10/02/2023

Eksistensi Produk Baduy Diantara Gempuran Zaman Digital

 

Tidak mudah untuk survive dari segala kesulitan. Namun, saya akan berusaha semaksimal mungkin. Kesulitan ini bukan penghalang, tapi pijakan awal untuk melangkah lebih jauh ( Narman )

Halo sobat yayuarundina.com – Pernahkah berkunjung ke Baduy? Jika pernah, mungkin beragam produk kerajinan masyarakat Baduy termasuk hal yang tak terlupakan. Bagaimanakah eksistensi produk Baduy diantara gempuran zaman Digital? #SemangatUntukHariInidanMasaDepanIndonesia #KitaSatuIndonesia. Tentu, ini menjadi sebuah topik menarik dan menantang untuk jadi postingan terbaru kali ini. Simak ya!

Ketika saya berkunjung ke Baduy sebelum masa pandemi, ada produk Baduy yang tak bisa dilupakan sampai saat ini. Produk baduy yang kuinginkan saat itu adalah sebuah outer sederhana. Sayang, waktu itu tak kepikiran untuk berbelanja di kampung Ciboleger yang saya datangi bersama teman-teman.

Saat berjalan menyusuri jalan setapak yang melewati rumah-rumah penduduk, , sungai, kebun, dengan pemandangan yang memanjakan mata banyak hal yang menarik. Salah satunya – yang membuat saya kepo – adalah para wanita yang sedang menenun. Namun, kami tak berani mendekat, takut mengganggu konsentrasi. Padahal menenun merupakan sebuah kegiatan yang unik dan langka. Ini penyesalan kedua saya.


tenun baduy
Ibu Karibah, Pengrajin Tenun Baduy

 Ternyata hasil tenun dan beragam kerajinan atau produk Baduy lainnya banyak disukai masyarakat, baik dalam maupun luar negeri. Banyak orang Indonesia dan warga negara asing yang selalu memborong Baduy Craft sampai jutaan rupiah saat berkunjung ke Baduy. Mereka membelinya secara langsung kepada para pengrajin.

Mengenal Beragam Produk Baduy yang Tradisional dan Unik

Dalam kunjungan ke Baduy tersebut, kami ditawari beragam produk Baduy yang tradisional dan unik saat akan pulang. Entah bagaimana awalnya, beragam  Baduy Craft tersebut tiba-tiba berdatangan ke rumah tempat kami menginap. Beragam hasil kerajinan tangan masyarakat Baduy. Orisinil. Asli 100%. Fresh from the oven.

Tenun Baduy

  Ada gelang, gantungan kunci, baju khas yang sering dipakai warga Baduy, outer bertopi yang saya inginkan, kaos, madu, gula merah, tas dan masih banyak lagi. Waktu memupus sebagian ingatan saya tentang beragam produk Baduy yang unik dan tradisional tersebut.


Tas Koja Asli Baduy

“Masyarakat tradisional pun sudah mengenal kegiatan ekonomi. Mempersiapkan cindera mata bagi para wisatawan.”

“Apakah ini pengaruh warga luar yang sering datang ke Baduy, jago bisnis, lalu mengembangkan usahanya di tempat wisata ini?” Begitulah pikiran saya kala itu, ketika melihat beragam produk Baduy tersebut. Terutama kaos kekinian yang kala itu sedang booming dengan trend kaos C59 dari Bandung.

Namun, saya teringat pula pada warga suku kampung Naga di Tasikmalaya. Waktu itu juga banyak produk hasil tangan warga kampung Naga yang dijual di sebuah rumah khusus cinderamata. Bedanya, produk kampung Naga banyak yang terbuat dari bamboo. Baki yang unik menjadi oleh-oleh saya kala itu.

Inilah sebuah kearifan lokal yang bermanfaat. Warga Baduy kala iu tidak mengenyam pendidikan formal. Bahkan, dari hasil ngobrol dengan warga setempat, bersekolah menjadi hal yang tak diperbolehkan. Ada kekhawatiran para sesepuh bahwa sekolah akan merusak tatanan hidup masyarakat Baduy.

Sebagai gantinya, para sesepuh memberikan pendidikan berupa keterampilan hidup seperti, menenun, bersawah, membuat tas dan lain sebagainya. Inilah kearifan lokal yang saya maksudkan. Warga Baduy tetap diberikan pendidikan dalam bidang yang khusus seperti itu, baik untuk wanita maupun pria.

Pendidikan semacam itulah yang pada akhirnya melahirkan beragam produk Baduy yang unik dan tradisional. Berbahan baku dari hal-hal yang mereka dapatkan dari potensi alam Baduy, seperti kayu, madu, dan gula aren.


Baju dari Tenun Baduy

Produk-produk Baduy banyak disukai masyarakat lokal dan mancanegara. Bahkan, tenun Baduy ini telah ditampilkan dalam acara bergengsi London Fashion Week pada 17 – 21 Februari 2017 lalu. Ide go internasional ini berasal dari Amanda L. Lestari, desainer muda Indonesia.

Tantangan Pemasaran Produk Baduy Di Era Digital

Pandemi telah banyak mengubah wajah kehidupan umat manusia, khususnya di Indonesia. Secara paksa, kita digiring ke dunia digital di berbagai bidang kehidupan, termasuk pemasaran produk.

Secara nyata, masa pandemi menjadi tonggak baru berlakunya dunia digital. Segalanya serba online (dalam jaringan/ daring). Belajar jarak jauh dengan Google Meet. Rapat online dengan Zoom. Pemasaran online dengan media sosial atau marketplace. Belanja daring. Beragam aplikasi digunakan untuk mempermudah hidup manusia, seperti Gojek.

Warga Baduy juga tak bisa dikecualikan. Mereka ikut terkena imbas perubahan ini. Ada seorang pemuda Baduy yang menangkap peluang pemasaran online ini. Dia membuat pemasaran online melalui Instagram.

Semangat Narman, Pelopor Pemasaran Digital Produk Baduy

Narman, lelaki asli Baduy ini telah membuka pintu pemasaran global untuk produk Baduy. Berawal dari keinginannya untuk membantu perekonomian warga Baduy, anak muda keren ini belajar pemasaran online (daring) secara otodidak. Hanya dalam jangka waktu sebulan, dia berhasil menguasai ilmu ini. Belajar tentang membuat konten, cara akunnya dikenal orang dan cara menarik pembeli.


baduy
Narman, Pelopor Pemasaran Digital Kerajinan Baduy

Dengan semangat dan kegigihannya itu, tak heran jika Kang Narman menjadi salah satu penerima Satu Indonesia Awards 2018. Penghargaan ini merupakan apresiasi Astra untuk anak muda yang mampu menjadi pelopor dan pembawa perubahan serta mau berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang pendidikan, kewirausahaan, kesehatan, lingkungan dan teknologi. Juga satu penghargaan untuk kelompok yang mewakili 5 bidang tersebut.  

Dengan niat baik dan semangat menduniakan produk Baduy, dia mulai membuat pemasaran secara daring. Pemasarannya dilakukan melalui media sosial Instagram. Hanya dalam waktu singkat, pemasaran daring ini meraih kesuksesan. Banyak pembeli yang memesan lewat akun tersebut. Banjir order pun terjadi hingga banyak warga Baduy yang mengikuti cara tersebut.

Produk baduy yang disukai warga lokal dan mancanegara semakin nyata dengan kesuksesan ini. Narman juga belajar untuk mendeskripsikan produk agar bisa dijual. Storytelling. Sebuah usaha yang luar biasa untuk pemuda yang tidak bersekolah ini. Kini, ada sekitar dua puluh orang warga Baduy yang mengikuti jejaknya ini.

Semangat meningkatkan perekonomian warga Baduy ini ternyata tidak berjalan mulus. Di awal usahanya itu, dia terkendala sinyal yang tak ada di kampungnya. Namun, dia pantang menyerah! Dia cari akal untuk mendapatkan sinyal. Dia pun pergi ke perbatasan kampung. Alhamdulillah berhasil. Kini, dia sudah pindah ke kampung lain dengan sinyal yang lebih baik!


Baduy Luar dan Sinyal

Tantangan kedua berkaitan dengan aturan adat Baduy. Banyak larangan. Para sesepuh atau pemangku adat tentu saja menentang kemajuan zaman ini. Teknologi menjadi salah satu hal yang dilarang ada di Baduy. Namun, perubahan tak dapat dihindari. Narman yang lahir di tahun 90-an melihat perubahan itu. Dia sadar bahwa hal tersebut ada di sekitar dirinya.

Walau mendapatkan pertentangan adat, dia tetap berusaha untuk mewujudkan niat sucinya tersebut. Dia berusaha untuk siger tengah. Mengambil jalan tengah. Tetap berusaha meningkatkan perekonomian warga Baduy dan tetap memerhatikan aturan adat. Adaptasi. Usahanya ini berhasil. Para pemangku adat melihat keberhasilan Narman memajukan perekonomian Baduy. Akhirnya, mereka membiarkan Narman menjalankan niatnya, walau tidak memberikan sinyal positif atau izin resmi.

Ibarat anak yang membangkang pada orang tuanya, Narman terus saja membuat pemasaran online untuk meningkatkan hasil penjualan produk-produk Baduy. Dia berkeyakinan bahwa selama usahanya positif, menentang adat bukan sebuah dosa besar. Segala rintangan tetap dia hadapi dengan tabah.  Semangat dan kerja kerasnya itu mencapai sukses.

Sayang, satu per satu orang-orang yang membantu pemasaran daring ini, mengundurkan diri dan membuka pemasaran sendiri. Bukan kemajuan yang didapatkannya lagi tapi kehancuran secara massif. Seperti halnya kelemahan pemasaran daring, terjadi perang harga. Pelanggannya pun satu per satu berpindah pada pengrajin yang menawarkan produk Baduy dengan harga lebih murah. Semangatnya diuji  lagi kali ini.

Pemikiran warga Baduy yang sederhana telah meruntuhkan penjualan produk-produk Baduy. Mereka berpikir dangkal, asal laku. Padahal pemikiran Narman sangat kompleks. Dia ingin produk Baduy diapresiasi dengan baik. Dia melakukan perhitungan harga jual secara cermat seperti para pengusaha besar.

"Cing atuhlah tong sok ngaruksak harga. Tong asal payu. Hargaan kacape urang sarerea. Meh urang bisa hirup hurip!" 

Namun, konsep ini buyar dengan pemikiran sederhana ini. Sungguh sulit memberikan pemahaman yang bisa diterima warga Baduy. Narman ingin agar mereka bisa menghargai jerih payahnya sendiri. Bukan sekedar asal laku. Kekeraskepalaan warga meruntuhkan semangatnya. Segala upaya telah dilakukan, tapi pemasaran masih kacau balau. Narman bingung. Tak tahu usaha apa lagi yang harus dilakukannya untuk memperbaiki perang harga ini? Punya usulan, Sob?

Dinas terkait juga sudah memberikan solusi, membuat rumah pajangan produk-produk Baduy secara khusus. Semua produk Baduy disatukan di sini. Namun, belum bisa menjadi solusi jitu. Narman masih harus terus berupaya untuk memasarkan produk-produk Baduy. Semangatnya harus tetap ada untuk hari ini dan masa depan!

Narman harus membuat terobosan-terobosan baru, inovasi, dan juga produk-produk baru agar bisa tetap eksis di pemasaran online. Biarlah produk lama dijual dengan harga murah. Namun, produk baru bisa lebih mahal. Ini juga konsep ekonomi modern kan? Sering kita jumpai diskon khusus untuk barang-barang lama. Bahkan, sampai diobral. Yang terpenting stok di gudang habis.

Ok, Kang Narman, semangatmu dulu sudah menginspirasi banyak warga Baduy. Kini, saatnya dunia tahu tentang inovasi barumu! Ayo bangkitkan lagi semangatmu untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Semangat untuk meningkatkan kesejahteraan warga Baduy!

Perjuangan belum berakhir!

Salam


Sumber gambar:

https://www.instagram.com/ayahriann/

https://www.kompasiana.com/genturtama/589b57ef769373380a56e778/tenun-baduy-siap-memikat-di-london-fashion-week-2017

 

Featured Post

Bubur Merdeka: Let’s Eat Porridge In Old Hotel

  Hai every one, I will bring you to eat porridge in old hotel. Do you want to join me? Let’s go. We walk to Gatot Subroto road in Cimahi....