9/20/2014

INTERNET ITU ASYIK



Sabtu ini, 20 April 2014 ada yang berbeda di daerah Warung Contong Cimahi, tepatnya warung mie kocok yang terletak depan segitiga ( sebelah Alfamart ). Satu persatu urang Cimahi bermunculan. Ada apakah ? Setelah denger-denger info dari tetangga sebelah dan ngintip sedikit ( eeyyy… kade bintitan ) ternyata di sono tuh ada acara asyik. Di bawah komando Fkpel dan kwaci ( leres kitu Kang Budi Rahardjo dan Mas Widodo ? ) - sok tau deh gue hehehe – bakal datang tamu istimewa. So, dengan terpaksa kubatalkan sebuah acara penting hari itu ( punten nu kasuhun  ya, Bu,  abdi teu cios dongkap ). Bersama dengan warga cimahi lainnya, maka bergabunglah kami di sana demi sesuatu ( surprise … !)
                Tak berapa lama, acarapun dibuka oleh bos Yoci ( sssttt… kalo pengen yoghurt yang nendang banget rasanya, hubungi aza beliau. Dijamin gakkan nyesel dan bakal dikasih berliter-liter minuman menyegarkan itu. Sesuai nama Yoci sami sareng yoghurt cimahi xixixi… ). Sambil nunggu pembicara yang masih dalam perjalanan, Mas Wid menceritakan pengalamannya berniaga di dunia maya. Seru lho ! Jatuh bangun berbisnis mukena fatiya  ! Selamat ya Mas, sekarang udah ada hasilnya !
                Setelah itu, dengan rasa deg-degan , Kang Yoci (bener kan, Kang ?)memandu kami membuka dan membuat blog buat persiapan menyambut tamu agung ( eng… ing… eng… aki lengser segera beraksi). Alhasil, kami heboh mencari-cari sinyal. “Heeeiii… akang dan neneng sinyaaalll kadarieeeuuu atuh !” Menit demi menit berlalu, sang jagoan eh bintang tamu pun datang. Kang Yoci makin dag dig dug dipelototin ama bos seo bandung bin bos BDR, Yudha Herbaputra. Naon sih BDR ? Sok tah barudak, aya nu apal ? BDR teh nyaeta sebuah komunitas Bisnis dari Rumah. Demikian menurut pak guru Yoci. Lalu, bos Yoci mengestafetkan tugas selanjutnya pada pak guru Yudha Herbaputra. Eeeits... tunggu dulu, ada Kang Angga dari Garut yang juga ikut berbagi ilmu dan siap membantu kami dari belakang ( ??? ).

Sang Guru
 Berikutnya, kerut-kerut halus mulai bermunculan di kening peserta pelatihan. Puyeng ngikutin petunjuk abah Yudha. Gemes gak ada sinyal. Tertatih-tatih membuat blog bisnis. Bingung menulis domain, title, alamat blog, dan semua petuah bos bdr.

serius, pusing atau terpesona
 Hadeeuuh.. aku juga sempet ngacir dulu euy. Tapi, demi cintaku padamu, akhirnya aku balik lagi deh. Spesialnya lagi, tuan rumah, om Paulus, bos mie kocok warung contong berbaik hati meminjamkan modem smartnya (hatur nuhun tenkyu, Kang !). Buat yang mo hajatan, syukuran, arisan atau kumpul-kumpul keluarga de-es-be mie kocoknya dan Zupa-zupa bisa diorder tuh ! Mmmhhh… yummy ! Di antara cenat-cenut itu, opieun pun datang satu persatu. Risoles. Cireng isi. Tahu baso. Puding Cake yang menggoda selera. Wow, banyak juga ya produk cimahi. ! Rrruaarrr biiaasaa… tiga jempol untuk kreatifitas urang cimahi !!! Laaannjuuttt, Kaang… !
                Sehabis sholiskan, acara pun bergulir lagi. Masih seputar blog. Kata kunci. Seoquake. HTML. Laman. Daaaannn… kudu nulis 300 kata untuk mendeskripsikan produk. Soalnya, kata Bang Yudha Herbaputra Mbah Google senang akan teks. Sambil makan seblak kurupuk yang super pedas,diselingi camilan Genzi (sarupaning keripik singkong dan csnya ) kamipun memeras otak hingga berdarah-darah   ( halah meni lebaynyaaa… ). Teruuusss posting di blog masing-masing dan akhirnya dikasih PR buat always posting di blog minimaaal sekali tiga postingan dalam seminggu. Nah lho, gimana siap warga cimahi ? Akhirnya, acara ditutup dengan rencana baru dan narsis. Bergaya dulu aaahhh… ! Akang dan Teteh, see you in the next meeting ! Nice to meet you !

OKRA



Ada yang pernah mendengar kata dalam judul tulisan ini ? Okra. Ada yang tahu, apakah itu ?
Berawal dari hobi suvi alias suka nonton tivi, Di suatu siang, tanpa disengaja, saya memindah—mindahkan saluran televisi. Tepat pada saat klik, ada yang menarik, acara memasak. Bukan Rudy Choerudin. Bukan Billy Kalangi, Bukan Chef Marinka. Bukan pula Sarah Queen. Karena sekarang suka  memasak, maka acara itu saya pantau, walaupun hanya tinggal resep terakhir. Tumis-tumis. Masak-masak (yeee… iklan Bimoli teenaannn..). Sekilas, ada sayuran panjang, kecil berwarna hijau. Dipotong-potong serong memanjang. Bumbunya pun sangat mudah dan sederhana dan gampang bangeet. Cucok tenan dengan gaya memasakku. Sambil terheran-heran menonton acara itu, saya menanti dengan sabar seseorang akan menyebut resep masakan itu. Asli, baru kala itu saya melihat bahan masakan aneh tersebut. Setelah beberapa lama menanti, akhirnya keluarlah namanya. Okra atau Lady’s Fingers. Huaaalaahhh… opo ituu ? Pas lihat bentuk aslinya, rasa-rasanya saya pernah melihatnya di sebuah supermarket. Saya pernah menanyakannya pada teman, tapi tidak ada yang tahu. 

Alhasil, keesokan harinya, saya pun berburu okra di sebuah pasar swalayan tempat saya sering berbelanja. Woooww… sebungkus kecil okra harganya sekitar enam belas ribu. Busyeet deh.. mahaaal amaaat… ! Cuma lima biji isinya. Jadi, harga satuannya berapa yaa ? Namun, karena ingin mencoba menu baru, dengan agak berat hati, kukeluarkan juga kocek untuk membeli sayuran mini itu. Sayuran sebesar cabai hijau besar. Deg… ah, daripada jantungan, stress, masgul, galau dan sejenisnya, lupakan aza dech ! “Semoga Allah memberikan rejeki yang lebih banyak dari harga okra ini,” doaku dalam hati. Aslinya sih sumpah pengen menghibur hati aza hehehe… !
Singkat cerita, dengan sepenuh hati, aku potong-potong si jari lentik gadis penari bali itu. ( xixixi.. imajinasi bebas dari lady’s fingers). Potongannya cantik. Agak mirip bintang. Berwarna putih dan ada semacam biji. Lho, kok pisaunya agak lengket ? Aku juga menyiapkan bumbunya, yaitu irisan bawang putih, bawang merah plus bawang bombay, garam, lada dan gula putih. Berees. Saatnya menumis. Setelah minyak di wajan agak panas, kutumis segala macam bawang sampe layu, menyusul okra juga sampe leumpeuh kata orang sunda mah. Air kutuangkan sedikit. Tambahkan garam, lada dan gula putih. Tunggu sebentar. Aduk-aduk. Icip-icip. Pas banget sesuai rasa di lidah. Komporpun kumatikan. Aneh, mengapa ada lendir ? Ah, daripada berat memikirkan asal lendir itu, kutuangkan hasil masakanku pada sebuah mangkok sedang. Sendokpun berlendir. Panggilan perut udah gak nahan. Hap… aku memikmati sepiring nasi dengan tumis okra. Rasa yang aneh. Mungkin mirip oyong garing atau mmhh.. tau ah gelap… Silakan aza icip sendiri yaa !
Acara makan pun beres. Berikutnya adalah sosmed. Sungguh tepat tebakanmu, sobat ! Aku bercerita dan bertanya soal okra pada seorang kawan yang suka masak. Namun, hasilnya nihil. Gak ada yang tahu tentang okra. Dia baru dengar kata itu justru dariku saat itu. Besok dan besok harinya lagi, pencarian itu masih berlanjut. Sedikit ada gambaran. Okra ternyata bisa menjadi obat. Sayang seribu sayang, temanku itu terkena amnesia berat. Lupa khasiat okra.” Googling aza deh!” ujarnya menyerah kalah.
Akhirnya, Mbah Google menjadi andalanku. Wow, okra ternyata cukup populer di internet. Banyak link yang memuat tulisan tentang sayuran tersebut. Ada gambarnya pula. Sama dengan yang kubeli tempo hari. Perburuan informasipun berlanjut di internet.
Neng geulis, Okra ternyata termasuk keluarga kapas-kapasan (Malvaceae). Nama latinnya adalah Abelmoschus Esculentus. Tanaman ini termasuk pada genus Hibiscus dulunya. Awalnya, Okra ini berasal dari Afrika, khususnya Ethiopia. Kini Okra sudah menyebar dan terkenal ke berbagai benua, seperti Asia, Eropa dan Australia. Istilah lain okra adalah bendi, gumbo, bamia dan qiu kui.
Okra sangat baik bagi kesehatan karena memiliki beberapa kandungan gizi. Minyak biji Okra sangat kaya dengan asam lemak tak jenuh (asam eleat dan asam linoleat). Okra mengandung 3.9% protein. 2,05% lemak. 40 kkal/ 100 gram energy. 6,68% kalium. 0,77% fosfor dan okra itu sangat banyak mengandung serat. Oleh karena itu, okra sangat bermanfaat untuk mencegah kanker kolon (usus besar, diabetis, obesitas, konstipasi dan kolesterol tinggi. Dengan serat, fesespun akan lancar serta mengaburkan konsentrasi zat karsinogen. Demikian rangkuman informasi dari Wikipedia dan kupukupudanpelangi.blogspot.com.
Menurut Republika, getah okra dapat mengontrol kadar gula darah, karena okra kaya serat larut dan termasuk makanan rendah glycemic index, hanya 20. Anda penderita diabetes ? Inilah resep (suntik insulin) alami untuk Anda.
1.      Ambil dua buah okra, potong kedua ujungnya !
2.      Jangan dicuci, biarkan lendirnya keluar !
3.      Rendam dalam segelas air, tutup dan biarkan semalam !
4.      Pagi hari, ambil okra, lalu minumlah airnya !
Agar lebih menggugah selera, okra ternyata bisa diolah menjadi berbagai jenis masakan, seperti: kari, balado, tumis, campuran salad, dan panggang okra dengan mentega. Jika Anda ingin mendapatkan berbagai resep okra lainnya, Southern Living menyediakan 12 resep masakan okra, yaitu : friedpecan okra, pickled okra, okra and corn maque choux, fried okra salad, okra creole, okra rellenos, peppery grilled okra with lemon-basil dipping sauce, pickledand okra shrimp salad, shrimpand okra hush puppies, baked polenta with cheese and okra, smashed fried okra, skilled-roasted okra and shrimp. Mmmmhhh… tampak menggoda selera. Selamat berkreasi dengan okra !

9/13/2014

GAMBAR KURIKULUM 2013



BEBERAPA FOTO KEGIATAN BELAJAR KURIKULUM 2013

PEMBELAJARAN PKN

APRESIASI PUISI

MENULIS TEKS OBSERVASI

KERJA KELOMPOK

MENGAMATI GAMBAR DAN LINGKUNGAN

9/12/2014

FESTIVAL FILM SALMAN


SALMAN PUN MEMERAH

Matahari belumlah sampai di ubun-ubun. Namun, hari sudah mulai terang dan panas. Aku bergegas mengejar angkot yang akan segera melaju. Tapi… Tipu. Setelah kududuk dengan manis di dekat pintu, angkot tak bergerak sedikitpun. Sang supir dengan tenang menunggu penumpang yang tinggal dua orang lagi. Sebaliknya, para penumpang, termasuk aku sangat gelisah dikejar waktu. Hanya satu jam waktu yang kupunya untuk mengejar acara pembukaan pelatihan. Aku ingin turun dari angkot itu, tapi tak satupun angkot yang sama melintas di jalanan padat itu. Dengan terpaksa, kami menunggu sang supir melakukan tugasnya. Alhasil, tinggal sepuluh menit tersisa sebelum acara itu dimulai.
Dengan setengah berlari, aku menuju tempat pertemuan. Namun, aku merasa ada yang aneh pagi itu. Suasananya tidak pernah seramai pagi  ini. Banyak anak muda yang datang. Aku serasa menjadi anak sma lagi atau anak kuliahan ( hehey…). Pelataran gedung pertemuan itupun sangat padat dan penuh warna. Banyak meja terpasang. Komputer. Spanduk. Baligo. Ada dimana-mana. Salman pun memerah. Ada apakah gerangan ? Sayang, waktu tak bersahabat denganku. Walaupun penasaran, langkahku tetap menuju tujuan utama. Aku menghampiri deretan meja dengan beberapa komputer yang terpasang. Beberapa gadis muda sedang bertugas. Beberapa orang antri di depan mereka. Dua barisan. Inikah acara yang kutuju ? Aneh rasanya. Benar saja, aku salah tempat. Meja yang biasa di sana untuk daftar ulang acaraku telah tergusur. Pindah ke lantai dua. Setelah mengurus administrasi, aku segera memasuki ruangan. Acara telah berlangsung sekitar sepuluh menit yang lalu. Pembicara masih memperkenalkan dirinya. Aku segera mencari posisi aman. Temanku melambaikan tangannya. Aku enggan pindah ke bangku depan. Menit demi menit berlalu. Pikiranku bercabang antara materi di ruangan itu dan suasana merah di bawah. Adzan Dzuhur mengakhiri ceramah itu. Jawaban atas pertanyaanku menggantung.
Kami bergegas turun. Keramaian pagi tadi semakin hebat. Orang pun mulai menyemut dengan berbagai aktivitas. Banyak stand yang berdiri di sepanjang koridor. Sayup-sayup kudengar sebuah informasi yang meruntuhkan rasa penasaranku. Hari itu, ada acara spesial. Selepas Dzuhur, akan ada pemutaran dan workshop film pendek tentang korupsi.
Salman ITB sedang hajatan. Dalam upayanya memajukan dunia perfilman nasional, Lembaga itu mengadakan acara festival film tahunan yang bertajuk Festival Film Salman. Acara tersebut merupakan sebuah media untuk mengembangkan nilai-nilai yang bernuansa keislaman dalam bentuk nilai-nilai budaya.
Di samping itu, Festival Film Salman juga berfungsi untuk memfasilitasi film-film karya komunitas pelajar dan mahasiswa. Ada catatan penting yang perlu digarisbawahi dalam program tersebut. Festival Film Salman ini ingin mengangkat trend film tersebut sebagai media bagi gerakan moral dan kebudayaan. Dengan demikian, film adalah sebuah sarana perubahan sosial. Perubahan pada sistem atau tatanan yang lebih positif. Lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Sesuai dengan kondisi yang terjadi di negara tercinta ini, tema yang diusung pada festival film tahun 2014  ini adalah Film dan Budaya Anti Korupsi.
Mudah-mudahan di masa depan, generasi yang akan datang tidak lagi tertarik untuk merampok uang negara. Namun, mereka akan mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam mencari penghasilan. Mereka akan berusaha mendapatkan uang yang halal atas dasar ilmu, kompetensi dan keahlian yang mereka miliki ! Salman, teruskan langkah dan usahamu, Nak !
Beberapa Film Pendek

KEBAYA


NYUNDA SERU
Para Blogger (KEB) Bandung
Tring…tring…tring
Suara hp mengalihkan perhatianku dari tugas rutin yang setiap hari menghabiskan waktu.
“Teh, kita ikut acara kumpul-kumpul, yuk !” ajak seorang sahabat lamaku, Efi.
“Hayu, acara apa ? Dimana ?” jawabku balik bertanya.
“Kumpulan Emak Blogger ( KEB ) Bandung di taman lalu lintas,” balas sahabatku itu.
“Kapan ?” Aku berusaha mencari informasi lengkapnya.
“Minggu, Teh. Kita seru-seruan nyunda abiz,” lanjut sahabatku itu.
Aku melihat agenda kerjaku. Kosong. Segera kukirim balasan keikutsertaanku dalam acara itu dengan mantap.
“Asyik, ada hiburan nih,” batinku gembira.
 Tiga haripun berlalu dan aku selalu membuka FB messenger agar tak ketinggalan informasi. Banyak juga yang akan hadir. Aku membaca status atau pesan teman-teman yang sudah kukenal. Aku semakin bersemangat ikut acara itu walaupun baru pertama kali aku bergabung dengan kelompok  itu. Namun, tetap ada rasa takut dan ragu. Aku belum kenal dengan adminnya. Banyak juga orang yang belum pernah bertemu denganku. “Ah, nanti akan banyak bertemu teman yang kukenal,” jawabku dalam hati menenangkan diri.
 Hari-hari berlalu dalam kesibukan yang menyita waktu. FB pun terabaikan untuk beberapa lama. Sampai suatu pagi, aku kembali mencari informasi lagi. Menurut kebiasaan sebelumnya, kelompok itu akan menyampaikan segala informasi melalui dunia maya, facebook. Cukup panjang dan lama aku memutar-mutar tombol telepon genggamku. Haalaaahh… Aku menemukan informasi yang tak kuduga sebelumnya. Dresscode : Kebaya. Baju khas sunda ini akan menjadi simbol khusus komunitas daerah bandung. Acara itu akan dilaksanakan di beberapa tempat secara serentak, yaitu Jabodetabek, Yogyakarta, Semarang, Denpasar, Surabaya  dan Bandung. Oleh karena itu, panitia menginginkan sesuatu yang berbeda. Mereka memutuskan pakaian dan makanannya harus bernuansa sunda. Simbol identitas.
Wow… hadeuh. Aku tak pernah memiliki baju khas sunda itu. Seumur-umur, kebaya bukan baju wajib yang harus ada dalam keluargaku. Setiap acara hajatan, akulah yang selalu paling keras menolak berkebaya dengan segala sanggul dan riasan lainnya. Ribet amat. Gaya anggun. Langkah yang harus tertata. Berselop dengan hak tinggi. Tata rias. Semuanya sama sekali bukan duniaku. Kau tahu teman ? Saat yang lain berkebaya ria, aku akan mengenakan baju yang berbahan dingin di tubuh dan celana panjang kesukaanku. Saat yang lain duduk manis menerima tamu, aku akan berjalan-jalan dari sudut ke sudut di pesta itu. Berburu stand-stand makanan yang baru. Itulah duniaku.
Deg… dilema menyergapku. Aku sudah mengirimkan pesan siap datang ke acara itu, tapi aku tak mau berkebaya. Kalau aku tak datang, pasti tak enak hati nantinya. Janji kok ingkar. Kalau datang, pasti aku akan tersiksa dengan baju kebaya itu. Akankah aku nekad berbeda seperti biasanya ? Waktu tinggal tiga hari lagi.
Pucuk dicinta ulam tiba. Seperti digiring pada sebuah jawaban. Teman-teman kantorku membicarakan kebaya untuk datang pada acara hajatan salah seorang rekan kerjaku bulan depan. Mereka merancang baju kebaya yang berbeda dari biasanya. Kebaya modern. Bahannya enak di tubuh. Tidak panas. Tidak menerawang. Ada banyak ragam. Kebaya seperti blus biasa atau kebaya tipis dengan baju manset di dalamnya. Dipadukan dengan celana panjang kesukaanku. Hari itu, aku sudah membuat sebuah keputusan. Hari Sabtu nanti, aku akan sowan ke rumah temanku itu, Ceu Indra. Seorang desainer semi professional.
Alhasil, Minggu pada saat acara berlangsung, aku bisa memenuhi keinginan pribadi dan ketentuan komunitas. Aku datang berkebaya dengan nyaman sambil membawa cemilan khas sunda, kue serabi. Yes, Merdeka! Hari itu, anggapan kebaya menyiksaku pupus sudah. Kami bersenang-senang dengan kebaya. Kami berpose dengan kebaya. Kamipun menerima ilmu dengan kebaya. Kami beryoga ria dengan kebaya.  I love kebaya. Aku menyukai aneka kebaya yang dipakai juga oleh sahabat-sahabat komunitasku yang lain. Menarik. Enak dipandang. Berkelas.
Hari itu, identitas kesundaan benar-benar mewarnai pertemuan kami di tempat terbuka. Kebaya, pepes nasi, serabi, nagasari, ongol-ongol, bugis, gehu, comro, aneka gorengan. Semua menyatu dalam keceriaan. Benar-benar Nyunda seru !
KUE SERABI

TAHU GORENG


Featured Post

Dua Puisiku di Bulan September

                                                                                    Peristiwa Sumber Inspirasi                              ...