2/09/2016

RUMAH KOLONIAL BERGAYA JAWA



Sejak kecil dulu, hampir setiap saat, saya selalu akrab melewati rumah ini. Sebuah rumah yang terletak di pinggir jalan besar. Banyak cerita yang melingkupi rumah ini. Angker. Rumah berhantu. Juga sering digunakan untuk syuting sinetron. Kabarnya sinetron yang angker juga.
            Dari pinggir jalan besar, rumah ini hanya terlihat bagian atapnya saja. Mengapa ? di sekelilingnya terdapat banyak pohon-pohon besar. Dalam pikiran anak kecil, saya menyebutnya sebagai sebuah hutan. Hutan di tengah kota. Rindang dengan pepohonan dan gelap. Benar-benar menakutkan.
Rumah Kebon Kopi

            Lama tak mendengar kabar tentang rumah ini. Tiba-tiba, seorang kawan saya mengajak untuk menjelajahi rumah tua tersebut bersama dengan komunitas Tjimahi Herritage. Rumah ini terletak di pinggir jalan raya Cimahi-Bandung, khususnya daerah Kebon Kopi Cibeureum Cimahi. Minggu, 31 Januari 2016 kemarin, akhirnya saya dan teman-teman berhasil menjelajahi rumah bersejarah ini. Kondisinya sangat jauh berbeda dari bayangan masa kecil dulu. 
Peserta Jelajah Rumah Kebon Kopi

            Bagian luarnya sudah sangat lapang. Pohon-pohon rindang yang dulu menutupinya, sudah hilang, berganti taksi-taksi biru. Tinggal sisi bagian kanan yang masih menyisakan sejarah. Kabar terakhir, rumah ini sudah dijual pada sebuah perusahaan taksi terkenal di Bandung, Bluebird. Perusahaan tersebut berkomitmen untuk tetap melestarikan bangunan tersebut, walau harus merehabnya. Ya, rumah tua itu sudah banyak termakan usia.
            Rumah kuno itu saya namakan dengan RUMAH KOLONIAL BERGAYA JAWA. Bagian luarnya memang mirip dengan rumah gaya Eropa dengan tiang-tiang kokoh seperti bangunan Yunani. Kalau tidak salah berjumlah enam buah. Hanya di bagian atas ada nuansa lokal, yaitu ukiran bunga (melati).
Hiasan Lantai luar

            Sebelum memasuki bagian dalam, kami mendapat penjelasan tentang sejarah kopi dan  rumah ini dari Kang Machmud Mubarok dan Kang Mochamad Sopian Ansori. Ternyata rumah ini terkait erat dengan sejarah perkebunan kopi. Boleh dibilang menakjubkan, karena melanggar kebiasaan syarat menanam kopi. Tanaman kopi biasanya membutuhkan ketinggian minimal 700 m dpl, sedangkan di sini hanya sekitar 650 m dpl. Jadi, pohon rindang yang dulu menyelimuti rumah ini ternyata oh ternyata adalah tanaman kopi yang tinggi-tinggi. Alasan inilah yang melatarbelakangi daerah ini bernama Kebon Kopi.
Kang M. Sophian

Kang Machmud

SEJARAH KOPI DI INDONESIA
Wow, ternyata kotaku ini bagian dari sejarah masa lalu yang kini sedang dibangkitkan lagi. Kopi nasional, produk Priangan, Produk Indonesia. Ah, rasanya bangga juga tinggal di kota yang termasuk bagian sejarah itu. Sekaligus juga miris mendengar kisahnya. Javana oh Javana !
Kopi di tanah Priangan berasal dari wilayah Malabar India. Seorang kapten VOC, Adrian van Ommen membawa kopi Arabica pada tahun 1696. Pada awalnya, penanaman kopi di Indonesia ini mengalami kegagalan akibat banjir Batavia. Namun, akhirnya mambawa hasil setelah kopi tersebut ditanam di daerah Bidara Cina, Kampung Melayu, Sukabumi, dan Sudimara. Kopi-kopi inilah yang pada akhirnya membawa kejayaan pada VOC. Kopi-kopi tersebut berhasil menguasai pasaran dunia. Akibatnya, muncullah perjanjian VOC dengan para bupati Priangan untuk memperluas penanaman kopi di Priangan. Salah satunya adalah Bupati Cianjur, Aria Wiratanudatar. 
Program Komputer ini berawal dari kejayaan kopi Indonesia di mata dunia

Pada tahun 1786, setengah kopi yang dihasilkan berasal dari lereng-lereng Gunung Gede di Cianjur dan sebagian lagi dari sekitar Bandung. Kejayaan kopi di pasar dunia membawa kemakmuran bagi VOCselama hampir dua abad, juga para bupati Priangan. Namun, kemudian akibat korupsi, VOC mengalami kebangkrutan hingga terjadi beberapa kali pergantian kekuasaan.
Setelah menyengsarakan rakyat, tahun 1876, Hindia Belanda ditimpa petaka dengan hancurnya tanaman kopi akibat penyakit karat daun. Penyakit itu meluas sehingga melumpuhkan perdagangan kopi dunia. Dalam situasi gawat tersebut, Brazil dan Kolombia akhirnya mengambil alih kekuasaan perdagangan kopi dunia sampai sekarang.
Setelah mendengar penjelasan sejarah perkebunan kopi, akhirnya kami dibagi menjadi dua rombongan. Secara bergantian, kedua rombongan itu menjelajahi bagian dalam rumah. Lalu, menjelajahi halaman belakangnya.
MISTERI RUMAH TUA
Ketika memasuki bagian dalam, kawanku berkata, “ Aku kok seperti mengenal betul rumah ini. “
“Ya, jelaslah, wong kamu sering pulang ke Jawa. Pemilik rumah ini kan orang Jawa. Trenggalek !” jawabku sambil tersenyum.
Inilah kejutan pertama. Rumah bergaya kolonial ini bukan milik para bangsawan Eropa (Belanda) tapi milik pribumi. Seorang tuan tanah asal Trenggalek, Jawa Timur. Diperkirakan rumah ini milik Wangsadiredja. Kejayaan kopi membawa kemakmuran. Rumah inilah buktinya. Kemewahan arsitektur Eropa dipadukan dengan nuansa jawa di bagian dalamnya. Salah satunya melalui pintu-pintu kayu yang kokoh dan tinggi, lengkap dengan kunci khas dari masa lalu. Besi-besi panjang yang terkait di bagian atas dan palang kayu. Itulah kejutan keduanya. Rumah ini bukan istana raja Eropa.
Peserta menjelajahi bagian dalam rumah

Rumah yang sangat luas ini memiliki enam buah kamar dengan ukuran yang cukup luas. Yang menarik, di tengah-tengah bagian rumah masih ada sumur yang masih terlihat bagus. Walaupun dikelilingi ilalang yang sangat tinggi.
Miris hati ini ketika memasuki bagian dalam. Seperti VOC, rumah ini benar-benar diambang kehancuran. Beberapa bagian rumah tampak tak terawat. Atap-atap banyak yang tinggal menunggu waktu jatuh. 
Kejutan ketiga, ada di halaman belakang. Halaman yang masih memiliki nuansa hutan itu ternyata merupakan pemakaman keluarga. Kurang lebih ada lima baris makam dengan berbagai model makam. Cina dan Muslim. Sangat terawat. Bersih. Rapi. Tulisan di nisan sebagian besar menggunakan bahasa Sunda. Sayang, sebagian nama-namanya kurang jelas terbaca.
  Sebelum sampai kompleks pemakaman tersebut, kami harus menjelajahi hutan kecil dan juga jalan setapak yang dipenuhi dengan guguran daun-daun. Cukup tebal dan empuk ketika diinjak.
Saat pulang, setelah mendapat restu dari penjaga,  seorang kawanku yang lain mengambil beberapa buah Ganitri untuk dijadikan gelang yang unik. Buahnya berwarna biru terang. Bagian dalamnya berwarna coklat muda. Bergerigi.
Dengan terkumpulnya buah Ganitri di wadah, berakhir pula petualangan kami hari itu. Menjelajahi RUMAH KOLONIAL BERGAYA JAWA. Setelah itu, kami kembali berkumpul di teras depan untuk berkenalan dan membacakan Novel Max Havelar secara bergantian. Konon kabarnya, rumah tua ini pernah digunakan untuk syuting film salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesiatersebut.
Reading Novel Max Havelar

Menjelang dzuhur, kamipun membubarkan diri dengan membawa kenangan masa lalu, pengetahuan baru, dan kawan baru. Sampai jumpa di petualangan berikutnya, ya ! Salam Sejarah ! Salam Sastra !
Dari sejarah, kita bercermin untuk kebaikan di masa yang akan datang. Memaknai sejarah sami sareng memaknai hidup !

           

1/30/2016

TIPS MENGATASI KECANDUAN GAMES



Teknologi adalah penunjang masa depan dan dibuat untuk memecahkan masalah. Tetapi pengasuhan orang tua tetap tidak bisa dipindahtangankan terhadap canggihnya teknologi
(Muhamad Nur Awaludin)

                Kecanduan games termasuk penyakit kronis yang ditandai dengan rusaknya kontrol terhadap penggunaan materi psychoactive atau perilaku (baik secara biologis, psychologis, sosiologis dan juga terhadap dimensi spiritual).
Kecanduan games merupakan suatu kondisi ketika seseorang sangat terikat erat untuk selalu bermain games sehingga melupakan banyak hal penting lain dalam hidupnya. Satu-satunya dunia yang paling menarik baginya adalah dunia maya atau dunia virtual. Seringkali mereka tidak bisa membedakan antara dunia nyata dan dunia virtual.
            Seorang mantan pecandu games pernah menceritakan pengalamannya saat kondisi seperti itu. Ia hendak menyebrang jalan dan ada truk di dekatnya. Ia tenang-tenang saja. Tidak takut. Bahkan tidak berusaha untuk menghindarinya. Dalam pikirannya, ia berada di dunia virtual yang akan mampu memberikan banyak nyawa untuknya. Padahal, ia sedang berada di dunia nyata. Menghadapi bahaya. Hampir ditabrak truk. Tak ada nyawa cadangan. Untungnya, ia masih diselamatkan oleh Sang Maha Kuasa, Allah SWT ! Ia baru menyadari kesalahannya itu ketika ibunya meninggal dunia.
            Ya, betapa mengerikannya bahaya akibat kecanduan games. Jika seseorang kecanduan games bukan hanya nyawa saja yang hilang. Banyak hal lain juga bisa terjadi. Sebelumnya, ia bisa menjadi pencuri, bolos sekolah, terlibat aksi pornografi, melakukan aksi kekerasan, berbohong dan perilaku buruk lainnya.

Alasan Bermain Games
            Berdasarkan riset Yayasan Kita dan Buah Hati, durasi anak Indonesia bermain games adalah 15 jam dalam satu minggu. Banyak faktor yang mendorong seseorang, khususnya anak untuk bermain games. Alasan-alasan itu adalah :
1.      Games dibiasakan atau sengaja disediakan oleh orang tua.
2.      Bersifat menyenangkan/ menghibur.
3.      Mampu melepaskan stress/ ketegangan.
4.      Mampu menghilangkan kebosanan.
5.      Meningkatkan keterampilan bermain games.
6.      Merasa berkuasa ( Jagoan ).
7.      Merasa dihargai, dibutuhkan, dan diterima.

Ciri-ciri Games yang Menimbulkan Kecanduan ( Adiksi ) :
1.      Dapat bermain secara berkelompok.
2.      Terdapat challenge, quest, reward, dan experience point.
3.      Ada ajang turnamennya.
4.      Jika bertanya pada orang lain, 70% mereka tahu tentang games-games tersebut.
5.      Bersifat dinamis secara gameplay dan umumnya adalah game online.
6.      Mempunyai story line/ cerita yang menarik sehingga gamers menjadi baper.

Beberapa Games dengan Tingkat Adiksi Super
1.      DOTA 2
2.      World of Warcraft
3.      Zagnarok
4.      League of Legends
5.      Final Fantasy
6.      Ages of Empires
7.      Command and Conquer
8.      Point Blank
9.      Counter strike
10.  Call of Duty
11.  Conflict Vietnam

Mengapa Anak Kecanduan Games ?
            Sebuah pertanyaan yang menarik sekaligus menggugah dari Bunda Elly Risman. Pertanyaan tersebut menggiring kita pada sebuah kesadaran akan suatu konsep pendidikan yang salah. Benar-benar sangat menendang jantung dan ulu hati !
Bunda Elly Risman

            Akar dari segala persoalan itu adalah kebendaan alias materi. Karena materi itulah, kita seringkali melupakan hati manusia. Jiwa manusia menjadi kosong, tak tersentuh ! Kekosongan inilah yang menggiring anak pada dunia virtual yang mampu membahagiakannya. Menerima dan menghargainya. Mereka lebih nyaman berada di dunia virtual dibanding dunia nyata.


Tips Mengatasi/ Menghindari Kecanduan Games 
1.      Siapkan mental menjadi orang tua : anak adalah amanah Allah. Orang tua wajib memenuhi tugas dan tanggung jawabnya karena  Allah.
2.      Tetapkan tujuan pengasuhan anak
Jadikanlah anak itu sebagai hamba Allah yang bermanfaat untuk orang banyak.
3.      Perkuat landasan agama sebagai pondasi hidupnya
4.      Pelajari ilmu berkomunikasi yang baik, efektif dan efisien
5.      Jalin kedekatan hubungan secara batin dengan anak, ibu dan ayah harus terlibat aktif
6.      Jangan biarkan anak merasakan kesepian/ hampa
7.      Berikan gizi seimbang untuk fisik, jiwa dan spiritual anak
8.      Serahkan segalanya pada Sang Maha Pelindung, Allah SWT
9.      Kuasai perkembangan anak
10.  Kuasai kemajuan teknologi
Dengan bekal pengetahuan tersebut, orang tua diharapkan mampu menghindari bahayanya dan lebih mampu mengarahkan anak pada pemakaian teknologi (gadget) secara positif. 



Parenting Gamers
            Jika anak telah terjerat kecanduan games, masih ada harapan untuk disembuhkan. Inilah beberapa kuncinya.
1.      Orang tua ( ayah dan ibu ) harus kompak mengatasi anak yang kecanduan games
2.      Telusuri akar permasalahannya
3.      Berkomunikasilah dengan anak dari hati ke hati. Tak ada salahnya orang tua meminta maaf pada anak akan kesalahan pola asuh.
4.      Hargai pikiran dan perasaan anak
5.      Perbaiki harga dan kepercayaan diri anak
6.      Cari tahu telah berapa lama anak kecanduan games dan efek negatifnya. (mencuri, berbohong, pornografi, kekerasan….) dan atasilah
7.      Orang tua harus siap mendampingi anak sampai sembuh, mengembalikannya ke jalan yang lurus
8.      Tingkatkan ilmu dan keterampilan
9.      Jelaskan kerusakan otak akibat games
10.  Jelaskan ketentuan agama terkait masalah itu
11.  Anak harus memiliki keinginan untuk sembuh
12.  Kurangi games secara perlahan
13.  Sepakati frekuensi dan intensitas anak bermain games
14.  Libatkan lingkungan sekitar/ keluarga dekat untuk menjauhkan anak dari games
15.  Lakukan kegiatan bersama selain games: jalan-jalan, olah raga, kemping, membaca dsb
16.  Hindari mengasuh anak secara tergesa-gesa
17.  Santailah dengan beban sekolah anak, susun langkah bersama dan tentukan konsekuensi
18.  Jadikan keluarga sebagai control utama dan pertama dari segala aktivitas anak.
Nah, tentunya orang tua sudah seharusnya menyadari penyakit baru di abad millennium ini. Jika hal itu terjadi pada anak kita, orang tua harus bermental baja untuk menyembuhkan anaknya kembali sehat seperti sedia kala. Jangan berputus asa ! Selalu ada harapan di setiap peristiwa ! Good luck ! Keep smile !
Deklarasi Gadget Sehat

IBU, JIWAKU HAMPA



Aku melangkah gontai seusai pulang sekolah. Bagiku, hidup di neraka akan berjalan. Bagiku, rumah adalah penjara bisu yang selalu mendekap erat. Kebisuan selalu terjadi. Kesepian menjadi hiasan abadi. Aku hanya seorang diri. Membuka kulkas. Menggoreng ayam atau telur. Memasak nasi atau mie. Makan sendiri di meja kayu yang luas.
            Ibu, kejadian ini selalu berulang. Aku tak pernah menemukanmu di sana. Aku tak pernah mendapatkan sambutan hangatmu setiap pulang sekolah. Tak ada pelukan hangat. Tak ada teguran sayang. Kekosongan dan kekosonganlah yang selalu setia menemani. Hutan beton inilah yang selalu menjadi sahabat sejatiku setiap hari.
            Ayah, ah engkau entah berada di mana. Dunia ini terlalu luas untuk kujelajahi. Entah berapa juta dolar yang kau cari. Kau selalu pergi meninggalkanku. Aku tak bisa menanyakan pr fisika atau matematika. Telepon genggammu selalu sibuk. Pesan singkatku sampaikah padamu ?
            Suatu hari, engkau membayar dosamu. Seusai sekolah, saat kubuka pintu, kutemukan sepucuk surat. Terinjak olehku. Amplopnya berwarna merah muda. Inikah kasih sayangmu ? Segera kuberlari menuju meja kayu yang luas itu. Aku membacanya sambil membayangkan ibu dan ayah mendampingiku. Berada di sisiku. Memelukku erat penuh kasih. Menampakkan senyum bahagia di wajahmu.
Nak, ayah punya sesuatu di kamarmu. Ini hadiah ulang tahun spesial dari ayah
dan ibumu. Dua hari yang lalu, kami berunding untuk memberikan kawan
baru untukmu.
Dan inilah yang akan menemanimu di saat ayah dan ibu larut dalam kesibukan.
Semoga kau selalu bahagia bersamanya !
Salam sayang,
Ayah & Ibu

            Bagai kilat, aku segera menuju kamar. Di balik pintu, kutemukan sahabat baruku. Komputer lengkap dengan asesorisnya. Juga beberapa video games. Dengan antusiasnya kunyalakan teman baruku. Dia tersenyum senang. Aku bahagia. Ayah, Ibu, aku punya kawan baru di rumah ini.
            Sejak keesokan hari dan minggu-minggu berikutnya, aku tak kesepian lagi. Aku menemukan kebahagiaanku. Sahabat baruku memang sangat peduli dan perhatian padaku. Dia memberikan segala yang kudambakan selama ini. Penghargaan, pertemanan, kegembiraan, keceriaan, tantangan, dan berbagai kesukaan lainnya. Segala pemberiannya itu kubalas dengan totalitas.
            Ayah. Ibu. Kalian selalu tak ada untukku. Namun, kawan baruku ini selalu menemaniku setiap waktu. Bahkan di saat jam tidur malamku. Aku tak bisa lepas darinya. Semakin hari, kami semakin lengket, seperti perangko. Kian lama, aku semakin tak tega meninggalkannya sendirian, membisu di kamarku. Aku bisa merasakan penderitaannya. Sama sepertiku dulu. 
            Ayah, Ibu, sejak detik itu, aku tak pernah sedetikpun meninggalkannya. Aku selalu ingin bersamanya. Kami selalu bermain bersama. Kami selalu bergembira bersama. Dia membawaku menjelajahi dunia lain, yang tak penah kukenal sebelumnya. Dunia itu sangat menyenangkan ! Membuatku terlena. Ayah, Ibu, aku tak ingin kehilangannya !
            24 jam aku selalu berdampingan dengan kawanku itu. Aku lupa dengan segala kecemasanku. Aku lupa dengan segala masalahku. Aku lupa dengan deritaku. Aku lupa dengan tugasku. Aku lupa dengan sekolahku. Aku lupa dengan segala kewajibanku. Aku lupa dengan segala kebutuhanku. Dia segala-galanya bagiku sekarang dan selamanya ! Games adalah hidupku ! Aku sangat mencintainya.
            Ayah, Ibu, kudengar kalian mencemaskanku ? Tak mungkin ! Kalian pasti tak punya waktu untuk itu. Materi adalah segalanya bagi kalian. Hal paling penting untuk kalian. Hal yang paling berharga untuk kalian. Materi itu adalah hidup kalian.
            Ayah, Ibu, katanya kalian membawaku berobat ? Mustahil ! Dulu, ketika aku sakit betulan, kalian menyuruh Si Mbok membawaku ke dokter. Kalian tak pernah ada untukku. Bahkan, di saat aku sangat membutuhkan kehadiran kalian !
            Ayah, Ibu katanya kalian takut aku mati ? Jangan pernah mencemaskanku ! Kawan baruku akan selalu memberikan seribu nyawa untukku ! Dia selalu siap sedia untuk menolongku. Bahkan, di dalam kondisi kritis sekalipun ! Ayah, Ibu berterimakasihlah padanya ! Dia telah mampu menggantikan peranmu mengasuhku ! Dia telah mampu membunuh semua kesepianku ! Dia telah mampu membahagiakanku !
            Ayah, Ibu mengapa kalian tersedu-sedu ? Mengapa kalian datang ke pusara baru ? Mengapa kalian mengelus-elus papan nama bertuliskan namaku ? Hah ?! Namaku ? M. Azzam Hasanudin bin Hanggoro Putro. Ayah, Ibu aku ada dimana sekarang ?

Ide Cerita :
 Kisah inspiratif dari Kang Mumu Kakatu dan Bunda Eli Risman pada Seminar Parenting : Kiat-kiat Memahami dan Melindungi Anak dari Bahaya dibalik Kecanduan Games
Kamis, 14 Januari 2016
Gedung FK UNPAD
Jalan Eykman no 38 Bandung

Featured Post

Fiksi Mini: Aurora

  Semangat sekali aku menyambut tahun ajaran baru ini. Setelah liburan selama dua minggu, energiku terisi penuh. Langkahku tegap menuju kela...