7/28/2015

RIMBA DAGO



Jalan Dago

Pernah nggak kamu merasa kebingungan di rimba kota ? Gak tahu mau kemana. Mau ngapain. Secara tak disengaja, saya pernah tuh ngalamin kayak gitu. Ibarat komputer yang lagi jalan, tiba-tiba ngehank. Hoalaaah… pake majas perbandingan segala ya. He… he…he…. Gak pa-pa ya, seni bahasa dikit.
            Suatu hari, saya and the girls -gank saya- janjian tuh di sebuah tempat makan pasta yang ada di deket kampus ikonnya Bandung. Hayo, tahu gak nama kampusnya ? Eh, seratus deh untuk pengetahuan kamu ! Yup, kamu benar, kampus Institut Teknologi Bandung alias ITB. Kampusnya presiden RI pertama, lho. Sayangnya, saya telat datang disertai gangguan transportasi yang parah. Macet dan ngetem yang super lama. Alhasil, merekapun keburu bubar dan saya sudah tanggung menuju tujuan. Bingung, kan ?
Pikir punya pikir, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan deh. Untungnya, ada hal lain yang pernah membuat saya penasaran ketika berjalan bersama gank yang lain. Berkah banyak temen, banyak gank. (  Namun, bukan gangster yang menyeramkan ato geng motor yang kriminal itu, ya. Hehehe…. ) Alhasil, hari itu, saya bertekad untuk menuntaskan rasa penasaran itu. Ketika mobil sampai di tempat tujuan, saya melanjutkan perjalanan tanpa henti. Tujuan baru saya adalah daerah atas. Ada yang tahu gak, kira-kira kemana ? Satu… Dua… Tiga… Waktunya habis ! Daerah yang kumaksudkan adalah Dago, tepatnya Simpang Dago. Saat itu juga, saya membuat planning baru. Pertama, menyusuri daerah simpang dago sambil mencari makan siang. Kedua, belanja di Yogya Junction. Ketiga, pulang ke rumah tentunya.
Kuliner di Simpang Dago
Siang itu, saya jelajahi kembali Simpang Dago. Nostalgia. Dulu, bersama sahabat-sahabat saya, kami sengaja datang ke sana demi semangkok es durian yang super nikmat. Ternyata, tempat itu masih ada. Dekat dengan sekolah Darul Hikam. Masih sama seperti tujuh tahun yang lalu. Hah, waktu cepat sekali bergulir. Bangku panjang tempat kami ngerumpies masih belum berganti rupa. Di situlah kenikmatan es durian berpadu dengan manisnya persahabatan. Tambah legit. Sayangnya, saat itu terpaksa melambaikan tangan perpisahan pada es durian, karena batuk.  
Di sebelahnya, ada baso solo yang mengundang selera. Saya pesan semangkok baso, spesial basonya aja kesukaanku. Sambil sekalian mencari keteduhan dari panas mentari dan  beristirahat sejenak.
Setelah agak redup dan pegal kaki hilang, perjalananpun berlanjut. Saya nikmati keramahan dan keramaian simpang dago. Ternyata, sekarang sudah banyak perubahan. Lebih banyak usaha bermunculan. Banyak juga tempat makan yang harganya ringan di kantong. Tempat dulu, kami menikmati makan malam sambil duduk lesehan menikmati seafood juga belum berubah banyak. Ah, seandainya dia mentraktirku lagi ! Dadah seafood ! Kakiku terus melangkah menuruni jalan. Eits… ada tempat minum kopi juga nih. Tempatnya mungil. Dipenuhi kaum adam. Lewat lagi ah, saat ini kopi belum bersahabat dengan perutku ini, walaupun sangat menggoda. Tak terasa, keramaian mulai menghilang. Ada sekolah lagi di sana, namun menjorok ke dalam. Baru kuingat, jalan ini akan tembus ke taman makam pahlawan cikutra. Mau ke sana ? Tidak ah, balik lagi aza !
Perut mulai keroncongan. Heem… enaknya makan apa, ya ? Ah, bebek. Aku merindukannya. Kulangkahkan kakiku kembali menuju simpang dago. Tadi kulihat tempat makan bebek yang sederhana tapi mengundang selera. Hmm… aku harus menyebrang jalan nih. Aku mendatangi rumah makan yang panjang itu. Ada tempat seperti teras, sayangnya terlalu di pinggir jalan. Jadi kuputuskan duduk di dalam saja. Ah, keberuntungan belum berpihak padaku ! Bebek yang kuidamkan sudah laris manis terjual. Yang ada adalah menu ayam dan lele goreng.  Akhirnya, lele goreng komplit menjadi menu makan siangku. Nikmat sekali ! Sambalnya pas. Lalabnya segar. Lele gorengnya renyah. Harganya ringan di kantong. Kenikmatan yang berlipat ganda. Makan di sini seperti zaman mahasiswa dulu. Mencari yang murmer hahaha…. Setelah makan, saatnya menjelajahi tujuan yang kedua. Cuaca sore itu di Bandung sangat bersahabat. Adem. Sayang kalau harus naik angkot. Apa langkah selanjutnya, teman ?

Asyiknya Jalan Kaki
Ya, sore itu, kuputuskan menikmati jalanan dago untuk sampai di Yogya Junction dengan berjalan kaki saja. Menurutku dengan berjalan kaki, kita bisa menikmati suasana Dago dengan seutuhnya.
Aku kembali menikmati suasana kota. Wow ternyata di sini, ada klinik juga, walaupun tempatnya agak masuk ke dalam. Terhalang bangunan lainnya. Ada toko pakaian. Dan sepertinya pasar tradisional juga, jika kita menuruni tangga. Wah ada batagor juga di sini. Sayangnya, perut sudah kenyang. Jadi, batagor bandung yang enak itu hanya kutatap dengan penuh rindu dan sendu. Ternyata simpang dago menyediakan aneka kebutuhan. Makanan berat. Cemilan. Buah-buahan. Pakaian. Asesoris dan lain-lain. Mangga yang mau shopping !
Setelah keramaian itu, saatnya menyusuri the real jalanan dago. Angkot yang ngetem mencari penumpangpun, kulewati. Tekadku sudah bulat. Tetap jalan kaki. Kutapaki trotoar yang berada di bawah keteduhan pohon. Rasanya seperti berada di jalan setapak sebuah hutan. Kuhirup udara segar sedalam-dalamnya. Asyiiikk….
 Sayangnya, kau tak ada di sisiku ! Biasanya, kita berdua asyik menjelajahi kenyamanan kota Bandung. Menyusuri jalan kota yang tertata apik. Atau menyusuri rel kereta api atau jalan-jalan tikus yang kau hapal dengan baik. Kali ini, hanya kunikmati sendiri. Ah, ternyata kukeliru ! Tampaknya cukup banyak juga wisatawan. Ada yang sekeluarga. Backpacker. Berpasangan. Sambil berjalan, mereka juga mengabadikan momen alias selfie dan narsis. Sepertinya, mereka juga bosan berkendaraan, ya? Apalagi kawasan ini identik dengan kemacetan, terutama pada musim liburan.
Kawasan ini terkenal sebagai tempat tujuan wisata belanja. Sepanjang jalan dago atau nama resminya adalah jalan Ir. H. Juanda terdapat banyak factory outlet ( FO ) yang sering menjadi sasaran para wisatawan dari dalam maupun luar kota. Saat musim libur, halaman parkirnya, banyak diisi kendaraan berlabel B. FO-FO itu juga melambai-lambai padaku. Namun, jalan kaki lebih menarik daripada berbelanja sehingga tempat itu kulewati tanpa hati yang masgul. Godaan belanja tersingkirkan sudah, Kakiku kembali menyusuri trotoar dago yang enak sebagai arena berjalan kaki. Hati ini rasanya lapang dan senang sekali.
Wisata Belanja



Godaan tetaplah godaan. Keteguhanku runtuh juga ketika melihat sebuah toko baru, hijab store. Hipnotisnya dengan ampuh menggiring langkahku untuk memasukinya. Tempat dan suasananya enak. Iringan lagu Hadad Alwi menemaniku melihat-lihat koleksi Samaya, nama toko itu. Toko ini cukup luas dan unik. Dalam satu toko ini ada beberapa merk. Tinggal pilih aza sesuai selera dan isi kantong. Lalu, bayar deh di kasir (xixixi…emang mo kabur kemana yah ? ).
 Sayangnya, perjalananku belum bisa berlanjut. Di luar hujan cukup deras. Eh, untung juga aku masuk ke toko ini, ya ! Aku duduk-duduk di bangku yang ada dekat pintu keluar. Kenikmatan lain yang kurasakan saat itu. Mengamati cucuran hujan ternyata juga menyenangkan. Merilekskkan tubuh dan pikiran. Namun, hujan berlangsung cukup lama, udara mulai dingin. Aku kembali menikmati pesona isi toko dan akhirnya membawa oleh-oleh juga. Rejeki mereka kali, ya !
Nah, habis beli baju, hujanpun mereda. Saatnya belanja kebutuhan dapur. Kita bisa shopping di Yogya Junction Jalan R.E Martadinata. Di samping produk lokal, ada juga produk impor. Barang-barang di sini, menurut saya punya kualitas yang berbeda. Lebih fresh sehingga makin mantap dan menambah selera saat kita makan. Seringkali, saya merasa puas berbelanja di sinih. Jadi berasa seperti chef Marinka nantinya. Ups, barang bawaan saya udah banyak nih, ya tinggal pulang aza deh hehehe…
Hari ini, banyak manfaat yang terasa. Baju baru. Kerudung baru. Bahan masakan yang fresh dan berolah raga. Mantaap tenan jjs kali ini. Semakin mantap dengan kutipan ini. Biasa manfaatin jasanya Mbah Google. Simak ya !
Manfaat Jalan Kaki
Aha, ternyata acara setengah hari di Dago itu besar manfaatnya, lho ! Katanya ya, jika kita berjalan kaki dengan rasa senang, maka kita akan jadi orang yang kreatif dan inovatif. Jalan kaki ternyata menjadi fondasi hidup sehat yang murah meriah. Mau, kan ? Ckckckck… masih banyak juga manfaat jalan kaki itu. Nah, supaya kamu termotivasi jalan kaki terus, aku tuliskan kembali manfaat-manfaatnya di sinih yaa :
1. mencegah osteoporosis
2. menyehatkan jantung
3. menjaga kebugaran
4. meningkatkan sistem pernafasan
5. menjaga kestabilan tekanan darah
6. mencegah dimensia
7. meningkatkan kekebalan tubuh
8. meningkatkan vitamin D di dalam tubuh
9. membuat kita bisa tidur lebih nyenyak
10. Jika kita berjalan kaki tanpa alas, hal itu dapat menjadi media refleksi dan yoga kaki
11. menjalin ikatan social
12. menjelajahi lingkungan sekitar.
Tips Jalan Kaki
Di samping manfaatnya, kalian juga bisa menggunakan beberapa tips berikut ini agar berjalan kaki bisa menyenangkan dan menyehatkan mental.
1.      Berjalanlah bersama temanmu.
2.      Berjalan dengan hewan peliharaan.
3.      Pilih lokasi dengan pemandangan yang indah dan menyejukkan mata, serta mudah diakses.
4.      Mulailah berjalan secara santai, lalu secara bertahap tingkatkan kecepatannya.
5.      Pilihlah lokasi yang menanjak juga.
Nah, teman-teman lengkap sudah jjs kita kali ini. Semoga bermanfaat, ya ! Selamat menjalankan sepuluh ribu langkah setiap harinya ! Siap ? Ayo, kita mulai melangkah !

 

MEMAHAMI KEBIJAKAN ANIS BASWEDAN



Membuka awal tahun pelajaran baru 2015/ 2016, ada satu topik pembicaraan yang menghangat. Orang tua dihimbau untuk mengantarkan anaknya ke sekolah pada hari pertama. Sebenarnya, hal ini sudah biasa dan sering dilakukan oleh orang tua, terutama bagi mereka yang menyekolahkan anaknya ke tk atau sekolah dasar. Pada hari pertama sampai beberapa hari atau minggu kemudian, mereka akan rutin datang ke sekolah, bahkan ada yang sampai duduk di dalam kelas bersama anaknya. Topik tadi menjadi menghangat karena himbauan itu berlaku secara menyeluruh. Bukan hanya untuk sekolah TK dan SD, tapi juga untuk SMP dan SMA, karena tidak ada batasan yang jelas.
            Setelah itu, kedatangan para orang tua, wajib disambut oleh kepala sekolah dan para guru. Mereka berkonsultasi dengan orang tua untuk membicarakan anak didiknya. Menggali informasi tentangnya. Menjalin komunikasi dan lain sebagainya. Selain itu, para orang tua juga bisa diajak untuk mengamati lingkungan sekolah.
            Adanya kebijakan tersebut mengindikasikan bahwa kita, warga negara Indonesia dituntut untuk kembali kepada keluarga. Di tengah derasnya arus hedonisme, liberalisme dan konsumtif atau konsumerisme, manusia perlu kembali kepada kebutuhan dasarnya, yaitu kebersamaan dengan keluarga. Inilah fitrah yang sekarang ini sedikit demi sedikit mulai terkikis oleh kesibukan mengejar duniawi. Bekerja bisa dua puluh empat jam, sehingga hal lain, termasuk anak sebagai salah satu kekayaan manusia yang sangat berharga itu selalu terabaikan. Akibatnya, tidak heran jika sekarang banyak anak yang bermasalah. Kenakalan remaja. Narkoba. Tawuran.
            Dalam gaya hidup yang lebih mengutamakan materi, kebutuhan batin seringkali tidak diperhatikan, bahkan dianggap sepele. Tidak penting. Muncul kegersangan dalam diri manusia, sehingga memunculkan dampak lain seperti stress. Stres yang berlarut-larut ini berubah menjadi perilaku bodoh yang justru akan sangat merugikan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
            Mengantar anak di hari pertamanya bersekolah merupakan salah satu obat antigalau. Anak akan merasa tentram dan lebih bersemangat untuk sekolah. Bagaimanapun, mereka sangat membutuhkan dukungan. Kebersamaan orang tua dan anak di hari pertama bersekolahnya memiliki nilai khusus di hatinya.  Semua anak membutuhkan itu, apalagi jika anaknya termasuk yang sulit memasuki lingkungan baru. Hal ini lumrah terjadi di tingkat awal sekolah, yaitu SD dan TK.
            Pada jenjang yang lebih lanjut, hari pertama sekolah mungkin tidak terlalu istimewa. Namun, kebersamaan itu perlu ada juga. Orang tua dan guru, khususnya walikelas perlu bertemu untuk menjalin komunikasi dan bekerja sama. Bagaimanapun pendidikan itu bukan tanggung jawab sekolah. Bukan tanggung jawab guru. Orang tualah yang menjadi pondasi penting bagi pendidikan anak-anaknya. Guru, walikelas dan sekolah menjadi pelengkap dan pemerkaya pendidikan anak.
            Oleh karena itu, sekolah sering mengundang orang tua untuk bersilaturahmi, misalnya saat pembagian rapot. Namun, masih banyak orang tua yang tidak bisa hadir, dengan alasan sibuk bekerja. Alhasil, yang datang untuk mengambil rapot itu adalah orang lain. Kakak. Nenek. Saudara. Yang terparah adalah siswa membawa kenalannya dan diakui sebagai orang tuanya sendiri. Penipuan, bukan ?
            Adanya kebijakan Pak Anis Baswedan itu, diharapkan bisa menyelesaikan dilema tersebut. Dilema antara kebutuhan anak dan kebutuhan mencari nafkah. Keduanya berperan sangat penting dalam kehidupan manusia. Namun, kebutuhan anaklah yang sering dikalahkan demi memenuhi hajat hidup manusia.
Kebijakan menteri pendidikan itu diharapkan dapat memberikan kelonggaran kepada berbagai lembaga, perusahaan swasta, khususnya agar mengijinkan karyawannya datang ke sekolah. Toh, dalam satu tahun hanya satu atau dua kali izin saja. Tindakan ini adalah investasi termahal untuk sebuah kehidupan.  Kebijakan itu diharapkan memiliki kekuatan hukum untuk melindungi para karyawan yang masih memiliki anak sekolah. Kebijakan tersebut diharapkan juga bisa menjatuhkan sanksi kepada lembaga atau perusahaan yang tidak memberikan izin atau kelonggaran tersebut kepada para karyawannya. Alangkah lebih baiknya jika ini yang terjadi, bukan sekolah yang menjadi terdakwa ! Sudah saatnya bidang pendidikan bisa berpengaruh luas pada dunia. Keberhasilan pendidikan membutuhkan banyak dukungan dari banyak pihak. Guru memang menjadi ujung tombak pendidikan. Namun, jika guru saja yang berjuang sendirian, hasilnya tidak akan berdampak luas. Seperti pepatah, keberkahan (keberhasilan) akan muncul dari kebersamaan ( Ustad Chalid ). Semoga, masa depan pendidikan Indonesia bisa lebih baik di masa yang akan datang !

7/18/2015

BERLEBARAN DENGAN BOUCIL



Lebaran dengan kupat dan opor sudah biasa. Itulah menu khas lebaran yang sudah mendarah daging pada masyarakat Indonesia. Tanpa kedua hidangan itu, lebaran rasanya kurang ada jiwanya, terasa garing begituh. Betul, kan ?
            Di samping menu utama tersebut, ada juga hidangan lainnya. Aneka kue di toples cantik. Nastar. Kue keju. Kue salju. Kue bawang. Kue kacang. Bangket. Cheesstick. Rendang. Asinan atau rujak. Kerupuk. Kacang bawang. Cake. Puding. Sop buah. Ulen dan bebeye. Baso. Pempek. Hmmm… apalagi ya ? Semua meja yang ada di rumah pastinya akan penuh dengan aneka hidangan tersebut. Meja di ruang  tamu. Meja di ruang tengah. Meja di ruang makan. Semuanya tak luput dari beban.
            Nah, di lebaran tahun ini, ada yang berbeda nih di rumahku. Entah mengapa, tahun ini rasanya malas banget membuat cake marmer yang biasa kami gunakan untuk sarapan sebelum shalat ied. Rasanya malas juga untuk berburu bolu atau cake lainnya yang mengundang selera dari toko kue langgananku.
 “Ah, biarlah tahun ini, lebaran tanpa cake !” pikirku.
“Kami cukup minum kopi atau susu saja sebelum shalat ied,” kataku dalam hati.
Anehnya, tak ada juga orang rumah yang protes dengan hal tersebut. Mereka adem-adem aza tuh, walau cake belum nongol di lemari. Emang sih, akhir-akhir ini, selera makan kami menurun drastis. Nasi dan lauk pauk yang seupil aza baru habis setelah beberapa hari. Aku sampe kesel banget menantikan habisnya hidangan tersebut. Apalagi, kalau harus membuangnya karena basi. Sayang, kan ? Cape-cape masak hanya untuk dikonsumsi tempat sampah. Uuugghh… !
Eh, di tengah rasa kesal itu, muncul bahagia. Mau tahu ? Sinih, kuberitahu langsung aza daripada lo mati berdiri karena penasaran ( hehehe… ) ! Pas jam sepuluh malam, temanku nelpon.
“Yu, jangan tidur dulu ! Aku dan Hera mo datang ke rumahmu !” kata Irma.
“Oceh !” jawabku.
  Setelah masa penantian, akhirnya merekapun datang. Irma dengan tangannya yang masih terluka akibat ditabrak motor, membawa sekantong bawaan. Brug !
“Aduh, kamu bandel amat, ya ! Mana gendonganmu ? Pake atuh biar retakan tangannya gak semakin parah,” kataku kesal dan khawatir.
“Eh, aku mah gak mau jadi orang sakit ! Gendongannya kumasukkan tas nih !” jawabnya enteng.
“Ah, dasar ! Apaan nih ?” tanyaku penasaran sambil membuka keresek gede yang dibawanya tadi.
BOUCIL.
“Itu bolu dari Asri dan Goes-Goes buat kita-kita !” jawabnya senang.
“Lho, bukannya besok harus kuambil ke rumah Onnie ?” tanyaku heran.
“Miskomunikasi. Jadi, kubawa ke sinih aza. Simpan di kulkas yah. Nih, daftar orang-orangnya ! Biar mereka nanti ngambil ke sinih,” jawabnya riang.
Aku menatapnya sejenak dan kuangkut ke dalam rumah keresek besar itu.
“Mana kopi hitamnya ?” tanyanya saat di meja tak ada minuman kesukaannya itu.
“Ntar, kubuat dulu,” balasku.
Lalu, aku bergerak cepat membuat kopi hitam kesukaannya. Setelah itu, Irma menikmati kopinya, aku membawa dan membuka salah satu dus kecil yang ada dalam keresek tadi. BOUCIL. Bolu Ubi Cilembu.

 “Hah, makanan baru nih,” pikirku.
“Ada banyak rasa tuh, “ kata Irma sambil menunjuk aneka rasa yang tertulis di dus.
Original. Mangga. Mocca. Pandan. Keju.
Keesokan harinya, langsung saja kueksekusi hadiah itu. Betapa terkejutnya diriku. Saat kutemukan bintik-bintik coklat di irisan bolu itu. “Waduh, sayang bolunya kadaluarsa !” pikirku. Kucium aromanya, wangi tapinya ! Hmmm… kuamati bolu itu dengan teliti. Oh, ternyata itu adalah tekstur khas ubi cilembu. Jadi, Boucil itu bisa kunikmati dengan senang. Rasanya ? Maknyuuusss pisan. Lembut. Manis. Dan ada taburan keju kesukaanku. Wow, Alhamdulillah tahun ini tetap bisa berlebaran dengan cake. Menu baru. Boucil. Bolu Ubi Cilembu. 
Boucil Rasa Mangga

Nikmatnya makan Boucil

Kalian tahu kan ubi cilembu ? Ubi ini sangat unik. Memiliki kekhasan, yaitu manis yang alami. Apalagi jika sudah dimasukkan ke oven. Memang, ubi ini lebih terkenal dijual dengan nama ubi bakar cilembu. Kering luarnya. Pas dibelah daging ubinya terlihat merah seperti caramel. Pas diicip manisnya enak, pas. Heunteu giung atau manis berlebihan.  
Dimanakah kita bisa menemukan ubi Cilembu ini ? Jika melintas dari Bandung ke Sumedang, di perbatasan kedua daerah itu, kalian akan menemukan deretan kios yang menjajakan ubi ini. Matang ataupun mentah. Kata orang, Ubi Cilembu ini tak bisa tumbuh di daerah lain, karena zat hara tanahnya berbeda. Namun, sekarang tampaknya ubi cilembu ini sudah berhasil hijrah dari daerah asalnya. Di luar desa itu, kita bisa juga menemukannya. Bahkan sudah masuk ke pasar modern juga. Ubi Cilembu ini bisa kita temukan di pasarnya bos trans tv. Kalian penasaran ? Ya, gampang solusinya. Tinggal nyari dan berbelanja. Hati-hati juga ya, jangan sampe dapet yang palsunya. Ya udah gitu aza. Selamat berburu ubi cilembu dan boucil yah !

5/01/2015

TEGALLEGA : DESTINASI WISATA KULINER DI BANDUNG



Bandung memang sudah identik dengan berbagai macam jenis wisata. Wisata alam, wisata belanja, wisata kuliner dan sebagainya. Jarak yang cukup dekat dengan ibukota negara seringkali menjadikan Bandung sebagai tujuan wisata.
            Salah satu tujuan wisata yang sangat digemari banyak orang adalah wisata kuliner. Konon, katanya makanan di Bandung itu terkenal mampu menggoyang lidah dan selalu membuat penasaran orang. Sampai-sampai orang rela berjubel untuk mendapatkannya, baik itu cemilan, oleh-oleh, makanan berat dan masih banyak lagi. Coba kita ingat satu per satu ya ! Molen Pisang Kebon Kawung, Brownis Amanda, Surabi, Batagor, Kue Cubit Green Tea, Nasi Timbel, Nasi Tutug Oncom, Liwet, Nasi Kalong, Bancakan dan masih banyak lagi makanan yang tersebar di berbagai sudut kota Bandung.
        
Taman Tegallega Bandung

ONDE KETAWA



Pertama kali melihat nama kue ini di sebuah toko oleh-oleh Cimahi, aku merasa tertarik. Onde Ketawa nama kuenya. Lho, kok gitu yaa ? Apakah sehabis makan kue ini langsung happy, ketawa-tawa gitu, ya ? Pas aku bilang sama mbaknya tuh, dia langsung senyum-senyum hehehe…. Karena penasaran, ya langsung deh kuboyong. Setelah di rumah, aku nikmati tuh Onde Ketawanya. Wah, rasanya beda banget dari onde yang biasa kita makan, baik ukuran maupun teksturnya.
Onde Ketawa yang Renyah
 Onde biasa ukurannya segede bola pingpong dan ada isi kacang hijau di dalamnya. Kulitnya kenyal-kenyal gitu, kan yah. Nah, kalo onde ketawa itu kecil, segede kelerenglah.  Merekah, kering, manis dan renyah. Bedanya lagi, gak ada isinya. Namun, wijen tetap melapisi kue enak ini. Pas dikunyah tuh maknyus bingiits. Gak cukup satu untuk dinikmati. Kayaknya sebungkus bisa buat sendiri, lho hehehe…. Happy kan, yah ? Gak ada yang nyoro atau ngaheroan istilah Sundanya mah ( Gak ada yang minta, bahasa Indonesianya mah ).
Penasaran dengan arti ketawa ? Ternyata, ONDE KETAWA itu sebuah Akronim, lho ! Usut punya usut. Onde ketawa ini merupakan produk umkm.  KETAWA 99 MERUPAKAN MERK DAGANG PRODUK CEMILAN INI. Diproduksi oleh seorang ibu rumah tangga. Ketawa itu artinya KEterampilan Tangan Wanita. Kalau mau ngakak, boleh lho ! Hehehe…. Sangat berbeda jauh dari pemikiran semula yah. Walaupun demikian, produknya sudah diakui oleh Transmart Cimahi. Pemasaran produknya sudah merambah di dua kota, yaitu Cimahi dan Bandung. Slogan produk yang diusungnya adalah Dirasa manis, Dijamin renyah. Dikemas seberat 250 gr dengan harga Rp  12.000,- sampai Rp 15.000,-. Kamu bisa memilih rasa yang berbeda sesuai dengan selera. Original. Coklat. Kacang. Keju. Ebi Pedas. Mana yang kalian suka ? Semuanya ? Boleh-boleh. Selain Transmart, Onde Ketawa juga bisa kamu temukan di Toko Peuyeum Ketan, jalan Raden Embang Artawidjaja. Letak tokonya berdekatan dengan gedung PLN. Selamat menikmati cemilan Onde Ketawa yah !

Featured Post

Fiksi Mini: Aurora

  Semangat sekali aku menyambut tahun ajaran baru ini. Setelah liburan selama dua minggu, energiku terisi penuh. Langkahku tegap menuju kela...