajib makan daun katuk. Makanya tak aneh, jika aku berkunjung pada saudaraku yang melahirkan, menu rebusan daun katuk itu selalu tersaji dalam sebuah piring kecil. Para ibu muda itu wajib memakannya dalam menu harian mereka. Jika tidak, para sesepuh dalam keluargaku akan memberikan penjelasan dan nasehat yang luar biasa panjang lebar. Alhasil, memang ada manfaatnya. Asi yang keluar selalu banyak dan lancar.  
 Tak terasa, obrolan kami telah memakan waktu hampir separuh hari. Sahabat yang dinanti-nanti tak kunjung datang. Entah mengurus apa Pak Jana di luar, hingga memakan waktu hampir seharian. Perut mulai bernyanyi minta diisi. Tenggorokan terasa kering kurang minum. Tak ada hidangan yang kami harapkan. Kue-kue khas kampung yang biasa ada di toples pun tak tampak. Segelas airpun tampaknya tuan rumah lupa menyajikan untuk para tamunya. Kekagetan dengan peristiwa yang baru saja terjadi mungkin menimbulkan amnesia parah pada tuan rumah. Cinderamata tanaman hiaspun pupus tanpa hasil. Kami berpamitan pulang pada tuan rumah dengan lesu. Kami pulang dengan tangan hampa. Mobil perlahan meninggalkan kemuraman yang baru saja terjadi. Tanaman hias di sepanjang jalan melambai rindu. Pesonanya adalah angan-angan kami yang belum berhasil diraih. Keindahannya merupakan janji yang belum terpenuhi.
           
Seputar Daun Katuk



Katuk dengan daun dan buah
Sumber Wikipedia
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. androgynus
Sauropus androgynus


Apakah benar daun katuk berkhasiat seperti itu ? Ternyata benar ! Berdasarkan Wikipedia berbahasa Indonesia, daun katuk (Sauropus androgynus) merupakan tumbuhan sayuran yang banyak tumbuh di daerah Asia Tenggara. Ada beberapa istilah untuk daun katuk ini. Contohnya: Mani Cai (Tionghoa), Cekur manis (Melayu), dan Rau Ngot (Vietnam).
Daun katuk ini merupakan sayuran minor yang berkhasiat memperlancar aliran ASI (air susu ibu). . Kandungan gizi yang ada pada daun katuk ini adalah 7% protein, 19% serat kasar, juga kaya dengan vitamin A, pro vitamin A (beta karotena), B, dan C. Daun ini juga mengandung mineral, seperti: kalsium, (2,8%), besi, kalium, fosfor, dan magnesium. Kandungan klorofilnya juga tinggi dengan ciri warna daun yang gelap. Daun katuk ini dapat diolah seperti kangkung dan bayam. Perlu diwaspadai bahwa daun katuk mengandung papaverina, suatu alkaloid yang juga ada pada opium. Jadi, janganlah berlebihan dalam mengonsumsi daun ini !

Give Away Aku dan Pohon

7/24/2013

SBSB : JIKA SISWA BERGURU PADA SASTRAWAN



Tahun ini, Cimahi mendapat kesempatan sebagai salah satu kota tempat berlangsungnya acara Sastrawan Bicara Siswa Bertanya atau SBSB. Acara ini berlangsung selama tiga hari di SMP Negeri 2 Cimahi pada Senin-Rabu, 24- 26 Juni 2013.
            Para sastrawan yang menghadiri acara ini adalah Putu Wijaya, Jamal D. Rahman, Joni Ariadinata, Cecep Syamsul Hari, Ari KPIN, dan Iman Soleh. Para siswa bertemu, berkenalan, dan berinteraksi secara langsung dengan para sastrawan yang asli bukan yang palsu.








            Dalam sambutannya, Pak Thamrin, Sesdikbud, mengatakan bahwa acara ini memiliki tiga sasaran utama, yaitu: bertambahnya pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan karakter. Sesuai dengan motonya berawal dari keriangan, berakhir dengan kearifan.
            Melalui acara SBSB ini banyak hal (pengetahuan) yang didapatkan oleh siswa. Dengan antusias, siswa mengikuti workshop sastra yang diselenggarakan selama dua hari (24-25 Juni 2013). Mereka mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam seputar puisi, pantun dan cerpen dari Iman Soleh, Ari KPIN, Cecep Syamsul Hari, Jamal D. Rahman dan Joni Ariadinata.
            Secara menarik, para sastrawan ini berhasil membuat para siswa senang belajar sastra. Para siswa dimotivasi untuk gemar membaca dan menulis. Para siswa juga mendapatkan informasi yang nyata seputar profesi penulis. 
            Dalam workshop tersebut, siswa diajak berani untuk mengembangkan minatnya dan juga berani berkarya. Para sastrawan membagi kelas dalam beberapa kelompok dan siswa diharuskan memilih menjadi anggota kelompok yang diminatinya. Setelah itu, mereka diajak untuk berkarya membuat puisi bertema aku ingin, berpantun, dan menulis cerpen dengan tema-tema yang unik, seperti: maling jemuran.
            Melalui kegiatan menulis cerpen dalam waktu yang cukup singkat, para siswa diajak untuk mengembangkan imajinasi. Sebelum menulis, para siswa mendengarkan pembacaan sebuah cerita tentang kiai Aria yang baik hatinya. Joni Ariadinata sangat piawai dalam hal ini. Setelah itu, para siswa harus melanjutkan cerita tersebut secara tertulis sesuai dengan tema-tema yang ditentukan oleh cerpenis Kompas tersebut.  Ajaib, walaupun terasa sulit, para siswa berhasil membuat sebuah cerpen sebanyak satu-dua halaman dalam jangka waktu lima belas menit.
            Selanjutnya, Jamal D. Rahman mengajak siswa untuk mengolah kata (diksi). Pemimpin majalah Horison ini menekankan pentingnya kekuatan kata dalam menulis sastra.
            Tambahan pengetahuan lainnya adalah para siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Banyak pertanyaan yang muncul mulai dari pertanyaan yang sederhana sampai pada perrtanyaan yang berbobot. Apa motivasi menjadi sastrawan ? Apa itu karya sastra? Apa itu definisi apresiasi ? Bagaimana mengembangkan imajinasi ? Itulah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh para siswa, baik siswa sekolah dasar, siswa sekolah menengah pertama maupun siswa MTs.
Dalam acara ini, para sastrawan pun sangat pandai memberikan penghargaan yang luar biasa untuk para siswa. Mereka memilih karya-karya terbaik untuk ditampilkan dan peserta workshop dilibatkan dalam konser musikalisasi puisi. Ari KPIN menjadi manajer pertunjukkannya. Sang maestro ini, dalam waktu yang relatif singkat mampu menyuguhkan sebuah konser yang menarik.
            Sebagai acara penutup, pada hari terakhir, Peserta workshop menampilkan kebolehan mereka di hadapan para tamu dan penonton. 


            SBSB mampu menyajikan sebuah pertunjukkan yang memukau. Sastra ternyata juga bisa memberikan hiburan yang luar biasa menyenangkan seperti halnya konser musik band-band terkenal. Para sastrawan tersebut mampu memadukan kreatifitas dengan kebutuhan hiburan sehingga karya sastra bisa tampil sebagai sebuah karya seni yang patut mendapat apresiasi positif. Inilah salah satu nilai penting yang dapat dipelajari oleh siswa. Karya sastra bukanlah sesuatu yang menakutkan ataupun membosankan. Tapi, karya sastra adalah sebuah hasil kreatifitas tingkat tinggi yang sarat makna sekaligus juga menghibur.  Dengan demikian, diharapkan para siswa itu tidak lagi menjauhi karya sastra. SBSB pada akhirnya akan mampu mendekatkan para siswa pada berbagai macam karya sastra sekaligus juga mampu mengapresiasinya dengan baik dan mendapatkan nilai-nilai positif daripadanya. Inilah muara akhir dari belajar sastra.
            Selain pengetahuan, melalui SBSB ini siswa juga mendapatkan tambahan keterampilan, khususnya dalam menulis. Mereka mendapatkan kunci bagaimana mengembangkan imajinasi, mengolah kata dan menghasilkan karya. Modal utamanya, para siswa dirangsang untuk banyak-banyak membaca. Inilah hal yang memiliki dampak positif untuk mengembangkan kebiasaan membaca. Selama ini, para siswa di Indonesia masih (malas) membaca. Kegiatan membaca baru sebatas paksaan belum menjadi sebuah budaya yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan acara ini,mudah-mudahan suatu saat kelak, para siswa itu termotivasi dan merasa butuh untuk membaca secara berkesinambungan. Bukankah membaca merupakan jendela dunia dan gudang ilmu ?
            Pembentukan karakter juga menjadi sasaran utama dalam acara ini. Para siswa bisa melihat kekompakan para sastrawan yang bahu-membahu dalam membantu Putu Wijaya yang akan tampil ke atas panggung. Mereka bekerja sama agar beliau bisa tampil di atas panggung dengan nyaman. Begitupun setelah selesai manggung. Selain itu, dari sosok Putu Wijaya, para siswa bisa melihat kebulatan tekad. Walaupun sakit, Putu Wijaya tetap bersikeras untuk tampil sebaik mungkin. Sakit tak menghalanginya untuk tetap berkarya. Penampilan Putu Wijaya juga tetap prima. Mudah-mudahan semangat seorang Putu Wijaya untuk bekerja secara professional mampu menular pada para siswa dan menjadi bagian yang hidup dalam jiwa para siswa tersebut. Inilah beberapa nilai-nilai karakter yang tersaji dalam acara Sastrawan bicara Siswa bertanya.
            Dengan acara ini, bidang studi Bahasa Indonesia memiliki nilai-nilai penting. Bahasa Indonesia memiliki misi untuk mengembangkan kecintaan siswa pada bahasa Indonesia, sastra Indonesia dan juga sangat berperan penting dalam pembentukan karakter siswa. Pelajaran Bahasa Indonesia bukanlah sebuah pelajaran hapalan, tapi sebuah pelajaran yang harus berakar dari kehidupan masyarakat Indonesia. Pelajaran bahasa Indonesiapun bisa berjalan lebih menarik dari biasanya.
            Guru Bahasa Indonesia harus mampu memadukan antara unsur materi pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar, kreatifitas dan unsur hiburan dalam menyajikan pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa harus dikondisikan untuk berkarya bukan menghapal materi. Guru Bahasa Indonesiapun harus mampu menyajikan pelajaran itu dengan berbagai macam metode yang menarik dan membuat siswa senang belajar Bahasa Indonesia.
Pelajaran Bahasa Indonesia bukan lagi hanya sekedar beban untuk kelulusan tapi pelajaran Bahasa Indonesia juga memiliki manfaat dalam kehidupan siswa nantinya. Hasil belajar siswa itu akan mampu menunjang kesejahteraan mereka, karena karya sastra dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan, salah satu caranya adalah dengan menjadi penulis. Hasil belajar itu juga akan menumbuhkan kepekaan para siswa terhadap lingkungan sekitar mereka.
Dengan demikian, pelajaran Bahasa Indonesia berkontribusi positif dalam pembentukan karakter positif siswa. Cinta tanah air, bekerja keras, kreatif, mampu menghargai karya orang lain, bekerja sama, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, dan sebagainya. Jika tujuan ini tercapai, pelajaran Bahasa Indonesia akan memiliki gengsi yang lebih tinggi lagi.
 Semoga dengan itu semua, para siswa akan semakin bangga menjadi orang Indonesia, semakin bangga berbahasa Indonesia, dan juga semakin lebih mencintai sastra Indonesia! Dengan kebanggaan itu pula, para siswa diharapkan mampu menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa kita di mata dunia. Mudah-mudahan pula suatu saat nanti, Bahasa dan Sastra Indonesia bisa menjadi bagian dari sastra dunia dan  berperan penting dalam kehidupan masyarakat dunia !

Featured Post

Strategis, 7 Peran Guru Bahasa Indonesia di Era Digital

  Halo sobat yayuarundina.com – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti menyapa guru Bahasa Indonesia. Sebuah acara langka y...