Salah Satu Kawasan Gunung Papandayan |
Semua orang pastinya suka melakukan perjalanan. Betul. kan ?
Perjalanan itu pastinya dilakukan dengan berbagai tujuan. Bisnis. Belanja.
Liburan. Mencari sesuatu. Perjalanan budaya. Study Tour dan lain sebagainya.
Namun, pernahkan seseorang merenung atau memikirkan apa makna atau manfaat
sebuah perjalanan bagi kehidupan atau bagi dirinya sendiri ?
Nah, baru-baru ini, saya bersama dengan beberapa kawan dari
komunitas Sabuki (Satubumikita) melakukan perjalanan singkat selama dua hari ke gunung
Papandayan Garut, Jawa Barat. Tak dinyana, perjalanan itu ternyata memiliki
makna yang luar biasa indah sehingga saya tuangkan menjadi tulisan ini.
Terus terang, semula saya ragu dan takut untuk melakukan
perjalanan ini. Mendaki gunung. Bayangkan, saya bukanlah pendaki gunung. Bukan
pula pecinta olah raga. Diajak mendaki gunung Papandayan bagi saya bukan
main-main. Bisa atau tidak ? Mampu atau tidak ? Ditambah nafas saya katanya sih
pendek. Namun, sahabat saya meyakinkannya untuk mengikuti perjalanan ini. Orang
Sabuki bisa diandalkan. Akhirnya, dengan nekad, penasaran dan sedang suntuk
pula, maka sayapun bergabung dalam perjalanan itu. Kami berencana kemping
semalam. Keraguan lain muncul. Hawa dingin merupakan musuh saya baru-baru ini.
Kalau badan terasa dingin, pasti deh batuk-batuk. Nekad dan bujukan teman
mengalahkan segalanya.
Arena Kemping |
Perjalanan dimulai pada pagi hari dengan kendaraan dan sebuah
sepeda motor. Lewat tengah hari, kami sampai di pos pertama. Kami langsung
diminta menyelesaikan administrasi, lapor ke penjaga pos dan mengisi data.
Setelah beres, kami mempersiapkan perbekalan. Ransel-ransel. Saya melihat
sekeliling. Perasaan takut dan cemas masih ada di dada, tapi keindahan alam
sekitar sedikit menghilangkannya. Tak berapa lama, kamipun mulai melangkah
menapaki jalanan beraspal. Dalam hati berdoa, agar jalanan seperti ini terus
sampai tempat berkemah dan puncak gunung. Ooo... harapan tinggal harapan.
Memasuki kawasan kawah, aspalpun hilang berganti dengan jalanan tanah, tangga
dan batu-batu. Ada pula jalur motor. Yang ini lebih berbatu. Nah, mulailah
acara ngos-ngosan. Saya harus beberapa kali berhenti untuk mengatur nafas dan
tenaga, terutama di jalanan yang menanjak. Namun, saya bersyukur banget bahwa
dalam masa berat itu selalu saja ada kawan yang menemani.
Kawah Gunung Papandayan |
Inilah
makna perjalanan itu.
Pertama. Kesetiakawanan. Secara bergantian,
mereka menemani saya mengatur nafas dan tenaga sampai akhirnya tiba di tempat
kemping.
Kedua, Kalahkan egomu. Dalam pendakian ini,
semua harus saling memahami. Tak ada yang kalah dan menang. Semua wajib meredam
ego masing-masing demi keselamatan dan kenyamanan bersama. Satu untuk semua.
Ketiga,Gotong Royong. Banyak hal yang
dilakukan dalam perjalanan ini. Memasang tenda. Memasak misalnya. Jika
dilakukan sendiri tentu akan terasa berat. Namun, jika dilakukan bersama-sama
akan terasa ringan. Pembagian tugas dan kerja sama memungkinkan pekerjaan itu
cepat selesai. Saling membantu adalah wujud nyata dari sebuah solidaritas dan
kebersamaan. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Itulah peribahasa yang
masih saya ingat dari pelajaran bahasa Indonesia dulu.
Keempat, Komitmen dan
Dukungan.
Dari perjalanan ini, saya merasakan betul arti sebuah komitmen dan dukungan.
Ini adalah dua hal yang mampu membangkitkan motivasi saya untuk menyelesaikan
perjalanan ini sampai selesai. Tuntas. Tanpa dukungan dan komitmen teman-teman,
saya mungkin hanya mengisi tenda kosong saja. Tak ada perjalanan yang bermakna.
Kelima, Mensyukuri nikmat.
Inilah makna utama dari perjalanan ini. Allah SWT. Sang Maha Pencipta telah
memberikan banyak kenikmatan pada umat manusia. Saya bersyukur dalam perjalanan
ini cuaca sangat mendukung. Tidak turun hujan, Tak ada petir. Juga tak ada
panas yang menyengat. Udara sangat nyaman. Paru-paru saya bisa diisi dengan
udara segar yang sangat banyak, sehingga dada ini terasa lapang sekali.
Alhamdulillah.
Selain itu, matapun
mendapatkan panorama yang sangat indah. Sungguh sebuah anugrah yang luar biasa
bisa menyaksikan keindahan alam ini. Maha Besar Allah SWT. Betapa Agungnya
Beliau. Saya berharap keindahan ini akan abadi. Tak ada tangan-tangan jahil
yang akan merusaknya. Itulah lima makna perjalanan yang saya dapatkan dari
Papandayan.
Sebuah makna perjalanan akan terasa, karena kita sangat dekat
dengan alam. Alam ternyata mampu memberikan banyak hal pada kita, termasuk
makna hidup. Apalah artinya kita, manusia dibandingkan Sang Pencipta. Jika Beliau
berkehendak, bisa saja, kawah yang kami lewati meletus tiba-tiba dan
melenyapkan kami. Namun, Sang Pemberi Hidup masih memberikan kesempatan kepada
kami untuk memaknai perjalanan ini. Merasakan nikmatnya pertemanan sejati dalam
susah dan senang. Menikmati betapa luhurnya arti sebuah kesetiakawanan. Terima
kasih Sabuki, Kang Hendri, Kang Firman, Eking, Dimas, Primas, Army, Devita dan
Emir. Tanpa kalian, perjalananku sungguh tak bermakna.
Kalau kayak ginih nih, pastinya bakalan ketagihan ikut jalan lagi sama Sabuki dan Kang Firman Plus Kang Hendri nih hehehe.... Jaminan mutu deh. Pelayanannya juga prima 😄😍
CATATAN:
Sebagian isi
artikel ini juga saya unggah di UCWEB News