12/31/2023

9 Cara Mengembangkan Progress Kecil

 

Halo sobat yayuarundina.com Tak terasa kita telah berada di akhir tahun lagi. Sebuah waktu yang selalu membuat kita mengevaluasi diri. Banyak hal yang terjadi untuk disyukuri dan direnungkan kembali. Bagaimana cara mengembangkan progress kecil?


sukses
Cara Raih Progress Kecil

Cara mengembangkan progress kecil bisa jadi awal dari kesuksesan kita. Tak pernah ada sesuatu yang berhasil muncul begitu saja. Selalu diawali dengan langkah pertama, berproses, dan menapaki jalan menuju tujuan.

Setahap demi setahap kita lalui dengan segala onak durinya. Kadang kita tertawa. Kadang kita menangis. Kita Lelah. Frustasi. Ah, sejuta rasa nano-nano bermunculan. Puncak kesuksesan selalu ada perih dan bahagia. Selalu ada cara yang kita lakukan setiap waktu untuk mencapai progress kecil tersebut.

Progress kecil adalah bagian dari sebuah kesuksesan besar. 3 x 1 tidak sama dengan 1 x 3, betulkan Sob? Contohnya dalam belajar. Mana yang menjadi pilihanmu? Kita belajar sehari 3 kali dengan durasi waktu masing-masing 1 jam saja. Ataukan kita belajar 3 jam sekaligus untuk belajar 1 kali saja dalam sehari. Begitulah cara mengembangkan progress kecil.

9 Cara Mengembangkan Progress Kecil

1.      Tetapkan tujuan atau buat resolusi

Sebuah progress kecil berawal dari tujuan yang ingin kita capai. Oleh karena itu, banyak orang yang selalu membuat resolusi jelang tahun baru. Tujuan atau resolusi inilah yng membuat langkah-langkah kita lebih pasti. Hidup kita lebih terarah. Ada sebuah kepastian bahwa hidup kita ingin mendapatkan sebuah goal. Dengan tujuan atau goal inilah, hidup akan lebih bersemangat.

 

2.      Buat rencana pencapaian untuk mendapatkan tujuan tersebut

Setelah menetapkan tujuan, buat perencanaannya. Jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Hal apa yang akan kita lakukan untuk meraih tujuan atau goal tersebut? Apa yang harus kita siapkan? Hal apa yang harus kita buat? Siapa yang harus dilobi? Dan lain sebagainya.

Contohnya: Kita ingin menulis buku solo.

Hal-hal yang kita lakukan adalah:

a.       Mulai menulis. Membuat tulisan demi tulisan. Bab demi bab. Sebelum menulis, biasanya kita membuat kerangka atau mind map dulu tentang isi buku tersebut.

b.       Melakukan self editing. Menyunting tulisan yang telah kita buat. Memperbaiki kesalahan yang kita lakukan. Ejaan. Penulisan kata dan kalimat. Keruntunan gagasan. Kelengkapan gagasan dan sebagainya.

c.       Mencetak buku untuk dikirim ke penerbit. Menurut kang Beni Ramdani, “Penerbit lebih senang jika naskah buku yang dikirim tersusun rapi.”

d.       Sebelum menulis, kita bisa mencari tahu penerbit yang akan mencetak buku kita. Apakah akan diterbitkan oleh penerbit mayor atau indie. Semua ada resikonya.

Bisa juga mencari penerbit ini setelah ada tulisannya.

e.       Mengirim tulisan ke penerbit

f.        Menunggu kabar baik buku kita lolos cetak

g.       Promosi buku

 

3.       Evaluasi kegiatan atau usaha yang telah kita lakukan

Tidak semua tujuan berhasil kita raih dengan mudah. Ada kalanya butuh waktu atau mengalami kegagalan. Menerrbitkan buku bukan perkara gampang, apalagi di penerbit mayor. Apakah isi buku kita sesuai dengan selera pasar?

Seperti J.K Rowling yang sukses dengan novel Harry Potter yang mendunia. Banyak mengalami penolakan. Namun, akhirnya berhasil.

 

4.      Jeda

Diantara perjalanan meraih impian, adakalanya kita butuh jeda atau istirahat sejenak. Menenangkan diri. Menghirup nafas Panjang. Berpikir ulang. Mengalihkan perhatian untuk mengusir bosan. Rileks atau rekreasi. Mungkin butuh juga healing. Lakukanlah!

 

5.      Siapkan mental

Seperti J.K Rowling yang diawali dengan kondisi ekonomi sulit, niat menerbitkan novel tapi ditolak terus. Namun, dia tak patah semangat. Penerbit satu menolak. Datangi penerbit kedua dan seterusnya. Hingga sebuah penerbit kecil menerima tulisannya untuk naik cetak.

Selama proses meraih kesuksesan atau progress tersebut, kita butuh mental baja. Pantang menyerah.

Kekuatan mental menjadi factor pendukung penting dalam mencapai progress sekecil apapun. Jika kita menyerah kalah, maka tamatlah sudah. Takkan ada progress kecil yang kita dapatkan, apalagi sukses besar.

 

6.      Belajar lagi

Setelah mengevaluasi diri dan jeda sejenak. Kini, saatnya kita belajar lagi. Pelajari hal-hal yang menjadi tujuan kita. Apa yang salah? Mungkin kita perlu belajar hal baru untuk meraih progress kecil tersebut.

Contohnya untuk jadi blogger professional, setelah rajin menulis di blog, kita perlu belajar tentang SEO.

 

7.      Diskusi dan sharing dengan ahlinya atau mentor

Ada kalanya kita butuh orang yang ahli, mentor, guru, penasihat, atau yang sejenis itu untuk meraih progress kecil kita. Semua hal yang telah kita lakukan tapi belum berhasil, bisa kita diskusikan dengan mereka. Sharing ilmu atau bertukar pengalaman. Mencari kekurangan dan kelebihan dari semuanya. Sampai akhirnya, kita semakin yakin dengan tujuan kita. Semakin mantap dengan langkah-langkah yang kita lakukan.

Kita bisa mencari mereka dengan berkomunitas, ikut kelas penulisan, kursus, mencari tokoh publik di media sosial, misalnya Edho Zell yang sukses sebagai influencer. Bisa juga kita mengandalkan teman untuk berdiskusi atau mendapatkan informasi tentang mentor tersebut.  

 

8.      Tindak lanjut

Setelah kita diskusi dengan ahlinya, saatnya menindaklanjuti progress kecil kita. Apa yang harus kita lakukan lagi agar bisa mendapatkan tujuan kita?

Tanpa tindak lanjut, semua akan sia-sia belaka.

Setelah melalui tahap-tahap tersebut, biasanya kita lebih optimis. Semakin yakin dengan hal yang kita lakukan. Otak kita dipenuhi ide-ide segar lagi. Kebuntuan juga jadi sirna. Semangat bangkit lagi. Inilah saatnya kita menuai progress kecil kita.

 

9.      Selebrasi

Langkah terakhir sekaligus penutup tujuan kita adalah selebrasi. Tak perlu berlebihan merayakan keberhasilan ini. Cukup yang sederhana tapi membuat kita bahagia.

Banyak hal yang bisa kita lakukan. Memberikan hadiah kecil untuk orang tua. Traktir teman. Berbagi dengan anak yatim. Piknik bareng. Menikmati me time.

Intinya, kita perlu mengapresiasi diri atas keberhasilan yang telah kita raih. Kita telah berhasil meraih progress kecil. Kita telah berhasil memperjuangkan tujuan. Kita telah berhasil mewujudkan resolusi. Kita adalah pejuang sejati.

Selebrasi kecil ini, membuat kita akan lebih semangat dalam meraih progress-progress kecil lainnya.

 

Nah, sobat yayuarundia.com, itulah 9 cara mengembangkan progress kecil. Semoga dari progress kecil, kita bisa meraih kemajuan besar. Aamiin

 

Selamat memperjuangkan keberhasilan hidup

Jangan berhenti sebelum mendapatkan progress kecil itu!

 

Sampai jumpa

Salam

 

Sumber Gambar:

https://gaya.tempo.co/read/1656164/tips-sukses-dengan-3-kebiasaan-sederhana


 

 

12/27/2023

Please, Stop Genosida Terhadap Warga Palestina

 

Halo sobat yayuarundina.com – Natal yang kelabu terjadi di berbagai tempat. Dengan peristiwa yang menimpa warga Palestina, bumi pun menangis. Please, stop Genosida terhadap warga Palestina.


genosida
Stop Genosida

Banyak juga aksi yang mengharapkan dihentikannya penyerangan terhadap warga Palestina. Pada intinya, mereka minta Israel menghentikan serangan ke Palestina. Stop pembantaian terhadap warga Palestina, khususnya perempuan dan anak-anak. Please. Stop Genosida terhadap warga Palestina.

Please, stop genosida terhadap warga Palestina. Akibat hal tersebut, banyak kisah miris bermunculan. Foto-foto anak dan bayi korban serangan ke Palestina bertebaran dimana-mana. Masih lekat dalam ingatan, seorang bayi mungil melepaskan nyawanya. Masih banyak lagi korban-korban yang berjatuhan. Sebuah pasar yang hancur jadi pemakaman. Karena pemakaman telah habis, ada warga Palestina yang menguburkan jenazah saudarana di pinggir jalan. Hati ini menjerit menembus langit.  Betapa pilu kisah mereka.

Makna Kata Genosida

Dengan ramainya pemberitaan tentang aksi Israel pada warga Palestina, kita jadi tahu satu istilah baru. Genosida. Inilah uraian makna istilah Genosida berdasarkan Ensiklopedia Holocaust dan Wikipedia.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Raphael Lemkin, seorang pengacara Yahudi Polandia pada 1944. Istilah ini berasal dari Bahasa Yunani dan Latin. Genosida merupakan gabungan dua kata. Geno (Yunani) bermakna rasa atau suku. Sida (Latin) bermakna pembantaian.

Jadi istilah Genosida berarti pembantaian kejahatan kekerasan terhadap sebuah kelompok masyarakat untuk memusnahkan kelompok tersebut. Kejahatan kekerasan itu biasanya berupa pembantaian atau pembunuhan.

Lemkin menyatakan bahwa Genosida itu berupa beragam aksi yang dilakukan secara terencana dan terkordinasi dengan baik untuk menghilangkan suatu kelompok masyarakat.

Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, genosida ialah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah kelahiran dalam kelompok; memindahkan secara paksa anak-anak dalam kelompok ke kelompok lain.

Genosida yang Dialami Warga Palestina

Dalam aksi Israel yang dilakukan terhadap warga Palestina. Mereka membunuh kaum perempuan dan anak-anak secara membabi buta. Padahal, merekalah generasi muda yang akan mewarisi peradaban sebuah negara atau kelompok masyarakat.  Perempuanlah yang akan melahirkan warga baru sebagai kelanjutan dari generasi tua. Jelas, ini adalah sebuah aksi genosida.

Bukan hanya itu, warga palestina juga diambil segala sendi-sendi kehidupannya. Tak ada gas, listrik, kelaparan, tak punya tempat tinggal, tak bisa berobat ke rumah sakit. Duh, ngeri membayangkannya juga.

Kita saja hanya berpuasa beberapa hari atau sebulan saat Ramadhan pasti akan lesu. Ini kelaparan berkepanjangan tanpa batas waktu yang jelas. Manusia dibiarkan mati secara perlahan.

Warga Palestina Inspirasi Sebuah Kekuatan Mental Sejati

Melihat nasib yang dialami oleh warga Palestina, kita bisa mengambil hikmahnya. Warga Palestina merupakan inspirasi sebuah kekuatan mental sejati.

Penderitaan yang mereka alami selama bertahun-tahun itu menjadi sebuah imunisasi mental yang luar biasa efektif. Sampai muncul sebuah ungkapan kece bahwa mereka takkan pernah bisa dimusnahkan. Jika dibunuh mereka mati syahid. Jika diserang, mereka takkan pernah menyerah.

Yang paling manis adalah kekuatan iman mereka. Mereka sangat yakin bahwa iman itu takkan pernah bisa dikalahkan oleh siapa pun. Ketika mendengar kabar kematian anak atau saudara mereka, tak ada jerit tangis yang keluar. Walau sedih, mereka bisa tegar. Yakin Allah akan menolong mereka. Ini adalah sebuah kepasrahan, keikhlasan, dan kesabaran yang luar biasa menghadapi kiamat kecil ini.

Apalah artinya penderitaan kita dibandingkan dengan mereka. Penderitaan kita hanya sebutir debu yang akan segera menghilang ditiup angin. Mereka? Luar biasa. Penderitaan hebat pun mereka terima dengan lapang dada. Dzikir dan baca Quran menjadi obat paling mujarab. Ketika menghadapi serangan Israel, mereka akan duduk berkumpul di suatu ruangan untuk melakukannya. Itulah budaya hebat yang patut ditiru oleh kita.

Semoga kebaikan tersebut menular kepada kita.

Genosida Sebuah Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Setiap manusia berhak untuk hidup aman, nyaman, dan damai. Setiap manusia berhak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka berhak untuk memiliki tempat tinggal yang layak. Makan dan minum. Pakaian. Berhak untuk hidup layak. Berhak untuk disayangi. Juga beragam kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Genosida menghancurkan semuanya. Inilah sebuah pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Menghancurkan rumah. Menghancurkan keluarga. Anggota keluarga musnah. Dibiarkan kelaparan dan kedinginan. Semua hak hidupnya dirampas sehabis-habisnya. Tak ada yang tersisa sedikit pun.

Genosida meninggalkan kehancuran, kepahitan hidup. Tangis dan duka mendalam. Penderitaan dan seabreg pelanggaran yang sulit diampuni. Semua hilang, termasuk hati nurani pelakunya. Rasanya bukan manusia.  Tak punya belas kasihan. Please, stop genosida terhadap warga Palestina.

Sejarah Genosida di Dunia

Masih dari sumber yang sama, Wikipedia, ternyata genosida tidak hanya terjadi pada warga Palestina. Genosida juga terjadi di berbagai tempat di dunia. Ini dia beberapa peristiwa genosida yang pernah terjadi.

1.      Nazi yang membantai warga Yahudi, Gipsi,

2.      Serbia yang memusnahkan warga Bosnia dan Kroasia. Sebuah genosida yang dinyatakan melanggar hokum untuk pertama kalinya di Kawasan Eropa.

3.      Pembantaian Rwanda

4.      Diktator  Guatemala, Elfrain Rios Montt yang membantau suku Indian Maya

5.      Pembantaian suku Kurdi

6.      Khmer Merah yang menelan korban sekitar dua juta orang

7.      Pembantaian suku Aborigin oleh Britania Raya

8.      Pembantaian suku Indian di benua Amerika oleh para penjajah Eropa

Masih banyak lagi peristiwa genosida itu. Semoga di masa depan tidak akan pernah terjadi lagi. Semuanya bisa hidup damai dan penuh rasa sayang yang tulus.

Nah, sobat yayuarundina.com, semoga tulisan ini bermanfaat dan jadi inspirasi. Semoga dengan peristiwa genosida ini, kita bisa hidup lebih tangguh lagi.

 

Sampai jumpa di postingan berikutnya

Salam


Sumber gambar: Tik Tok

 

12/25/2023

8 Cara Menyayangi Orang yang Telah Tiada

 

Halo sobat yayuarundina.com – Kematian memang tidak bisa ditolak. Setiap makhluk hidup akan sampai pada waktunya dijemput oleh malaikat maut. Namun, ikatan batin antara mereka yang sudah meninggal dan yang masih hidup takkan putus, terlebih lagi orang tua. Bagaimana cara menyayangi orang yang telah tiada?


anak soleh
Mendoakan Orang Tua

Kematian Bagai Petir yang Menyambar

Rasanya tak ada orang yang akan siap ditinggalkan oleh orang-orang terkasihnya karena kematian. Perpisahan yang abadi. Sesiap dan seikhlas apapun, kita pasti akan nelangsa. Apalagi jika kematian itu terjadi secara tiba-tiba. Tanpa sakit terlebih dahulu. Asa diheulang.

Setelah kepergian mereka, kita akan butuh waktu untuk bisa move on lagi. Sedih berkepanjangan. Ada saja hal-hal yang selalu mengingatkan kita kepada mereka. Orang tua terkasih. Suami tercinta. Anak. Saudara. Sahabat dan sebagainya.

Kalau tidak ingat akan ajaran agama bahwa yang hidup itu akan mati. Mungkin kita bisa jadi ikut mati juga. Depresi. Frustasi. Putus asa. Dunia menjadi gelap gulita. Masa depan menjadi hancur debur.

Dengan landasan agama itulah, kita berusaha bangkit perlahan-lahan. Berusaha ikhlas dan sabar dengan kiamat kecil tersebut. Kita pasrah menerima segala takdir. Kita juga biasanya butuh orang yang mampu menguatkan. Bisa juga, kita berkaca pada pengalaman orang lain. 1001 jalan menuju Roma!

8 Cara Menyayangi Orang yang Telah Tiada

Setelah kematian itu, banyak hal juga yang harus kita lakukan. Menata emosi diri. Melanjutkan hidup. Juga tetap menyayangi orang yang telah tiada tersebut, khususnya orang tua.

Inilah beberapa cara menyayangi orang yang telah tiada.

1.     Mendoakan Kedua orang tua

Ini adalah cara terbaik menyayangi kedua orang tua setelah mereka meninggal dunia. Seperti halnya mereka selalu memberikan doa terbaik untuk kesejahteraan, kesuksesan dan keselamatan anak-anaknya, kita juga wajib melakukan ini.

Mendoakan mereka agar tidak mendapatkan siksa kubur, disayangi dan diampuni segala dosa-dosanya oleh Allawa SWT. Juga kita doakan menjadi peenghuni surge agar kedua orang tua kita bisa meraih kebahagiaan sejatinya di akherat.

 

2.     Menjadi anak soleh

Kewajiban kedua adalah mejadi anak soleh. Kebaikan anak soleh akan mengalirkan kebaikan juga pada kedua orang tua kita. Menjadi anak soleh adalah buah manis dari semua usaha maksimal orang tua dalam proses mendidik anak-anaknya.

Saya selalu membayangkan, jika kita menjadi anak soleh, kedua orang tua kita melihatnya dari surga dengan senyum lebar. Love bangets. Semua kelelahan mereka selama mengasuh dan mendidik kita terbayar tunai. Tidak sia-sia.

 

3.     Berinfaq untuk almarhum

Ini salah satu hal yang sering kami lakukan juga, khususnya saat menerima hasil dari jerih payah mereka. Seperti mendapatkan durian runtuh, tiba-tiba saja kita ketiban rejeki. Saat orang tua kita meninggal, mendapatkn uang duka contohnya, membuat perasaan kita campur aduk.

Merasa senang karena ada perhatian dan tanda kasih dari sahabat, saudara dan rekan kerja. Namun, kami nysek dan menangis juga karena menerima rejeki ini harus dibayar mahal dengan kehilangan orang tua untuk selama-lamanya.

Oleh karena itu, salah satu cara membahagiakan diri kita untuk momen seperti ini adalah menginfakkan atau bersedekah dengan harta tersebut. Hal ini dilakukan dengan harapan pula agar pahala kebaikannya sampai kepada orang tua kita di surga.

4.     Berbuat kebajikan

Rasanya nyesek bangets kalau kita mendengar orang lain menjelek-jelekkan orang tua yang sudah tidak ada. Heh, bikin darah mendidih saja.

Oleh sebab itulah, kita wajib melakukan banyak kebaikan agar orang-orang atau masyarakat teringat pada nama baik orang tua kita. Tetap mengharumkan nama mereka walau sudah tiada.

Tujuan lainnya adalah sebuah harapan juga agar paha kebaikan itu juga sampai kepada mereka sehingga dapat tiket ke surge. Tempat terbaik untuk orang soleh.

 

5.     Melanjutkan kebaikan yang biasa dilakukan oleh orang tua kita

Selama hidupnya, kedua orang tua kita pasti punya atau sering melakukan kebaikan pada orang lain, tetangga, atau saudara. Orang taua temanku contohnya, setiap menjelang lebaran akan memberikan uang dan beras kepada fakir miskin, khususnya yang ada di sekitar rumah mereka.

Kebaikan seperti inilah, yang bisa kita lakukan juga setelah mereka meninggal dunia. Bisa dengan rejeki yang berasal dari kita atau peninggalan orang tua.

 

6.     Menjalin persaudaraan

Perpecahan, biasanya sering menjadi masalah khusus yang timbul setelah orang tua tiada. Rebutan warisan menjadi factor penyebab utamanya. Akan lebih rumit kalua kedua orang tua itu tak memiliki keturunan. Bahkan, anaknya semua perempuan.

Keluarga besar jadi pecah. Kakak adik jadi bermusuhan. Anak putus hubungan dengan saudara. Masih banyak konflik lain yang terjadi akibat memperebutkan warisan ini.

Jika tidak dilandasi agama dan kesadaran diri bahwa warisan hanya sekedar hadiah atau bonus dalam hidup kita, konflik tersebut akan berkepanjangan. Bisa bertahun-tahun loh. Miris bukan? Inilah duka kedua setelah kehilangan orang tua. Kita kehilangan adik atau kakak. Juga saudara-saudara lainnya. Lenyap sudah kehangatan yang terbentuk selama kedua orang tua kita masih hidup. Bisa jadi kita hidup sebatang kara.

Oleh karena itu, menjalin rasa persaudaran setelah kepergian orang tua menjadi sangat krusial. Persaudaraan jauh lebih penting daripada harta warisan.

 

7.     Menjalin silaturahmi dengan para sahabatnya

Cara lain menyayangi kedua orang tua kita adalah dengan menjalin silaturahmi dengan para sahabat mereka. Menyayangi mereka. Sowan ke rumah mereka. Memberikan perhatian kecil. Bisa pula memberikan bantuan jika mereka membutuhkannya. Inilah beberapa bentuk menjalin silaturahmi dengan para sahabat kedua orang tua kita.

 

8.     Membaca Al Quran

Langkah terakhir adalah membaca Al Quran dengan rajin. Membaca Al Quran mampu memberikan ketenangan batin, apalagi saat galau karena ditinggal oleh orang tua.

Dengan membaca Al Quran, kita disadarkan untuk bisa menerima segala ketentuan Ilahi. Termasuk kematian orang tua kita jika sudah waktunya. Tak ada manusia yang abadi. Ini adalah sunatullah, ketetapan-Nya.

Harapan lainnya adalah pahala membaca Al Quran ini juga bisa diterima oleh kedua orang tua kita yang sudah almarhum. Menjadi tiket untuk bebas dari siksa kubur. Menjadi tiket untuk ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya, Jannah atau surga.

Nah, sobat yayuarundina.com, demikianlah 8 cara menyayangi orang yang kita kasihi setelah mereka tiada. Cara menyayangi kedua orang tua yang telah pergi untuk selama-lamanya menuju pada keabadian.

Semoga bermanfaat

 

 

Salam

Sampai jumpa

 

  Sumber Gambar

        https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fsmat.pesantren-condong.sch.id


12/23/2023

Privilege Dalam Dunia Pendidikan

 

Halo sobat yayuarundina.com – Tema privilege ini adalah salah satu tantangan keren dari beragam tema ODOP. Tak bisa dipungkiri bahwa privilege ini adalah bagian dalam kehidupan manusia. Banyak hak istimewa yang nyata diberikan pada sekelompok orang tertentu. Bagaimanakah privilege dalam dunia Pendidikan? Ini akan menjadi sajian yang menarik, bahkan bisa jadi kontroversial.


privilege
Privilege di dunia pendidikan

Dirangkum dari berbagai sumber, privilege berarti hak istimewa yang diberikan kepada orang-orang tertentu karena berbagai faktor. Beberapa faktor itu adalah kekayaan, pendidikan, jenis kelamin, status sosial, warna kulit, agama, dan ekonomi. Privilege memberikan kemudahan bagi orang-orang tertentu untuk meraih kesuksesan.

Privilege dalam dunia Pendidikan bisa jadi melanggar hak azasi manusia. Namun, sebaliknya bisa juga menjadi sebuah bentuk pengakuan bagi individu. Manusia itu memang beragam, ya kan? Jadi, pasti akan ada privilege juga dalam dunia pendidikan.

Privilege dalam dunia pendidikan bisa jadi sebuah diskriminasi. Bisa juga tidak. Kalian bingung gak sih? Dimanakah keajegannya, ya? Privilege dalam dunia pendidikan lahir dari sebuah persfektif. Bisa jadi Si A dan Si B memiliki sudut pandang yang berbeda. Inilah titik pangkalnya. Perbedaan pendapat selalu menjadi misteri.

Program RSBI/ SBI Sebuah Privilege untuk Sekolah

Jauh sebelum masa pandemi, kita mengenal program RSBI atau Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. SBI itu Sekolah Bertaraf Internasional. Namun sekitar tahun 2013, program ini berakhir karena MK atau Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan tergugat.

Yup, kala itu, RSBI menjadi isu pendidikan yang sangat kontroversial. Banyak yang menggugatnya. MK menghapuskan pelaksanaan RSBI dan SBI di sekolah-sekolah pemerintah. Alasannya melanggar UUD 1945 dan liberalisasi pendidikan.

Namun kenyataannya, program RSBI ini masih ada dan meluas walau tidak lagi menggunakan istilah RSBI/ SBI. Program ini juga banyak menjadi keunggulan sekolah-sekolah swasta. Inikah komersialisasi pendidikan?


privilege
Sekolah RSBI

Yang saya ingat dari program RSBI ini adalah pemakaian dua bahasa untuk bidang studi Matematika, Sains. Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Juga diberangkatkannya beberapa guru ke luar negeri. Kala itu ke Australia untuk meninjau pendidikan di beberapa sekolah negara tersebut. Dari program inilah, saya mengetahui bahwa Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran di sana.

Selain itu, ada juga guru asing yang datang ke sekolah untuk sharing atau berbagi pengalaman mengajar dan memberikan kursus bahasa Inggris. Native speaker. Belajar bahasa Inggris menjadi agenda rutin untuk guru-guru di sekolah RSBI. Seru juga sih saat itu. Kita jadi memiliki wawasan global dan internasional. Teu kurung batokeun.

Menurut MK, pemakaian Bahasa Inggris di sekolah RSBI merupakan pelanggaran dan melemahkan rasa nasionalisme. Jujur, awalnya saya merasa demikian. Sebagai guru Bahasa Indonesia merasa menjadi Bahasa kedua di negara sendiri. Namun, saya mengajak murid-murid saya untuk menduniakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda (daerah). Mereka berkomunikasi dengan murid-murid di luar negeri dengan bahasa Inggris dan juga mengajak mereka berbahasa Indonesia atau Sunda.

Alhamdulillah, sekarang bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa dunia. Bahasa kesepuluh yang resmi digunakan dalam sidang Unesco. Mimpi kami jadi kenyataan. Walau memang bukan murni dari program RSBI. Perjuangan para pegiat bahasa Indonesia dan pusat bahasa layak diacungi jempol. TOP BGT.

Pelaksanaan program RSBI/ SBI menurut saya adalah sebuah privilege dalam dunia pendidikan. Hak istimewa yang diberikan kepada sekolah-sekolah unggul. Hanya sekolah-sekolah negeri tertentu yang mendapatkan program tersebut. Sekarang, privilege itu diberikan kepada sekolah-sekolah swasta.

Program RSBI bertujuan memberikan wawasan global kepada para siswa Indonesia. Mereka diharapkan mampu berkontribusi secara luas dan aktif di dunia internasional. Membawa misi kebangsaan. Menduniakan Indonesia dalam berbagai bidang.

Sayangnya, hal positif ini kalah dengan alasan lain. Seandainya, banyak sekolah negeri yang tetap menjalankan program ini, Indonesia akan lebih maju.

Setiap sekolah punya budaya masing-masing yang bisa menjadi keunggulannya. Ada yang bisa berkembang di bidang akademik, prestasi olah raga, seni dan lain sebagainya. Bisakah semua sekolah disamaratakan?

 

Zonasi dan Diferensiasi adalah Privilege dalam Dunia Pendidikan

Usai program RSBI dan SBI, kini dunia pendidikan ramai dengan program zonasi dalam penerimaan siswa baru dan diferensiasi dalam pelaksanaan kurikulum merdeka.

Siswa yang rumahnya berjarak sekitar 1 km dari sebuah sekolah mendapatkan kemudahan untuk bisa diterima di sekolah tersebut. Jarak ini bisa berkurang tergantung pada pesaing yang masuk ke sekolah tersebut.

Diferensiasi pada dasarnya adalah pengakuan terhadap potensi individu yang berbeda-beda. Setiap siswa itu unik. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ibarat burung yang jago terbang. Monyet yang jago manjat. Bebek yang jago berenang. Mereka tidak bisa disamaratakan harus pandai terbang, manjat, dan berenang. Mereka bisa sukses dengan potensi dan kemampuan masing-masing.

Bolehkah Guru Memberikan Privilege Kepada Muridnya?

Saya sih, yes bangets. Salah satu tantangan terberat dalam pelaksanaan kurikulum merdeka adalah guru wajib tahu semua murid-muridnya. Karakter. Kondisi ekonomi. Minat dan bakatnya. Kemampuan akademis dan informasi lainnya.

Berdasarkan informasi minimalis yang selama ini mudah dilakukan, guru bisa memberikan privilege kepada murid-muridnya. Guru bisa memberikan privilege kepada siswa yang unggul dan belum berkembang. Memberikan nilai sesuai fakta adalah sebuah privilege. Memberikan kesempatan ikut lomba sesuai kemampuan siswa juga contoh privilege. Siswa yang suka dan jago menulis bisa diikutsertakan untuk lomba menulis cerpen misalnya.

Pemberian hak istimewa oleh guru kepada murid-muridnya bisa beragam. Pengayaan dan remedial juga privilege menurut saya mah. Pemberian hak istimewa untuk keberhasilan siswa  ini bisa diberikan oleh guru sesuai kondisi dan tantangan di lapangan. Guru bisa menentukannya sendiri.

Bagaimana sobat yayuarundina.com, setujukah dengan konsep privilege di dunia pendidikan ini? Ditunggu komentar-komentarnya ya! Mari berdiskusi!

 

Salam

Sampai jumpa

 

Sumber Tulisan

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197907122005011-NURDIN/PENGERTIAN_RSBI.pdf

https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=7971#:~:text=Sebelumnya%2C%20Mahkamah%20Konstitusi%20(MK),1945%20dan%20bentuk%20liberalisasi%20pendidikan.

https://edukasi.kompas.com/read/2013/01/08/18431250/~Edukasi~News

https://www.tribunnews.com/nasional/2013/01/08/alasan-mk-bubarkan-sekolah-rsbi

https://www.gramedia.com/best-seller/privilege/

https://kumparan.com/ragam-info/pengertian-privilege-dan-contohnya-dalam-kehidupan-sehari-hari-20faCjm5RSW

https://www.detik.com/jabar/berita/d-6209409/privilege-adalah-contoh-dan-jenis-jenisnya

Foto: Opick 

 

12/21/2023

FOPO: Sisi Positif dan Negatif Hidup Bersosialisasi

 

Halo sobat yayuarundina.com – Apa itu FOPO? Ada yang pernah mengalaminya? Yuk, kita bahas ilmu psikologi tentang bergaul. Inilah FOPO: Sisi Positif dan Negatif Hidup Bersosialisasi?


fopo
FOPO yang dialami seorang wanita

Definisi FOPO

FOPO itu kepanjangan dari Fear of Other People’s Opinions. Ketakutan pada pendapat orang lain. FOPO menjadi salah satu sisi positif dan negatif hidup bersosialisasi.  

Dikutip dari laman UGM, “Banyak orang Indonesia sekarang yang takut dinilai jelek, gagal, dan salah di mata orang lain. Demikian dikatakan oleh seorang psikolog sekaligus dosen psikologi Universitas Gajah Mada (UGM), T. Novi Poespita Candra, S.Psi, M.Si, P.hD. Bahkan, FOPO  sudah menjadi fenomena baru di masyarakat dan cenderung semakin meningkat.

Fenomena ini semakin kuat terbentuk akibat pemakaian sosial media yang semakin menjadi gaya hidup di era digital. Semakin derasnya informasi melalui social media, maka FOPO bisa bernilai positif dan negatif dalam hidup bersosialisasi di dunia maya.

FOPO: Sisi Positif dan Negatif Hidup Bersosialisasi

Manusia merupakan makhluk sosial. Tak mungkin hidup sendirian dan memenuhi semua kebutuhannya sendirian. Oleh karena itu, bersosialisasi atau bermasyarakat menjadi salah satu kebutuhan. Apalagi, di era ini, kita wajib memiliki jaringan pertemanan yang luas agar bisa hidup sukses. FOPO punya sisi positif dan negatif dalam hidup bersosialisasi.

Banyak suka - duka yang kita alami dalam proses hidup bersosialisasi ini. Termasuk pendapat orang lain. Diomongin orang lain. Di satu sisi, kita akan butuh pendapat atau masukan orang lain untuk perbaikan diri dan kinerja kita. Di sisi lain, kita juga sering merasa tersinggung dengan pendapat atau omongan orang lain tersebut. FOPO seperti dua sisi mata uang. Punya sisi dan positif dan negatif dalam hidup bersosialisasi.

Sahabat saya, Dyah Prameswarie, pernah meminta muridku untuk menjadi reader pertama buku yang ditulisnya. Yup, sebagai penulis, opini pembaca pertama menjadi sangat penting untuk meluncurkan buku barunya. FOPO seperti ini tentu saja positif ya.

FOPO Itu Aku?

Apakah FOPO pernah menjadi bagian dari hidupku? Tentu saja. Fopo pernah menjadi bagian dari hidupku, bahkan juga kalian. Dulu, aku pernah diperbudak oleh berbagai pendapat orang lain. Pendapat-pendapat mereka ibarat titah raja yang harus kupatuhi dan kulaksanakan. Jadinya, kala itu, aku hidup berdasarkan pendapat-pendapat orang lain.

Aku beli baju gara-gara ikut tren. Ikut-ikutan teman yang memang suka belanja baju. Setelah di rumah, baju yang kubeli tersebut ternyata tidak cocok saat kupakai. Aku merasa jelek memakai baju itu. Saat harus pergi bersama dengan memakai baju tersebut, aku jadi tak nyaman. Namun, aku bertahan demi kebersamaan.

Aku juga berutang gara-gara disuruh teman. Bahkan, ada loh yang terjerat pinjol gara-gara dipengaruhi oleh teman. Paling parah setelah berutang, mereka tidak bisa melunasi pinjamannya tersebut. Akibatnya, barang-barang berharganya disita untuk melunasi utang tersebut. Untungnya, aku tidak separah itu. Pinjamanku kala itu untuk hal yang positif. Jadi, aku tak terlalu rugi. Namun, gara-gara pinjaman tersebut, kebebasan finansialku sirna. Aku harus banyak puasa agar bisa melunasi hutang.

Ah, masih banyak hal lain yang kulakukan berdasarkan pendapat orang lain. Salah satu pendapat teman yang bernilai positif kala itu adalah gaya rambut saat difoto untuk kelulusan. Sahabatku, Sashi mengatakan agar aku mengurai rambut panjangku. Bagian sampingnya diikat ke belakang. Poni dibiarkan menutup bagian dahiku. Alhasil, fotoku cantik. Alhamdulillah. Thanks to you, Sobatku.

Begitulah hidupku kala itu. Berjalan berdasarkan pendapat atau omongan orang lain. Rasanya aku seperti robot. Lama-lama jiwaku berontak. Aku merasa cape alias Lelah batin. Rasanya, aku tidak punya kebebasan untuk melangkah sendiri. Aku dibuat mati kutu.

Benar kata psikolog UGM itu bahwa FOPO bisa berpengaruh pada kesehatan mental kita. FOPO bisa sangat menganggu kehidupan kita jika muncul terus menerus. Aku jadi mudah marah. Kesal. Tersinggung. Aku jadi tak punya jati diri.

Bahaya FOPO Bagi Manusia

Benarkah FOPO itu berbahaya bagi kita? Yes, 100% benar! Inilah beberapa bahayanya

1.      Merusak kesehatan mental

Orang yang menderita FOPO, cenderung merasa cemas. Takut salah. Takut melakukan hal yang disukainya. Takut diejek orang lain. Takut dihukum kalau tidak melaksanakan titah orang lain. Inilah beberapa gangguan kesehatan mental yang terjadi. Kita merasa sangat tersiksa.

Kita menjadi orang lain. Badan kita punya diri sendiri. Namun, pikiran dan psikisnya adalah  orang lain. Kita hidup berdasarkan pendapat orang lain. Kita jadi kehilangan jati diri.

2.      Menjadi Manusia Kerdil

Karena kemerdekaan diri telah direnggut oleh orang lain. Kita menjadi kerdil. Kita bagai robot yang disetel oleh orang lain. Tak ada kebebasan diri. Dunia kita menjadi sempit dan gelap.

3.      Tidak Bisa Mengembangkan Potensi Diri

Ini bahaya yang paling parah. Kita tidak berani untuk mengembangkan diri. Semua potensi kita ditelan oleh pendapat orang lain. Kita tidak punya keberanian untuk mengeksplorasi kelebihan diri sendiri. Kita takut dinilai gagal. Akibatnya, potensi terbaik kita terkubur hidup-hidup! Kita tak akan pernah berkembang. Kita tak akan pernah sukses karena selalu takut salah. Takut diejek orang. Kegagalan selalu menjadi bagian dari diri kita.

FOPO Dibentuk Oleh Budaya dan Pendidikan

FOPO yang terjadi pada diri seseorang terbentuk karena budaya dan pendidikan. Apalagi budaya timur yang sangat feodal. Kita atau saya yang orang Indonesia, diwajibkan untuk mematuhi orang tua. Tidak boleh membantah sedikit pun. Jika demikian, kita akan masuk neraka! Para perempuan diwajibkan untuk taat kepada suami. Apapun perkataannya wajib kita laksanakan.

Demikianlah budaya feodalisme yang kita terima secara buta. Kewajiban itu bernilai mutlak. Kita tak pernah berpikir kritis. Tak mau mencari pengetahuan tentang hal tersebut. Doktrin itu kita telan bulat-bulat. Akibatnya, kita jadi takut.

Pendidikan juga demikian. Di bangku sekolah, kita selalu terbiasa dengan keseragaman, baik fisik maupun mental. Kita cenderung punya pendapat yang sama saat diminta berpendapat di kelas. Idem. Bahkan, cenderung mengekor pendapat teman. Rasanya kita buntu untuk mengeluarkan pendapat sendiri. Takut salah. Takut diejek teman dan seabreg ketakutan lainnya. Buku yang kita pakai pun cenderung sama. Sama judul dan penulisnya.

Itulah beberapa biang kerok terjadinya FOPO pada diri kita. Kita tidak punya kemerdekaan. Padahal sejak tahun 1945, negara kita telah merdeka, bebas dari penjajahan.

4 Tips Menghilangkan FOPO

Fopo atau fear of other people’s opinion dapat dihilangkan. Kita bisa bebas dari rasa takut karena omongan orang lain. Inilah beberapa tips yang bisa kita lakukan.

1.      Tumbuhkan Percaya Diri

Tips pertama untuk menghilangkan FOPO adalah tumbuhkan kepercayaan diri. Kita pasti bisa melakukannya. Kita punya potensi diri yang positif. Kita punya kemampuan yang hebat. Abaikan pendapat orang lain saat kita melakukan sesuatu yang positif!

 

2.      Banyak Beraktivitas

Dengan melakukan banyak aktivitas yang positif, kita bisa lebih percaya diri. Satu kali berhasil, akan diikuti keberhasilan lainnya. Daripada kita terjebak pada pendapat atau omongan orang lain, akan lebih bermakna jika kita melakukan sesuatu yang positif. Jika kita gagal, itu adalah biasa. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Taka da keberhasilan yang bersifat instan. Sekali jadi. Pasti harus berproses.

 

3.      Kendalikan Hidup Kita

Hidup kita adalah daerah kekuasaan kita. Jangan biarkan orang lain memasuki wilayah ini! Banyak hal dalam hidup ini yang tidak bisa kita kendalikan, termasuk omongan atau pendapat orang lain. Kata teman dan guru saya, baik atau buruk, manusia pasti akan berpendapat. Akan selalu membicarakan kita.

“Urang pasti selalu diomongkeun batur wae. Hade atawa goreng. Itu mah biasa. Itu mah sifat manusa,” nasihat pak Toni di suatu sore.

“Jangan takut sama omongan orang lain! Pek weh batur mah rek ngomongkeun urang sakumaha wae, terserah. Yang penting, kita berada di jalur yang benar,” ujarnya kemudian.

 

4.      Kenali Prinsip Hidup

Dalam hidup ini, kita harus memiliki prinsip hidup. Tahu yang benar dan yang salah. Agama menjadi pedoman hidup kita.

Dengan kekuatan prinsip inilah, kita mengarungi dunia. Orang lain akan membicarakan kita apapun, terserah mereka. Yang penting kita tidak melanggar aturan. Tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.

Demikianlah obrolan kita tentang FOPO. Fear of other people’s opinion. Ketakutan terhadap pendapat orang lain.

Semoga bermanfaat.

Di postingan berikutnya, kita akan bahas privilege. Hak istimewa.

Salam literasi

Sampai jumpa

 

 

 

Sumber Tulisan:

https://ugm.ac.id/id/berita/23732-apa-itu-fopo-dan-dampaknya-bagi-kesehatan-mental-menurut-psikolog-ugm/

https://mediaindonesia.com/weekend/631699/apa-beda-fomo-dan-fopo-yang-sama-sama-terkait-kecemasan

 

 

12/18/2023

KDRT Bukan Impian Lesti Kejora

 

Halo sobat yayuarundina.com -  Kasus KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh Lesti Kejora membuat kita gemas bangets. Kenapa sih malah balik lagi? Mending tuntaskan, cerai sajalah. Sudah pasti, KDRT Bukan Impian Lesti Kejora.


kdrt
KDRT Bukan Impian Lesti Kejora

KDRT Bukan Impian Lesti Kejora

KDRT bukan impian Lesti Kejora benarkah? Ah, sungguh miris rasanya membaca data kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan. Berdasarkan laman kemenppa, kasus kekerasan pada tahun ini berjumlah 26.676. Korban terbanyak adalah perempuan sebanyak 23.408 orang. Jumlah yang hampir sama dengan jumlah kasusnya.

Walau KDRT bukan impian Lesti Kejora dan para perempuan lainnya di Indonesia khususnya, tapi jumlah kasus dan korbannya lumayan besar. Banyak perempuan yang menderita akibat kekerasan ini. Baik fisik, psikis, maupun kekerasan seksual. Pulau Jawa menjadi wilayah yang paling banyak terjadinya kasus kekerasan ini.

Walau ada pria yang menjadi korbannya, tapi lebih banyak kaum Adamlah yang menjadi pelaku kekerasan ini. Padahal, Lesti Kejora dan para perempuan itu mengharapkan kasih sayang dan curahan cinta yang tulus dari para lelaki. Mereka berharap, para pria yang menjadi teman hidupnya itu adalah pelindung sejati mereka.

KDRT Bukan Adegan Film

KDRT bukan adegan film ini benar adanya. Selain kasus Lesti Kejora yang heboh itu. Banyak perempuan lain yang mengalaminya juga. Ini bukan sebuah cerita dalam film.

Suatu sore, kami duduk berdua di ruang tamu. Hari itu, temanku datang untuk menginap di rumah baruku. Kami sengaja janjian untuk bertemu. Kesibukan sebagai wanita karier telah lama memisahkan kami. Rasa rindu terobati juga hari itu.

Sejak siang, banyak cerita yang mengalir dari kami berdua. Senang rasanya bisa bercerita lagi, tertawa bersama sambil menikmati cemilan ringan. Tawa bahagia selalu ada di setiap obrolan kami. Mengenang masa lalu.

Malam pun menyapa. Cerita berubah horor. Bukan Kuntilanak atau Pocong yang datang. Namun, sahabatku ini bercerita tentang kekerasan dalam rumah tangga yang pernah dialaminya. Dulu sekali, sebelum aku mengenalnya.

Suami yang dinikahinya ternyata punya gangguan emosional yang sangat parah. Jika ada masalah yang dialaminya, istri jadi sasaran bogem mentahnya. Alhasil, wajah temanku pasti benjol dan bengep-bengep. Mata pun jadi bulat besar akibat pukulan hebat yang diterimanya. Belum lagi, tubuh dan anggota badan lainnya. Ih, ngeri benar ceritanya.

Sahabatku ini berharap, suaminya akan berubah manis. Bertransformasi menjadi pria yang baik dan jadi pelindung sejatinya. Namun, harapan tinggal harapan. Nihil. Selama dua tahun, dia pasrah menerima kekerasan dalam rumah tangganya. Harapan itu menjadi penguatnya.

Namun, akhirnya, sahabatku ini menyerah juga. Dengan hati bulat, ia memutuskan untuk bercerai dari suaminya. Untunglah belum dikarunia anak. Beruntung pula, pengadilan mempermudah proses perceraian tersebut.

Ah, sayang, perjalanan hidup setelahnya tak semulus harapan. Mantan suaminya masih saja menjadi sumber masalah. Walau tak lagi menerima kekerasan fisik, tapi hal lain terjadi. Mantan suaminya menyebarkan fitnah keji di tempat kerja mantan istrinya. Alhasil, gosip, cemoohan, beragam tingkah laku negatif rekan sekerja diterima sahabat saya ini. Mereka termakan omongan kosong sang mantan suami yang tiba-tiba jadi aktor paling wahid sedunia. Penyebar fitnah.

Akhirnya, sahabat saya ini pindah kerja. Namun, masalah belum usai juga. Setelah melakukan teror secara mental, mantan suaminya ini melakukan pemerasan dan juga diam-diam bisa mengambil alih harta kekayaan mantan istrinya. Sahabat saya kembali pasrah dengan hal yang terjadi ini.

Hasil kerja kerasnya selama ini licin tandas. Dia harus kembali ke titik nol. Perhiasan emas yang menjadi tabungannya sudah ludes selama pernikahan. Suaminya yang pemabuk dan penjudi ini penyebabnya. Paling miris, ada juga perhiasan emas yang diberikan pada selingkuhan suaminya. Setelah bercerai, rumah yang ditempatinya, diam-diam dijual oleh suaminya.

Beruntung, kedua orang tua sahabat saya ini masih ada. Ayah ibunyalah yang pada akhirnya kembali menerima kehadiran putri tercintanya. Merekalah yang menjadi support system, dukungan terbaik  menghadapi teror suaminya yang masih berambisi agar mantan istrinya itu kembali lagi. Namun, sahabat saya menolak tegas.

Penolakan demi penolakan dari mantan istrinya ini membuat sang mantan suami semakin sering melakukan gangguan. Namun, sang ayah yang pensiunan tentara akhirnya bisa memukul mundur suami yang tak bertanggung jawab ini. Dipukul KO.

Secara perlahan, sahabat saya ini akhirnya bisa menata hidupnya kembali. Mendapatkan kebahagian hidupnya yang hakiki bersama keluarga besarnya. Alhamdulillah.

Tips Menghadapi Kasus KDRT

Kekerasan dalam rumah tangga seperti hantu jahat. Tak terlihat tapi sering menyakiti. Kasus-kasusnya terjadi biasanya tanpa gejala awal. Saat sudah berumah tangga, barulah terjadi.

Perilaku manis saat pacaran berubah horor. Ini yang sering membuat para perempuan berada pada sebuah dilema berat. Antara cinta dan benci. Ada tirai tipis yang seringkali koyak. Para perempuan banyak yang terjebak pada rasa cinta buta itu. Menyerah kalah pada derita tiada ujung. Terjebak playing victim sang pelaku alias suami. Seperti Lesti Kejora.

Apakah Lesti Kejora dan para perempuan itu ingin tetap menjadi korban kekerasan? No. No. No! Sebaiknya segera menyingkir! 

Inilah beberapa tips agar bisa menyelesaikan kasus kekerasan dalam rumah tangga! Simak, pelajari, dan lakukan kelima tips ini!

1.      Buat Keputusan Berani

Ini adalah langkah awal untuk memutuskan rantai kekerasan. Tanpa keberanian, kekerasan dalam rumah tangga ini takkan pernah selesai. Selalu ada dan akan selalu terjadi.

Para perempuan harus membuat keputusan berani. Berani untuk mengakhiri KDRT ini pada dirinya. Sayangilah diri sendiri. Jika suami sudah tidak bisa lagi diandalkan, untuk apa dilanjutkan? Putus. Cukup sampai di sini saja.

 

2.      Kuatkan Mental

Langkah kedua setelah mengambil keputusan berani, bercerai misalnya. Kuatkan mental kita. Seperti pengalaman sahabat saya, tak mudah lepas dari laki-laki yang dicintainya sekaligus penyiksanya. Mereka bisa jadi pemuja sejati. Ada satu sisi dari kita yang menjadi magnet kuat. Menempel erat pada mantan suami. Entah itu kesenangannya menyiksa kita, harta, harga diri dan seabreg lainnya.

Pelaku kekerasan biasanya takkan mudah melepaskan mangsa begitu saja. Seribu akal dan jebakan dilakukan agar istrinya kembali ke pangkuannya. Kembali untuk menjadi bulan-bulanan dia lagi tentunya. Mempermainkan perasaan perempuan seringkali menjadi kekuatan yang tak terbantahkan. Para perempuan seringkali luluh.

No! Tidak! Jangan sampai hal ini terjadi! Kita harus mampu berpikir dan bertindak rasional. Kuatkan mental agar tak terjebak pada rayuan gombal yang membius. Ingatlah bahwa lelaki itu adalah orang paling kejam sedunia. Dia bukan malaikat pelindung. Jauhilah lelaki tak berguna ini!

 

3.      Cari Support Sistem Terbaik

Untuk proses yang demikian rumit ini, kita butuh support system terbaik. Dukungan terbaik. Keluarga, sahabat, ustad, ahli hukum atau lembaga formal. Banyak orang yang paham akan masalah ini. Merekalah yang seharusnya menjadi pelindung dan pendukung keputusan berani kita.

Selama  berada pada masa transisi ini, kita butuh kekuatan yang berada di luar diri ini. Keluarga, sahabat, ustad atau pihak lainnya ini berfungsi menjadi benteng Takeshi kita. Merekalah yang membuat kita tetap waras, mampu berpikir secara rasional.

Kita kembali menata hidup yang hancur lebur karena kekerasan dalam rumah tangga bersama mereka. Tak mudah memang, tapi kita harus melangkah pasti. Life must go on.

 

4.      Berani Melawan

Saat berada pada masa kekerasan itu, kita jangan diam saja. Kita bukan sasak tinju yang bisa dipukul seenaknya. Kita adalah manusia yang patut dihargai. Perempuan yang wajib dicintai dan dilindungi. Istri yang patut dibanggakan.

Kita harus berani melawan. Syukur-syukur kalau punya ilmu bela diri sehingga kita bisa menghindari atau meminimalisir akibat yang terjadi.

Bisa juga kita melawan secara verbal atau mengadukan kasus ini pada yang berwajib. Minimal pejabat RT.

 

5.      Selesaikan Secara Hukum

Ini adalah langkah terakhir. Jangan sungkan menyelesaikan kasus kekerasan dalam rumah tangga secara hukum! Dari laman yang sama, kemenpppa, layanan hukum yang diberikan masih tergolong sedikit dibandingkan dengan kasus yang terjadi.

Hal ini bisa saja terjadi akibat kita yang tak mau berurusan dengan hukum. Ribetlah dan lain sebagainya. Kita lebih memilih penyelesaian secara damai dan kekeluargaan.

Kasus kekerasan bukan perkara kecil. Banyak dampak yang ditimbulkannya, baik fisik maupun mental. Masalahnya tidak sederhana. Jadi, penyelesaian secara hukum bisa memberikan perlindungan yang pasti dan paripurna bagi perempuan.

Bagaimana menurut kalian, sobat yayuarundina.com? Apakah alian akan menyerah begitu saja? Mari sayangi diri kita sendiri! Jangan biarkan kekerasan itu menghancurkan diri kita. Mari tegakkan hak azasi manusia, khususnya pada kaum perempuan, kaum hawa!

Rasulullah mengajarkan bahwa suami istri itu wajib membangun keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Membawa kebaikan untuk diri sendiri dan pihak lainnya.

Buya Hamka berkata,"Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan."

Sekian

Salam

Sampai jumpa

 

  

 Sumber Tulisan dan Gambar

https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan

https://www.rumahperempuandananak.or.id/pp-rpa-tegaskan-tindakan-kdrt-tidak-bisa-ditolerir-dengan-alasan-apapun/


Featured Post

Dua Puisiku di Bulan September

                                                                                    Peristiwa Sumber Inspirasi                              ...