12/21/2023

FOPO: Sisi Positif dan Negatif Hidup Bersosialisasi

 

Halo sobat yayuarundina.com – Apa itu FOPO? Ada yang pernah mengalaminya? Yuk, kita bahas ilmu psikologi tentang bergaul. Inilah FOPO: Sisi Positif dan Negatif Hidup Bersosialisasi?


fopo
FOPO yang dialami seorang wanita

Definisi FOPO

FOPO itu kepanjangan dari Fear of Other People’s Opinions. Ketakutan pada pendapat orang lain. FOPO menjadi salah satu sisi positif dan negatif hidup bersosialisasi.  

Dikutip dari laman UGM, “Banyak orang Indonesia sekarang yang takut dinilai jelek, gagal, dan salah di mata orang lain. Demikian dikatakan oleh seorang psikolog sekaligus dosen psikologi Universitas Gajah Mada (UGM), T. Novi Poespita Candra, S.Psi, M.Si, P.hD. Bahkan, FOPO  sudah menjadi fenomena baru di masyarakat dan cenderung semakin meningkat.

Fenomena ini semakin kuat terbentuk akibat pemakaian sosial media yang semakin menjadi gaya hidup di era digital. Semakin derasnya informasi melalui social media, maka FOPO bisa bernilai positif dan negatif dalam hidup bersosialisasi di dunia maya.

FOPO: Sisi Positif dan Negatif Hidup Bersosialisasi

Manusia merupakan makhluk sosial. Tak mungkin hidup sendirian dan memenuhi semua kebutuhannya sendirian. Oleh karena itu, bersosialisasi atau bermasyarakat menjadi salah satu kebutuhan. Apalagi, di era ini, kita wajib memiliki jaringan pertemanan yang luas agar bisa hidup sukses. FOPO punya sisi positif dan negatif dalam hidup bersosialisasi.

Banyak suka - duka yang kita alami dalam proses hidup bersosialisasi ini. Termasuk pendapat orang lain. Diomongin orang lain. Di satu sisi, kita akan butuh pendapat atau masukan orang lain untuk perbaikan diri dan kinerja kita. Di sisi lain, kita juga sering merasa tersinggung dengan pendapat atau omongan orang lain tersebut. FOPO seperti dua sisi mata uang. Punya sisi dan positif dan negatif dalam hidup bersosialisasi.

Sahabat saya, Dyah Prameswarie, pernah meminta muridku untuk menjadi reader pertama buku yang ditulisnya. Yup, sebagai penulis, opini pembaca pertama menjadi sangat penting untuk meluncurkan buku barunya. FOPO seperti ini tentu saja positif ya.

FOPO Itu Aku?

Apakah FOPO pernah menjadi bagian dari hidupku? Tentu saja. Fopo pernah menjadi bagian dari hidupku, bahkan juga kalian. Dulu, aku pernah diperbudak oleh berbagai pendapat orang lain. Pendapat-pendapat mereka ibarat titah raja yang harus kupatuhi dan kulaksanakan. Jadinya, kala itu, aku hidup berdasarkan pendapat-pendapat orang lain.

Aku beli baju gara-gara ikut tren. Ikut-ikutan teman yang memang suka belanja baju. Setelah di rumah, baju yang kubeli tersebut ternyata tidak cocok saat kupakai. Aku merasa jelek memakai baju itu. Saat harus pergi bersama dengan memakai baju tersebut, aku jadi tak nyaman. Namun, aku bertahan demi kebersamaan.

Aku juga berutang gara-gara disuruh teman. Bahkan, ada loh yang terjerat pinjol gara-gara dipengaruhi oleh teman. Paling parah setelah berutang, mereka tidak bisa melunasi pinjamannya tersebut. Akibatnya, barang-barang berharganya disita untuk melunasi utang tersebut. Untungnya, aku tidak separah itu. Pinjamanku kala itu untuk hal yang positif. Jadi, aku tak terlalu rugi. Namun, gara-gara pinjaman tersebut, kebebasan finansialku sirna. Aku harus banyak puasa agar bisa melunasi hutang.

Ah, masih banyak hal lain yang kulakukan berdasarkan pendapat orang lain. Salah satu pendapat teman yang bernilai positif kala itu adalah gaya rambut saat difoto untuk kelulusan. Sahabatku, Sashi mengatakan agar aku mengurai rambut panjangku. Bagian sampingnya diikat ke belakang. Poni dibiarkan menutup bagian dahiku. Alhasil, fotoku cantik. Alhamdulillah. Thanks to you, Sobatku.

Begitulah hidupku kala itu. Berjalan berdasarkan pendapat atau omongan orang lain. Rasanya aku seperti robot. Lama-lama jiwaku berontak. Aku merasa cape alias Lelah batin. Rasanya, aku tidak punya kebebasan untuk melangkah sendiri. Aku dibuat mati kutu.

Benar kata psikolog UGM itu bahwa FOPO bisa berpengaruh pada kesehatan mental kita. FOPO bisa sangat menganggu kehidupan kita jika muncul terus menerus. Aku jadi mudah marah. Kesal. Tersinggung. Aku jadi tak punya jati diri.

Bahaya FOPO Bagi Manusia

Benarkah FOPO itu berbahaya bagi kita? Yes, 100% benar! Inilah beberapa bahayanya

1.      Merusak kesehatan mental

Orang yang menderita FOPO, cenderung merasa cemas. Takut salah. Takut melakukan hal yang disukainya. Takut diejek orang lain. Takut dihukum kalau tidak melaksanakan titah orang lain. Inilah beberapa gangguan kesehatan mental yang terjadi. Kita merasa sangat tersiksa.

Kita menjadi orang lain. Badan kita punya diri sendiri. Namun, pikiran dan psikisnya adalah  orang lain. Kita hidup berdasarkan pendapat orang lain. Kita jadi kehilangan jati diri.

2.      Menjadi Manusia Kerdil

Karena kemerdekaan diri telah direnggut oleh orang lain. Kita menjadi kerdil. Kita bagai robot yang disetel oleh orang lain. Tak ada kebebasan diri. Dunia kita menjadi sempit dan gelap.

3.      Tidak Bisa Mengembangkan Potensi Diri

Ini bahaya yang paling parah. Kita tidak berani untuk mengembangkan diri. Semua potensi kita ditelan oleh pendapat orang lain. Kita tidak punya keberanian untuk mengeksplorasi kelebihan diri sendiri. Kita takut dinilai gagal. Akibatnya, potensi terbaik kita terkubur hidup-hidup! Kita tak akan pernah berkembang. Kita tak akan pernah sukses karena selalu takut salah. Takut diejek orang. Kegagalan selalu menjadi bagian dari diri kita.

FOPO Dibentuk Oleh Budaya dan Pendidikan

FOPO yang terjadi pada diri seseorang terbentuk karena budaya dan pendidikan. Apalagi budaya timur yang sangat feodal. Kita atau saya yang orang Indonesia, diwajibkan untuk mematuhi orang tua. Tidak boleh membantah sedikit pun. Jika demikian, kita akan masuk neraka! Para perempuan diwajibkan untuk taat kepada suami. Apapun perkataannya wajib kita laksanakan.

Demikianlah budaya feodalisme yang kita terima secara buta. Kewajiban itu bernilai mutlak. Kita tak pernah berpikir kritis. Tak mau mencari pengetahuan tentang hal tersebut. Doktrin itu kita telan bulat-bulat. Akibatnya, kita jadi takut.

Pendidikan juga demikian. Di bangku sekolah, kita selalu terbiasa dengan keseragaman, baik fisik maupun mental. Kita cenderung punya pendapat yang sama saat diminta berpendapat di kelas. Idem. Bahkan, cenderung mengekor pendapat teman. Rasanya kita buntu untuk mengeluarkan pendapat sendiri. Takut salah. Takut diejek teman dan seabreg ketakutan lainnya. Buku yang kita pakai pun cenderung sama. Sama judul dan penulisnya.

Itulah beberapa biang kerok terjadinya FOPO pada diri kita. Kita tidak punya kemerdekaan. Padahal sejak tahun 1945, negara kita telah merdeka, bebas dari penjajahan.

4 Tips Menghilangkan FOPO

Fopo atau fear of other people’s opinion dapat dihilangkan. Kita bisa bebas dari rasa takut karena omongan orang lain. Inilah beberapa tips yang bisa kita lakukan.

1.      Tumbuhkan Percaya Diri

Tips pertama untuk menghilangkan FOPO adalah tumbuhkan kepercayaan diri. Kita pasti bisa melakukannya. Kita punya potensi diri yang positif. Kita punya kemampuan yang hebat. Abaikan pendapat orang lain saat kita melakukan sesuatu yang positif!

 

2.      Banyak Beraktivitas

Dengan melakukan banyak aktivitas yang positif, kita bisa lebih percaya diri. Satu kali berhasil, akan diikuti keberhasilan lainnya. Daripada kita terjebak pada pendapat atau omongan orang lain, akan lebih bermakna jika kita melakukan sesuatu yang positif. Jika kita gagal, itu adalah biasa. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Taka da keberhasilan yang bersifat instan. Sekali jadi. Pasti harus berproses.

 

3.      Kendalikan Hidup Kita

Hidup kita adalah daerah kekuasaan kita. Jangan biarkan orang lain memasuki wilayah ini! Banyak hal dalam hidup ini yang tidak bisa kita kendalikan, termasuk omongan atau pendapat orang lain. Kata teman dan guru saya, baik atau buruk, manusia pasti akan berpendapat. Akan selalu membicarakan kita.

“Urang pasti selalu diomongkeun batur wae. Hade atawa goreng. Itu mah biasa. Itu mah sifat manusa,” nasihat pak Toni di suatu sore.

“Jangan takut sama omongan orang lain! Pek weh batur mah rek ngomongkeun urang sakumaha wae, terserah. Yang penting, kita berada di jalur yang benar,” ujarnya kemudian.

 

4.      Kenali Prinsip Hidup

Dalam hidup ini, kita harus memiliki prinsip hidup. Tahu yang benar dan yang salah. Agama menjadi pedoman hidup kita.

Dengan kekuatan prinsip inilah, kita mengarungi dunia. Orang lain akan membicarakan kita apapun, terserah mereka. Yang penting kita tidak melanggar aturan. Tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.

Demikianlah obrolan kita tentang FOPO. Fear of other people’s opinion. Ketakutan terhadap pendapat orang lain.

Semoga bermanfaat.

Di postingan berikutnya, kita akan bahas privilege. Hak istimewa.

Salam literasi

Sampai jumpa

 

 

 

Sumber Tulisan:

https://ugm.ac.id/id/berita/23732-apa-itu-fopo-dan-dampaknya-bagi-kesehatan-mental-menurut-psikolog-ugm/

https://mediaindonesia.com/weekend/631699/apa-beda-fomo-dan-fopo-yang-sama-sama-terkait-kecemasan

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Bubur Merdeka: Let’s Eat Porridge In Old Hotel

  Hai every one, I will bring you to eat porridge in old hotel. Do you want to join me? Let’s go. We walk to Gatot Subroto road in Cimahi....