Tampilkan postingan dengan label FILM INDONESIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FILM INDONESIA. Tampilkan semua postingan

10/24/2017

FILM MY GENERATION : INSPIRASI CARA MENDIDIK DI ABAD MILENIUM




Empat orang sahabat gagal menikmati masa liburan  akibat kesalahan yang mereka buat. Zeke, Konji, Orly dan Luthesa membuat video tentang protes mereka terhadap orang tua, guru dan sekolah. Video itupun menjadi viral. Saat menjalani masa hukuman itu, ternyata mereka bisa menjadikan liburan itu dengan petualangan-petualangan hidup yang sangat berharga dan bermakna.


Perkembangan zaman telah banyak menjadikan perubahan dalam kehidupan manusia, baik fisik maupun psikis.  Dulu, mana berani kita memprotes guru, orang tua dan sekolah. Dulu, kita akan merasa bersalah jika seperti itu. Sekarang,  sudah biasa. Anak-anak atau para siswa itu akan merasa paling benar. Tak merasa bersalah. Luar biasa, ya ?
Dengan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan itu, akankah kita tetap mempertahankan tradisi mendidik yang masih kolot ? Kalau jawabannya, YA. Harus dipertahankan, maka generasi tua (guru, orang tua dan sekolah ) akan tergerus zaman. Bisa saja punah tak berbekas. Kurang uptodate. Wooow… jangan sampai kejadian deh!


Perlu diketahui bersama bahwa para remaja sekarang memiliki ruang kosong dalam jiwa mereka. Istilah Bunda Elly Risman adalah BLAST. Bored (bosan). Lonely (merasa sedirian tanpa teman). Angry/ Afraid (marah/takut). Stress (tertekan oleh lingkungan). Tired (lelah). Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pemicu munculnya berbagai macam tindakan yang irasional, pemberontakan, protes dan lain sebagainya. Masalah yang dihadapi oleh generasi milenial ini sangat berbeda dengan geneasi terdahulu. Lebih kompleks.
So, tetapkah tradisi mendidik yang kolot itu akan tetap dipertahankan ? Kita akan memberikan perintah Tidak Boleh/ Jangan…. Orang tua menetapkan anak harus patuh dan nurut sama orang tua. Guru menekankan kepada para siswa untuk selalu menaati peraturan. Semua itu dilakukan tanpa ada kompromi, penjelasan dan tak ada bantah-bantahan. Titik.
Bagaimanakah cara seperti tadi mampu menghilangkan Blast ? Kalau menurut saya sih, hal seperti itu justru akan memperburuk dan memperparah BLAST. Lihatlah nanti di cerita My Generation. Kesenjangan cara pandang, cara mendidik, dan sebagainya menjadi konflik-konflik yang menarik dan memang nyata terjadi dalam kehidupan di zaman modern sekarang ini.
Mengapa nyata ? Karena sang sutradara melakukan riset social media listening selama dua tahun. Ide cerita dan beberapa dialognya juga diambil dari hasil riset yang intensif dengan mengamati komunikasi yang dilakukan oleh generasi milenial tersebut.


Dari film My Generation inilah, kita bisa mendapatkan satu sisi yang berbeda tentang dunia Kids Zaman Now. Cara pandang sang sutradara, mbak Upi yang kontroversial ini adalah sebuah pembelajaran dan inspirasi.
Kualitas mbak Upi di dunia perfilman tak diragukan lagi. Banyak film-film yang dihasilkannya sukses di pasaran. Apa saja ? My Stupid Bos. Radit dan Jani. 30 Hari Mencari Cinta. Beliau juga beberapa kali pernah masuk menjadi nominasi sutradara terbaik FFI. Pernah juga menjadi penulis skenario terbaik. Di film terbarunya ini mbak Upi kembali bekerja sama dengan IFI Sinema yang pernah menjadi produser film Coklat Stroberi, 3 Doa dan 3 Cinta, Serigala Terakhir dan sebagainya.


Yang juga menarik dari film My Generation ini adalah akan ada adu akting antara pemain yang lama dan baru. Seru deh kayaknya. Tio Pakusadewo, Surya Saputra, Joko Anwar, Ira Wibowo, Karina Suwandi, Indah Kalalo, dan Aida Nurmala akan berhadapan dengan Arya Vasco, Bryan Langelo, Alexsandra Kosasie dan Luthesa. Hmm, bagaimana hasilnya yah ?


Menurut Adi Sumarjono, produser Ifi Sinema, pemakaian para pemain baru ini diharapkan mampu memberikan wajah baru bagi dunia perfilman tanah air. Kesegaran sekaligus juga regenerasi. Akting para pemain muda juga bukan abal-abal. Kualitasnya sangat baik sehingga dari film My Generation ini, keempat pemain tersebut bisa menjadi rising star. Pemain baru dengan kualitas yang sangat baik. Dua harapan di masa depan untuk perfilman di tanah air.


Ah, rasanya tak sabar menanti tanggal rilis film ini, 9 November 2017. My Generation adalah film yang mampu menginspirasi, memberi hiburan sekaligus juga banyak pembelajaran di dalamnya. Jadi, kita tunggu saja kemunculannya, ya. Tak lama, sekitar tiga mingguan lagi lah. Ya, kan ?



2/11/2017

REVIEW FILM IQRO

JUDUL                 : IQRO
SUTRADARA       : IQBAL ALFAJRI
PEMAIN              : 1. COK SIMBARA
   2. NENO WARISMAN
   3. MERIAM BELINA
   4. AISHA NURRA DATAU
   5. RAIHAN KHAN

Durasi                 : 97 menit 

Sumber Gambar : http://www.film-iqro.com/

Boscha dan Ilmu pengetahuan bisa mati total karena polusi cahaya

Saat liburan, AQILA dan kawan-kawannya mendapatkan proyek untuk mengamati penemuan-penemuan baru. Aqila yang menggemari dunia astronomi ingin mengamati Pluto. Menurutnya, Pluto bukan sebuah planet lagi. Selain itu, temannya, Reni berniat untuk mengamati spesies baru kupu-kupu. Demi tugas tersebut. dia akan berlibur di rumah Kakeknya. Kakek Aqila bekerja di peneropongan bintang Boscha di daerah Lembang, Bandung. Namun, Aqila mendapatkan tantangan sekaligus halangan dalam mewujudkan keinginannya mengamati Pluto. Akibatnya, pelaksanaan tugas tersebut belum bisa dilakukannya. Sedangkan kawannya yang berlibur di Lampung sudah berhasil melakukan pengamatan dan menyelesaikan tugasnya. Mengamati spesies baru kupu-kupu. Bagaimana nasib Aqila ? Mampukah ia menyelesaikan tantangan dan hambatan tersebut ?
Dari segi cerita, film ini sangat cocok dan sangat baik untuk keluarga. Kita bisa menemukan pelajaran tentang membuat kesepakatan dengan anak. Selain itu, banyak juga pengetahuan baru yang kita dapatkan dari film ini, baik astronomi maupun agama. Bagaimana agama Islam betul-betul menjadi landasan hidup manusia.
Yang menarik dari film ini adalah dilema peneropongan bintang Boscha. Ternyata, semakin menuju dunia modern, warisan sejarah ini justru malah tenggelam. Bahkan bisa lumpuh total dan mati. Mengapa ? Boscha harus berjuang untuk tetap mempertahankan langit yang gelap, agar mereka bisa melaksanakan pengamatan benda-benda angkasa. Boscha harus berjuang melawan polusi cahaya akibat keserakahan manusia modern. Semakin banyak lampu penerangan di sekitarnya, maka cahaya bintangpun akan hilang. Akankah kita dan pemerintah mempertahankan berkembangnya ilmu pengetahuan ataukah pengembangan usaha ?
Dari segi latar, saya seperti menonton kembali film Petualangan Sherina. Latar yang sama dan konflik yang mirip mungkin menjadi penyebabnya. Namun, dalam film ini peneropongan bintang Boscha dieksplore lebih luas dan dalam, sehingga kita bisa menikmati keindahannya secara utuh. Bukan hanya hutan saja.
Sayangnya, cerita yang bagus ini tidak didukung oleh puncak-puncak konflik yang tajam dan menegangkan. Konflik yang dibangun sepertinya hanya sekedar penghias saja. Perbedaan kepentingan dari berbagai pihak, seharusnya bisa menjadi modal utama dalam membangun konflik yang menarik. Demikian juga dengan tokoh. Hanya Meriam Belina yang mampu bermain secara total. Sedangkan yang lain terbawa pada dunia akhwat dan ikhwan yang kalem dan datar.
Namun demikian, film Iqro ini layak ditonton oleh siapapun. Ceritanya menjanjikan kepuasan yang diharapkan oleh para pecinta film. Satu lagi film Indonesia yang religius dan memukau. Selamat untuk Salman ITB yang sudah berhasil memproduksi film yang berkualitas seperti ini. Semoga besok-besok bisa lahir film-film terbarunya.



7/16/2016

REVIEW FILM SABTU BERSAMA BAPAK


BAPAK VIRTUAL
            Jumat bahagia itu datang juga, nobar lagi. Kalo boleh membuat tulisan tandingan Sabtu Bersama Bapak, maka Jumat kemarin adalah Jumat Bersama Teman hehehe…. Sama seperti orang tua (Bapak), teman juga punya peran penting dalam kehidupan kita. Berperan penting dalam menentukan pribadi kita ini.
            Ah, tapi kali ini fokus bahasan kita pada film Aditya Mulya saja, ya ! Yup, Film Sabtu bersama Bapak itu berawal dari novel. Untuk kesekian kalinya, cerita novel menjadi film itu adalah sesuatu yang menarik. Benarkah demikian ? Ataukah ini pertanda gagalnya budaya literasi ?
            Di film ini, kita bisa berjumpa dengan artis-artis: Abimana Aryasatya, Ira Wibowo, Arifin C. Putra, Deva Mahenra,Acha Setriasa, Ernest Prakarsa,  Sheila Dara Aisha, Jennifer Karnelita, Rendy Kjaernet, Tutti Kembang Mentari, Farras Fatik dan Tri Yudiman.  Ayo, yang kangen sama mereka, nonton filmnya yah !

5/07/2016

SURAT CINTA UNTUK KARTINI : POTRET DIRI PEREMPUAN

“Belum banyak orang yang mengetahui konflik batin Kartini”
(Lukman Sardi)

           

        Mungkin sayalah salah satunya. Kalau kamu ? Selama ini -yang saya tahu ialah- Kartini itu seorang tokoh emansipasi wanita. Seorang anak ningrat yang mendirikan sekolah untuk perempuan. Seorang wanita bangsawan yang ingin memajukan kaum perempuan. Aktif memperjuangkan cita-citanya seperti para pejuang yang rela berkorban untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Yang setuju ngaaacuuung, ya !

SINOPSIS FILM

                   Adegan diawali dengan tokoh Sarwadhi yang menjadi tukang pos (baru). Dengan riang ia berkeliling mengantarkan surat pada para pemiliknya. Keluarga Belanda dan Ndoro Kartini.  

4/07/2016

NGOBROL FILM BARENG GARIN NUGROHO



GARIN NUGROHO DAN MAS AGUS SAFARI


Ahay, Sabtu itu ternyata sangat menakjubkan ! Dua tokoh terkenal yang selama ini hanya ada di dunia imajinasi mendadak nyata di depan mata. Eddy D Iskandar yang sering saya temui dalam dunia imajinasi novel dan Garin Nugroho yang ada di dunia imajinasi film. Keduanya hadir di Museum Sri Baduga Bandung, jalan BKR no 185, dalam rangka hari film nasional, 30 Maret 2016. Acara ini diprakarsai oleh komunitas Festival Film Bandung. Eddy D Iskandar sebagai ketua Festival Film Bandung dan Garin Nugroho sebagai pembicara.
EDDY D. ISKANDAR

            Acara dimulai sejak pukul sepuluh pagi dengan beberapa agenda acara. Pertama, diskusi dan sharing komunitas film yang ada di Bandung. Kedua, nonton bareng Film Terpuji FFB 2015, Guru Bangsa Tjokroaminoto. Ketiga, diskusi film bersama sutradara terkenal, Garin Nugroho.
REZA RAHADIAN DALAM FILM TJOKROAMINOTO


            Mas Garin Nugroho ternyata menjadi sosok yang menyenangkan, menghibur dan banyak memberikan ilmu tentang film. Sama sekali diluar dugaan. Semula, saya mengira beliau itu jutek, galak, serius, tapi ternyata kocak habis. Waktu dua jam terasa sangat singkat, karena kesenangan kami mendengarkan obrolan berkualitas dari seorang Garin Nugroho.
KENALI DIRI SENDIRI
            Di awal diskusi, kami seperti kembali pada penjelajahan di sebuah rumah. Kembali belajar menulis dari setiap bagian-bagian rumah seperti yang pernah saya tuangkan dalam tulisan sebelumnya. Dalam pembuatan filmpun, ternyata hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Siapa saya ? Apa passion saya ? Dimana kemampuan dan kekuatan saya ?
PROSES KREATIF

            Melakukan perjalanan untuk mendapatkan hal baru sebagai bekal perjalanan berikutnya. “          

            Begitulah cara sutradara film Daun di Atas Bantal itu mendapatkan ide-ide segar untuk film-filmnya. Mas Garin boleh dibilang mengeksplor Indonesia untuk dituangkan dalam karya-karyanya, sehingga kita bisa melihat keanekaragaman Indonesia dalam puluhan film-filmnya tersebut. Jawa. Papua. Bromo dan sebagainya.
            Dalam proses pembuatan film, kita wajib memerhatikan beberapa hal penting. Menurutnya, film itu merupakan tafsir personal. Seseorang pasti memiliki pemikiran-pemikiran khas terhadap banyak hal, termasuk juga sejarah atau novel. Tafsir personal inilah yang menjadi kekuatan sebuah film, sehingga penonton mendapatkan sesuatu yang berbeda dan baru dalam karya-karyanya. Ketika menonton film Tjokroaminoto, misalnya, maka penonton tidak akan dihadapkan pada teks biografi tokoh atau sejarah Syarikat Islam. Mas Garin banyak melakukan berbagai interpretasi untuk mewujudkan karyanya tersebut sehingga mendekati kenyataan. Data dan fakta menjadi unsur penunjang yang sangat penting.
            Selain itu, kita juga perlu memperhatikan logika. Jangan sampai film tentang sejarah terasa aneh atau melenceng ! Perhatikan logika estetik, hero, dramatik dan artistik ! Gunakan pula insting drama, analisa unsur-unsurnya dan pahami formulanya !
            Kekuatan lainnya adalah kita wajib memahami dan menguasai faktor pendukung film, seperti kamera, pemain, seting dan sebagainya. Pelajari kekuatan masing-masing yang bisa dengan tepat kita gunakan dalam proses pembuatan film.
MENYATU DENGAN DUNIA
            Proses pembuatan film itu ternyata tidak sederhana. Banyak lika-likunya. Banyak hal yang harus kita pelajari, mulai dari awal, proses syuting, dan pasca pembuatan hingga sampai dihadapan penonton. Bisa jadi film itu juga mendapatkan masalah. Kekayaan pengalaman, pengetahuan, wawasan, relasi, kreatifitas, dan strategi seorang Garin Nugroho menjadi kunci dari berbagai solusi masalah yang dihadapinya.
“Kesimpulannya : Kita harus menyatu dengan dunia ! Tak cukup satu hal yang harus kita ketahui. Namun, banyak hal yang harus kita ketahui untuk menunjang profesionalisme. Kita harus terus belajar !”

FUNGSI FILM
Film bukan hanya berfungsi sebagai hiburan. Namun, ia juga bisa berfungsi ekonomi, corporate sosiality, politik, artistik dan lain-lain. Oleh karena itu, ketangguhannya wajib didukung oleh riset data, pengetahuan/ referensi yang terpercaya, sistem budaya. Momen kreasi dan apresiasi juga wajib diperhitungkan ! Jika demikian, sebuah film bisa eksis narsis di dunia nyata.  Selalu dinanti penonton dan bertahan lama di bioskop.
Ok, semoga film Indonesia semakin jaya di dalam maupun luar negeri ! Mampu memberikan edukasi yang menarik ! Juga mampu mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi di dunia ! Mari kita doakan bersama ! Kita selalu bangga dengan film Indonesia !
                

Featured Post

Cukup Sekilo, ASUS Zenbook S 13 Flip Oled, Laptop Cantik dan Ringan

Halo sobat yayuarundina.com - Ada laptop baru nan cantik, bisa jadi pilihanmu. Ini dia Asus Zenbook S 13 Flip Oled merupakan laptop baru ...