 |
Pembicara Writing Clinic Femina |
Horeee… aku dapat surat
elektronik dari sebuah majalah wanita yang sudah kesohor pisan, Femina. Pasti pada kenal, kan ? Yup,
isi suratnya sungguh membahagiakan hatiku sekaligus juga ragu. Aku mendapat
undangan untuk mengikuti workshop kepenulisan dengan tema yang unik, yaitu
mengolah kuliner dalam fiksi. Kalian tahu apa maksudnya ? ( Baca terus yaa…
hehehe… )Hatiku semakin senang karena sobat-sobat di dunia kepenulisan juga
mendapatkan surat yang sama. Yiipiiii… jjs ke ibukota … eh sekarang mah
Jekardah yaa …. Hmmm… bisa gak yaa dengan kondisi badan seperti ini ? Timbul
rasa takut dan ragu. Namun, aku ingin sekali memenuhi undangan itu. Sebuah
kesempatan berharga yang tak boleh dilewatkan. Kami berlima memutuskan untuk
berangkat pagi agar bisa mengikuti workshop sebelumnya.
Workshop
di Museum Nasional
Minggu, 7 Desember 2014, Femina menyelenggarakan acara Writing Clinic dengan tema Bermain
Kata dengan Tema Kuliner. Pembicaranya adalah editor Femina, Ficky Yusrini
dan kontributor tetap Femina sekaligus juga pakar kuliner, Tria. Acara tersebut
berlangsung sekitar pukul 13.00 – 15.00 WIB,
di ruangan pameran temporer, Museum Nasional atau Museum Gajah, jalan
Medan Merdeka Barat No 12 Jakarta Pusat.
Mbak Ficky membuka acara dengan menyampaikan materi
secara umum, yaitu karya-karya fiksi yang mengangkat masalah kuliner. Ada
novel, cerpen bahkan cerita anak atau lebih tepatnya remaja mungkin ya, seperti
: Madre, Kitchen, Aruna dan lidahnya, Lagu Sup Jagung, Semangkok Salad, Fifi Si
Kaus Kaki Panjang dan sebagainya. Beliau juga menyampaikan bagian-bagian
tulisan yang meracik rasa dalam fiksi kuliner. Banyak hal yang bisa disampaikan
oleh penulis. Pendeskripsian masakan yang sempurna. Penyampaian masalah hidup
dengan aroma kuliner. Tempat wisata kuliner sebagai latar cerita, dan lain
sebagainya. Sisi masalah keredaksian sesuai dengan keahliannya.
 |
Mbak Ficky, Editor Femina |
Selanjutnya, Mbak Tria menyampaikan materi yang lebih
membumi tentang kuliner menjadi fiksi. Keahliannya di bidang kuliner ikut
memperkaya wawasan. Dengan suara yang parau tapi bagai buluh perindu itu,
beliau memaparkan banyak hal. Ada kekayaan kuliner yang bisa dieksplorasi oleh
penulis, yaitu : keunikan bahan pangan, kekayaan jenis pangan, tradisi atau
sisi gastronomi, trend serta isu/ konflik. Hal penting lainnya adalah penulis
tidak boleh kehilangan angle. Tanpa angle, penulis akan tersesat di awal,
tengah, dan akhir cerita. Banyak hal yang bisa dilakukan penulis untuk ini,
diantaranya adalah mencari satu sisi yang menarik dari subyek, mencari
relevansi dengan pembaca, mencari hubungan subyek dengan peristiwa tertentu,
isu yang inovatif, menghubungkan dengan trend dan mendengarkan second opinion. Kemudian secara khusus,
penulis bisa meramu kuliner dalam fiksi berupa setting/daerah atau restoran,
budaya, cara pengolahan yang unik, cara mencari bahan, sosiologi, karakter yang
menyertainya juga resep. Terakhir,
penulis juga wajib memperhatikan tata cara menulis yang baik. Indikasinya adalah :
1.
Pola pikir yang runut.
2.
Kalimat yang efisien.
3.
Gaya bahasa yang menarik.
4.
Data yang valid.
Setelah
materi disampaikan secara lengkap, saatnya kami menerima tantangan. Semua
peserta yang hadir saat itu diajak untuk bermain kata mengolah rasa dalam
kuliner. Ya, kita harus membuat sebuah tulisan fiksi tentang kuliner. Peserta
harus mencantumkan ide tulisan, metafora dan mengembangkannya dalam sebuah paragraf.
Lima cerita terbaik akan mendapatkan hadiah berupa voucher belanja.
Selain
Writing Clinic Femina, banyak hal serupa yang dilakukan oleh pihak lain.
Komunitas Blogger Buku Indonesia mengangkat masalah tentang Menulis Resensi dari Hati. Penerbit
Bukune membahas Tulisan yang Menakutkan.
Teddy W. Kusuma dan Maesy Ang menyajikan Travel
Blog dan Foto Perjalanan.Windy Ariestanty mengangkat penulisan kreatif
tentang Menulis Memoar yang inspiratif.
Kak Ariyo berbagi pengalaman tentang keahliannya dalam Mendongeng dari Buku. Lexie Xu berbagi pengalaman seputar Penulisan Kisah Remaja dan Faza Meonk,
seorang komikus pencipta tokoh si Juki membeberkan Cara Menulis Karakter dalam Komik.
Bioskop
Baca
Selain
kegiatan workshop menulis, ada hal lain yang bisa kita nikmati di Museum
Nasional itu, yaitu menonton film. Tidak percaya ? Ho… ho… ho… Ada empat film
yang disajikan, yaitu Fight Club, The Shawshank Redemption, Breakfast at
Tiffany’s dan The Hunger Games: Catching Fire. Itulah film-film yang bisa
dinikmati di bioskop baca.
Festival
Pembaca Indonesia 2014
Acara
lainnya adalah pameran buku, talkshow, book swap dan book war, pojok anak,
amazing race. Di sini, kita pun bisa menukarkan buku kita dengan buku lain.
Seru acaranya. Ada lagi yang lebih seru yaitu Anugerah Pembaca Indonesia 2014.
Dalam acara ini, salah satu karya mojang Bandung masuk nominasi pada kategori
nonfiksi. Si kembar, Eva dan Evi meninggalkan jejak karyanya, Twiries dalam
penganugrahan ini. Hebat, ya !
Apakah
kalian menduga rangkaian acara panjang dan menarik itu diselenggarakan oleh
Femina ? Tidak. Workshop, pameran, bioskop baca dan sebagainya itu merupakan
rangkaian acara Festival Pembaca Indonesia 2014 yang dipersembahkan oleh
Goodreads Indonesia. Festival berlangsung selama dua hari di Museum Nasional
pada Sabtu dan Minggu, 6-7 Desember 2014. Tema tahun ini adalah Reading Is
Happiness. Menurut pengarah festival, Harun Harahap, membaca itu membuat kita bahagia.
Bahagia karena kita mendapatkan ilmu pengetahuan yang menjadi nilai diri dan
menambah wawasan. Bahagia karena kita bisa berekreasi dengannya. Bahagia karena
kita dapat bertualang ke berbagai tempat yang nyata atau bahkan tidak ada di
peta dunia. Bahagia karena kita bisa menjelajah waktu ke masa lampau dan masa
depan. Festival ini merupakan puncak kebahagiaan itu yaitu berbagi pada dunia,
pada banyak orang. Jadi, kalian ingin bahagia ? Membacalah.
 |
Dapet Hadiah
|
 |
Peserta Writing Clinic Femina |