Halo sobat
yayuarundina.com - Kasus KDRT
atau kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh Lesti Kejora membuat kita
gemas bangets. Kenapa sih malah balik lagi? Mending tuntaskan, cerai sajalah. Sudah pasti, KDRT Bukan Impian Lesti
Kejora.
KDRT Bukan Impian Lesti Kejora |
KDRT Bukan Impian Lesti Kejora
KDRT bukan impian Lesti Kejora benarkah? Ah, sungguh miris rasanya membaca data kasus kekerasan yang terjadi
pada perempuan. Berdasarkan laman kemenppa, kasus kekerasan pada tahun ini
berjumlah 26.676. Korban terbanyak adalah perempuan sebanyak 23.408 orang.
Jumlah yang hampir sama dengan jumlah kasusnya.
Walau KDRT bukan impian Lesti Kejora
dan para perempuan lainnya di Indonesia khususnya, tapi jumlah kasus dan
korbannya lumayan besar. Banyak perempuan yang menderita akibat kekerasan ini.
Baik fisik, psikis, maupun kekerasan seksual. Pulau Jawa menjadi wilayah yang
paling banyak terjadinya kasus kekerasan ini.
Walau ada pria yang menjadi
korbannya, tapi lebih banyak kaum Adamlah yang menjadi pelaku kekerasan ini. Padahal, Lesti Kejora dan para perempuan itu mengharapkan kasih sayang dan curahan cinta
yang tulus dari para lelaki. Mereka berharap, para pria yang menjadi teman
hidupnya itu adalah pelindung sejati mereka.
KDRT Bukan Adegan Film
KDRT bukan adegan film ini benar
adanya. Selain kasus Lesti Kejora yang heboh itu. Banyak perempuan lain yang
mengalaminya juga. Ini bukan sebuah cerita dalam film.
Suatu sore, kami duduk berdua di ruang
tamu. Hari itu, temanku datang untuk menginap di rumah baruku. Kami sengaja
janjian untuk bertemu. Kesibukan sebagai wanita karier telah lama memisahkan
kami. Rasa rindu terobati juga hari itu.
Sejak siang, banyak cerita yang
mengalir dari kami berdua. Senang rasanya bisa bercerita lagi, tertawa bersama sambil menikmati
cemilan ringan. Tawa bahagia selalu ada di setiap obrolan kami. Mengenang masa
lalu.
Malam pun menyapa. Cerita berubah horor.
Bukan Kuntilanak atau Pocong yang datang. Namun, sahabatku ini bercerita
tentang kekerasan dalam rumah tangga yang pernah dialaminya. Dulu sekali,
sebelum aku mengenalnya.
Suami yang dinikahinya ternyata punya
gangguan emosional yang sangat parah. Jika ada masalah yang dialaminya, istri jadi
sasaran bogem mentahnya. Alhasil, wajah temanku pasti benjol dan bengep-bengep.
Mata pun jadi bulat besar akibat pukulan hebat yang diterimanya. Belum lagi,
tubuh dan anggota badan lainnya. Ih, ngeri benar ceritanya.
Sahabatku ini berharap, suaminya akan
berubah manis. Bertransformasi menjadi pria yang baik dan jadi pelindung
sejatinya. Namun, harapan tinggal harapan. Nihil. Selama dua tahun, dia pasrah
menerima kekerasan dalam rumah tangganya. Harapan itu menjadi penguatnya.
Namun, akhirnya, sahabatku ini
menyerah juga. Dengan hati bulat, ia memutuskan untuk bercerai dari suaminya.
Untunglah belum dikarunia anak. Beruntung pula, pengadilan mempermudah proses
perceraian tersebut.
Ah, sayang, perjalanan hidup
setelahnya tak semulus harapan. Mantan suaminya masih saja menjadi sumber masalah.
Walau tak lagi menerima kekerasan fisik, tapi hal lain terjadi. Mantan suaminya
menyebarkan fitnah keji di tempat kerja mantan istrinya. Alhasil, gosip,
cemoohan, beragam tingkah laku negatif rekan sekerja diterima sahabat saya ini.
Mereka termakan omongan kosong sang mantan suami yang tiba-tiba jadi aktor paling
wahid sedunia. Penyebar fitnah.
Akhirnya, sahabat saya ini pindah
kerja. Namun, masalah belum usai juga. Setelah melakukan teror secara mental,
mantan suaminya ini melakukan pemerasan dan juga diam-diam bisa mengambil alih
harta kekayaan mantan istrinya. Sahabat saya kembali pasrah dengan hal yang
terjadi ini.
Hasil kerja kerasnya selama ini licin
tandas. Dia harus kembali ke titik nol. Perhiasan emas yang menjadi tabungannya
sudah ludes selama pernikahan. Suaminya yang pemabuk dan penjudi ini
penyebabnya. Paling miris, ada juga perhiasan emas yang diberikan pada
selingkuhan suaminya. Setelah bercerai, rumah yang ditempatinya, diam-diam
dijual oleh suaminya.
Beruntung, kedua orang tua sahabat
saya ini masih ada. Ayah ibunyalah yang pada akhirnya kembali menerima
kehadiran putri tercintanya. Merekalah yang menjadi support system, dukungan terbaik menghadapi teror
suaminya yang masih berambisi agar mantan istrinya itu kembali lagi. Namun, sahabat saya
menolak tegas.
Penolakan demi penolakan dari mantan
istrinya ini membuat sang mantan suami semakin sering melakukan gangguan.
Namun, sang ayah yang pensiunan tentara akhirnya bisa memukul mundur suami yang
tak bertanggung jawab ini. Dipukul KO.
Secara perlahan, sahabat saya ini
akhirnya bisa menata hidupnya kembali. Mendapatkan kebahagian hidupnya yang
hakiki bersama keluarga besarnya. Alhamdulillah.
Tips Menghadapi Kasus KDRT
Kekerasan dalam rumah tangga seperti
hantu jahat. Tak terlihat tapi sering menyakiti. Kasus-kasusnya terjadi
biasanya tanpa gejala awal. Saat sudah berumah tangga, barulah terjadi.
Perilaku manis saat pacaran berubah horor.
Ini yang sering membuat para perempuan berada pada sebuah dilema berat. Antara
cinta dan benci. Ada tirai tipis yang seringkali koyak. Para perempuan banyak
yang terjebak pada rasa cinta buta itu. Menyerah kalah pada derita tiada ujung.
Terjebak playing victim sang pelaku alias suami. Seperti Lesti Kejora.
Apakah Lesti Kejora dan para perempuan itu ingin tetap menjadi korban kekerasan? No. No. No! Sebaiknya segera menyingkir!
Inilah beberapa tips agar bisa menyelesaikan kasus kekerasan
dalam rumah tangga! Simak, pelajari, dan lakukan kelima tips ini!
1. Buat Keputusan Berani
Ini adalah langkah awal untuk
memutuskan rantai kekerasan. Tanpa keberanian, kekerasan dalam rumah tangga ini
takkan pernah selesai. Selalu ada dan akan selalu terjadi.
Para perempuan harus membuat
keputusan berani. Berani untuk mengakhiri KDRT ini pada dirinya. Sayangilah
diri sendiri. Jika suami sudah tidak bisa lagi diandalkan, untuk apa dilanjutkan?
Putus. Cukup sampai di sini saja.
2. Kuatkan Mental
Langkah kedua setelah mengambil
keputusan berani, bercerai misalnya. Kuatkan mental kita. Seperti pengalaman
sahabat saya, tak mudah lepas dari laki-laki yang dicintainya sekaligus
penyiksanya. Mereka bisa jadi pemuja sejati. Ada satu sisi dari kita yang
menjadi magnet kuat. Menempel erat pada mantan suami. Entah itu kesenangannya
menyiksa kita, harta, harga diri dan seabreg lainnya.
Pelaku kekerasan biasanya takkan
mudah melepaskan mangsa begitu saja. Seribu akal dan jebakan dilakukan agar istrinya
kembali ke pangkuannya. Kembali untuk menjadi bulan-bulanan dia lagi tentunya.
Mempermainkan perasaan perempuan seringkali menjadi kekuatan yang tak
terbantahkan. Para perempuan seringkali luluh.
No! Tidak! Jangan sampai hal ini
terjadi! Kita harus mampu berpikir dan bertindak rasional. Kuatkan mental agar
tak terjebak pada rayuan gombal yang membius. Ingatlah bahwa lelaki itu adalah
orang paling kejam sedunia. Dia bukan malaikat pelindung. Jauhilah lelaki tak
berguna ini!
3. Cari Support Sistem
Terbaik
Untuk proses yang demikian rumit ini,
kita butuh support system terbaik. Dukungan terbaik. Keluarga, sahabat, ustad, ahli hukum atau lembaga formal. Banyak
orang yang paham akan masalah ini. Merekalah yang seharusnya menjadi pelindung
dan pendukung keputusan berani kita.
Selama berada pada masa transisi ini, kita butuh
kekuatan yang berada di luar diri ini. Keluarga, sahabat, ustad atau pihak
lainnya ini berfungsi menjadi benteng Takeshi kita. Merekalah yang membuat kita
tetap waras, mampu berpikir secara rasional.
Kita kembali menata hidup yang hancur
lebur karena kekerasan dalam rumah tangga bersama mereka. Tak mudah memang,
tapi kita harus melangkah pasti. Life must go on.
4. Berani Melawan
Saat berada pada masa kekerasan itu,
kita jangan diam saja. Kita bukan sasak tinju yang bisa dipukul seenaknya. Kita
adalah manusia yang patut dihargai. Perempuan yang wajib dicintai dan
dilindungi. Istri yang patut dibanggakan.
Kita harus berani melawan.
Syukur-syukur kalau punya ilmu bela diri sehingga kita bisa menghindari atau meminimalisir
akibat yang terjadi.
Bisa juga kita melawan secara verbal
atau mengadukan kasus ini pada yang berwajib. Minimal pejabat RT.
5. Selesaikan Secara Hukum
Ini adalah langkah terakhir. Jangan
sungkan menyelesaikan kasus kekerasan dalam rumah tangga secara hukum! Dari
laman yang sama, kemenpppa, layanan hukum yang diberikan masih tergolong
sedikit dibandingkan dengan kasus yang terjadi.
Hal ini bisa saja terjadi akibat kita
yang tak mau berurusan dengan hukum. Ribetlah dan lain sebagainya. Kita lebih
memilih penyelesaian secara damai dan kekeluargaan.
Kasus kekerasan bukan perkara kecil.
Banyak dampak yang ditimbulkannya, baik fisik maupun mental. Masalahnya tidak
sederhana. Jadi, penyelesaian secara hukum bisa memberikan perlindungan yang
pasti dan paripurna bagi perempuan.
Bagaimana menurut kalian, sobat
yayuarundina.com? Apakah alian akan menyerah begitu saja? Mari sayangi diri kita
sendiri! Jangan biarkan kekerasan itu menghancurkan diri kita. Mari tegakkan
hak azasi manusia, khususnya pada kaum perempuan, kaum hawa!
Rasulullah mengajarkan bahwa suami istri itu wajib membangun keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Membawa kebaikan untuk diri sendiri dan pihak lainnya.
Buya Hamka berkata,"Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan."
Sekian
Salam
Sampai jumpa
https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan
https://www.rumahperempuandananak.or.id/pp-rpa-tegaskan-tindakan-kdrt-tidak-bisa-ditolerir-dengan-alasan-apapun/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar