Our Guide, Andrie Potlot |
Gadis Google Maps
Siang ini
kupilih-pilih baju dari tumpukan yang sudah bergunung-gunung. Manakah yang
pantas kukenakan untuk acara di dunia maya ini?
Tiba-tiba, Si
Hijau menyelip diantara warna lain. Aku terpana sesaat. Beragam rasa mengaliri setiap
denyut nadi.
Ingatanku
langsung melayang. Memutar sebuah perjalanan indah bersamanya.
Blusukan
menyusuri lorong-lorong gelap seperti pasar Kembang di Bandung.
Tengok kanan.
Tengok kiri. Masuk satu kios. Keluar satu kios. Begitu terus. Sementara waktu
selalu menegur kami.
Begitu riuh
suara para pedagang. Begitu bingung, kami menentukan belanjaan. Oleh-oleh
pulang ke Bandung.
Akhirnya,
setelah Teh Andrie Potlot menawar
harga yang pas. Baju yang oke. Kamipun sepakat untuk membawa pulang baju
masing-masing.
Beragam warna.
Beragam corak. Sesuai selera masing-masing. Aku memilih blus cantik berwarna
hijau.
Kudengar tawa
cerianya. Bibirnya melebar. Deretan gigi putihnya seolah mewarnai lorong gelap.
Kamipun bergegas untuk menyelesaikan acara favorit ini. Meluncur menuju bis
yang akan membawa kami ke negara tetangga.
Kini, Si Hijau
ini tampil di layar Zoom membawa keceriaan. Blus ini melengkapi petualangan
alam pikiran untuk mengenang sosokmu. Mengenang perjalanan manis kita. Sayang,
rencana-rencana perjalanan kita terhenti sampai di sini. Allah lebih
menyayangimu.
My Backup Traveling ke Singapura dan Malaysia
Masih kuingat
bujukanmu untuk ikut backpackeran ke Malaysia dan Singapura. Beragam cerita kau
sampaikan. Namun, aku menolak karena tugas tak mungkin kutinggalkan.
Tapi, rejeki
memang selalu datang tiba-tiba dan tak terduga. Tiba-tiba saja atasanku memberi
izin pergi.
Akhirnya, aku
berkemas dan pergi bersama kalian.
Menikmati malam di Singapura |
Inilah perjalanan pertamaku ke luar negeri. Begitu takut dan gugup. Diantara cerita-cerita indah yang kudengar, selalu terselip ketakutanku tentang beragam hal.
“Bagaimana kalau
tersesat?”
“Bagaimana kalau
terpisah dari kalian?”
“Bagaimana di
Bandara?”
“Bagaimana A
hingga Z?” memenuhi kepalaku.
Kamu hanya
tertawa-tawa kecil saja mendengar segala kecemasanku. Lalu, bercerita banyak
hal untuk memperkuat kepercayaan diriku. Kalian saling menimpali diselingi
tawa. Mengingat beragam pengalaman lucu di perjalanan sebelumnya.
Masih kuingat
dalam pikiranku tentang penjelasan saat di bandara.
“Tenang saja,
tinggal maju. Berikan dokumennya!” ujarmu meyakinkan.
Tapi,
keberanianku tak ada. “Gak mau. Berdua aza yuk,” ujarku memelas. Dengan sigap,
Teteh maju mendampingiku ke petugas bandara hingga semua beres.
“Gampang, kan?”
tanyanya selalu diiringi tawa yang renyah.
Aku tersenyum
simpul. Akhirnya, aku mendapatkan gambaran utuh proses di bandara yang kuanggap
selalu menakutkan.
Kami baru tiba di bandara malaysia
Kemping Yuk Di Situ Cileunca Pangalengan Bandung
Satu lagi
kegemaranmu. Bermain di alam bebas.
“Yuk, kemping ke
Pangalengan,” ajakmu saat itu begitu pandemik tengah melanda.
Baca Juga: https://www.yayuarundina.com/2020/07/wisata-alam-situ-cileunca-pangalengan.html
Setelah sekian
lama di rumah. Kondisi sudah mulai terbuka untuk keluar, kamipun bepergian
bareng lagi. Ransel jadi andalan.
Kita menikmati
perjalanan dari Bandung ke Pangalengan.
Tawa gembira nan renyahmu mewarnai perjalanan asyik ini. Kita mendapat
teman baru, sobatmu, Teh Sheila. Cerita-cerita perjalanan kalian mewarnai
suasana. Seru deh.
“Kau masih ingat
pose-pose kami di antara hijaunya hamparan kebun teh saat kau menyalakan
kameramu?”
Andrie Potlot, Fotografer Andalan Kita |
Aku menemukan dunia baruku. Mendengarkan arahan gayamu. Klik. Dapat foto-foto bagus.
Lalu kita pesan
kopi hitam bersama. Juga mie ayam untuk membuka hari.
Spot-spot cantik
di Café Malabarpun tak dilewatkan begitu saja.
“Kau ingat
keinginanmu ke Pangalengan selain kemping?”
Yes, arung
jeram.
Dengan penuh
semangat, kau masukkan acara itu di antara waktu kemping.
Setelah ada
kesepakatan harga, kamipun meluncur ke tempat kemping. Berkendara menuju danau.
Berperahu menuju pulau di tengah danau. Spot kece.
Oh ya, subuh
sebelum berangkat, kau bersemangat sekali mencari bahan-bahan untuk babakaran.
Sosis, Baso, jagung dan lain-lain, lengkap dengan bumbunya.
“Kau ingat, kita
rebutan tempat untuk mendirikan tenda?”
Kita kelimpungan
menentukan arah pintu tenda demi sebuah spot paling kece. Sore itu, view danau
begitu indah. Banyak spot menarik di Situ Cileunca.
Sore terus
merambat menuju malam. Cahaya matahari mulai redup. Tenda sudah siap.
“Babakaran yuk!”
ajakmu di tengah kesibukan berbenah barang di dalam tenda.
Dengan sigap,
kau mengeluarkan hasil buruan berbelanja subuh tadi. Bagai gula bagi semut,
kamipun langsung rebutan memilih bahan babakaran masing-masing. Menusuknya
dengan tusukan sate. Berlari ke tempat barbeque di dekat danau. Berebutan
tempat di atas api. Seru deh. Tawa canda dan celotehan anak kecil mewarnai
malam pertama di Situ Cileunca.
Malam yang tak
biasa bagiku saat kemping. Kau membawa sesuatu yang special. Sepanjang malam,
alunan suara orang yang mengaji begitu syahdu mewarnai tidur kami. Juga
lagu-lagu dan ceramah ustad. Rasanya adem bangets. Apalagi, teman-temanku melakukan
tahajud di alam bebas. Di tengah udara dingin mendera. Menjadikan kemping ini
sebagai tadabur alam. Mengingat kebesaran Sang Maha Pencipta. Mensyukuri setiap
nikmat yang kami peroleh. Menyadari betapa kecilnya manusia di hadapan Yang
Maha Agung. Tiada daya dan upaya, selain pertolongan-Nya.
Arung Jeram di Pangalengan
Pagi-pagi, kami
sudah bersiap untuk arung jeram. Jujur, ini pengalaman pertamaku. Tak
terbayangkan bagaimana rasanya. Ada juga rasa khawatir yang muncul. Juga pada Teh Ida. Namun, semangatmu berarung jeram, membuatku optimis melakukan kegiatan ini
di Pangalengan.
Setelah
briefing, kami berperahu menyebrangi danau. “Ya Allah, Subhanallah. Begitu
memikat pemandangan danau sejak dini hari tadi.” Berganti warna dan rupa. Sebuah
lukisan alam yang tiada duanya.
Kemudian,
kamipun berarung jeram. Mengikuti perintah dan kode-kode sang instruktur.
Kadang-kadang jailnya kumat. Memberikan tipuan perintah yang bikin kami tertawa
gembira. “Halaaah, Si Akang!”
Arus besar dan
kecil kami arungi. Dinginnya air kami rasakan. Bahkan, aku sempat meminumnya
saat arung jeram di arus yang paling besar. Hadeeeuuh. Beberapa belokan sungai
kami lalui. Seru dan asyik. Kegembiraan mewarnai perjalanan kecil ini.
Teriakanmu. Tawamu. Selalu ada di setiap suasana. Aku menyimpannya khusus di
benakku. Pun, ketika kita beristirahat.
Kami semua turun
dari ban besar. Menuju warung di pinggir sungai. Lalu, memesan minuman panas
untuk mengusir gigil atau dingin. Makan aneka gorengan panas. Perjalanan yang
sangat kita nikmati. Sangat bahagia kita. Bercanda dan mengulas arung jeram
ini.
Tak lupa hobimu.
Motret. Kami berpose kembali di pinggir sungai. Di pinggir warung. Senyum
merekah. Jempol terangkat. Jepret. Kenanganmu untuk kami. Kami yang masih harus
mengarungi kehidupan ini. Entah sampai kapan.
Sayang, rencana
perjalanan kita lainnya harus terputus. Rencana umroh dan haji bersama pun
batal. Namun, kami tetap berharap yang terbaik untukmu.
Love you Teh Andrie Potlot. Our guide in every
where we go.
Gadis Google
Maps yang jari dan kepalanya lebih banyak di layar ponsel.
Semoga Teteh
menemukan kebahagiaan sejati di alam sana.
Al Fatihah
Alluhummagfirlaha
warhamha waafihi wafuanha
We Love You
Kami, teman
seperjalanan yang mengenangmu