3/07/2016

NIGHT AT MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

      Masih ingat dengan film jadul yang dibintangi oleh Ben Stiller dan Robin Wiliams ini ? Pastinya ya. Ini film pertama tentang museum yang saya tonton. Menariknya, setiap malam seluruh isi museum ini akan hidup sehingga merepotkan sang penjaga, Larry Dalley (Ben Stiller). Bahkan, Larry sempat dikejar-kejar seorang (sssttt… saya menyebutnya) polisi hutan sebagai sasaran tembaknya. Ah, pokoknya seru sampai akhir deh film ini ! Nah, karena itu, isi film ini sangat kuat melekat dalam pikiran saya, hingga tulisan ini dibuat. Gak percaya ?
            Sejak saat itu, pandangan saya terhadap museum berubah total. Semula, anggapan saya, museum itu sangat menjemukan, tidak menarik, lusuh dan citra buruk lainnya. Berkat film itu, museum berubah menjadi lebih positif. Bahkan, saya sempat bercita-cita ingin mengunjungi museum Louvre di Perancis (betulkan ?). Ingin melihat lukisan Monalisa (moga tercapai, ya!).
            Setelah itu, beberapa kali agenda jalan-jalan saya itu ke museum. Kebetulan pula beberapa acara dilaksanakan di sana, khususnya Museum Geologi, Bandung. Nah, terakhir pertengahan bulan ini, kami kembali ke museum Geologi. Sama persis napak tilas filmnya. Lho, memangnya ada apa ya ?
Mamooth

            Pada 13 Februari lalu, museum Geologi Bandung mendadak romantis. Apakah ini efek Valentine day ? Oh, no ! Kalau tidak salah, ya, menurut kepala museum Geologi, orang-orang Geologi itu memang romantis. Mengapa ? Sebab mereka sering terjun dan dekat dengan alam.
Salah satu Sudut museum
            Malam itu, suasana yang berbeda melingkupi museum Geologi. Temaram lampu. Rombongan pengunjung. Suasana Bandung. Memberikan satu nuansa yang berbeda. Romantis. Ya, setiap awal bulan, Sabtu pertama, museum Geologi memang dibuka malam hari. Mulai pukul 19.00 – 22.00. Kita bisa menikmati malam sambil melihat-lihat berbagai macam benda di tempat tersebut. Banyak koleksi baru. Mamot akan menyapa kita terlebih dahulu. Pemutaran film tentang bintang. Simulasi gempa dan tsunami. Juga koleksi lainnya, dapat kita telusuri satu per satu. Saya sempat membayangkan Ben Stiller juga akan kerepotan di sini.
            Khusus untuk bulan ini, acara Night at Museum Geologi Bandung diundur ke tanggal 13 Februari. Hal itu bertepatan dengan acara peluncuran buku. Salah satu bukunya ditulis oleh Kepala Museum Geologi, Bapak Oman Abdurahman. Judul buku yang diluncurkan adalah  Geokonservasi Indonesia dan Tujuh Gunung Berapi di Jawa Barat.



            Satu per satu para penulis itu memaparkan isi buku dan juga proses pembuatannya. Menariknya, pemaparan tersebut selalu dikaitkan dengan kebermanfaatannya untuk manusia. Praktis sekali. Kehidupan dan ilmu geologi yang terasa asing ternyata bisa begitu nyata. Lebih menarik lagi, ketika para penulis menampilkan foto-foto yang berwarna-warni. Indah sekali ! Selanjutnya, buku itu diulas oleh para pakarnya, termasuk Pak Hawe Setiawan, sang editor dan penerjemah. Mengapa ? Salah satu buku tersebut ditulis secara bilingual, dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Ok, mudah-mudahan tulisan selanjutnya tentang review salah satu buku tersebut ! Nah, habis ini, saya mo nyungsep dulu ya. Baca bukunya sampe tamat, sampe dapat ide buat review. Chaow ah !




            Sok ah mangga teraskeun jalan-jalannya di museum Geologi Bandung ! Night at Museum. Adios. Amigos. Permios.

BELAJAR KANKER DARI MAMAH

Pemutaran film I am Hope yang sedang ngetrend belakangan ini menjadi motivasi khusus untukku membuat tulisan ini. Entahlah, jari-jemariku seperti terkena magnet kuat untuk menekan huruf-huruf di keyboard. Merangkai kata menjadi cerita. Mengurai kenangan dalam rasa rindu yang tengah kurasakan.


            Selama kurang lebih dua tahun, mamahku menjadi survivor penyakit ganas tersebut. Sekitar Juni 2013, beliau merasakan sakit perut. Bolak balik ke belakang dengan pengeluaran yang sedikit. Sehari sampai 17 kali. Namun, bab-nya sedikit dan kecil-kecil disertai pendarahan. Ketika memeriksakan diri ke dokter, mamah dinyatakan ambeyen. “Penyakit lama kambuh kembali,” pikirku saat itu.
            Setelah diobati ternyata tidak ada kesembuhan. Dulu, ketika ambeyen, setelah berobat akan kembali normal. Hingga kurang lebih empat bulan, gejala yang sama masih kerap terjadi. Mamahku sempat berkeinginan untuk mencoba berobat alternatif. Saat itu, kebetulan ada seorang temanku yang sedang sakit ambeyen dan menjalani pengobatan alternatif tersebut. Beliau menyarankan untuk memeriksakan mamah ke dokter penyakit dalam terlebih dahulu. Kita harus yakin bahwa penyakit yang dideritanya memang betul ambeyen. Jika sudah yakin dan benar, barulah menjalani pengobatan alternatif seperti beliau.
            Dengan bekal tersebut, saya kemudian membujuk mamah untuk memeriksakan diri ke dokter penyakit dalam. Beliau menolak keras. Beliau ingin tetap mengikuti pengobatan alternatif. “Aneh, tak biasanya beliau seperti itu,” kataku dalam hati. Akhirnya, setelah dibujuk adikku, belaiu mau juga dibawa berobat ke dokter penyakit dalam.
            Pada Sabtu malam di bulan Oktober, kami menyusuri kegelapan malam demi ibunda tercinta. Jalanan padat karena kami melewati sebuah gedung tempat pernikahan. Malam itu diantara duka ada suka. Gemerlap lampu di sebuah bangunan peninggalan kolonial sedikit memberikan harapan dan pencerahan diantara ketakutan kami. Sampai akhirnya, kami tiba di sebuah tempat praktek dokter. Ruangannya termasuk sederhana tapi bersih. Ruangannya cukup luas. Banyak kursi yang sudah terisi. Tinggal beberapa yang tersisa. Aku dan adikku segera ke meja pendaftaran. Tak dinyana, nomor yang kudapatkan adalah 50 ! Menurut suster, mamahku akan diperiksa dokter sekitar jam dua belas malam. Wow, kami harus menunggu selama lima jam !
            Adikku mempertimbangkan kondisi mamah dan dokter yang pasti akan kelelahan, sehingga diperkirakan akan sangat tidak efektif. Oleh karena itu, kami kembali menyususri kegelapan malam untuk mencari dokter lain. Kami melewati rumah sakit dan ternyata tutup. Melewati klinik lain yang ternyata tidak ada dokter penyakit dalam. Setelah sekitar satu jam, kami bisa menemukan dokter penyakit dalam. Setelah kurang lebih dua jam dan merayu mamah dengan aneka cara agar bertahan, akhirnya beliau diperiksa oleh dokter.
            Dokter memeriksa mamah dengan teliti. Tangannya bergerak di sekitar perut. Menekan. Meraba. Terdiam sejenak. Merasakan sesuatu.
   “Ada apa, Dok,” tanya Mamah.
   “Ada pohon di perut Ibu,” jawabnya kalem.
Beliau segera memberikan beberapa penjelasan pada adikku dan menyarankan agar mamah segera dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
   “Dokter menduga mamah menderita kanker di perut!,” jawab adikku dengan lesu.
Deg ! Mendadak suasana sekitarku ramai tak karuan. Sejuta rasa mendera. Benarkah ?
            Keesokan paginya, kami membawa Mamah ke sebuah rumah sakit terkenal di Bandung,  RS Santosa. Hari itu, beliau begitu pasrah. Sangat penurut. Kami masih merahasiakan kata-kata dokter. Beliau bersemangat berobat karena ingin sembuh. “Cape bolak-balik ke belakang terus !” ujar beliau.
            Tak lama, kami dipanggil perawat untuk bertemu dengan dokter. Kami mendapatkan penjelasan yang asyik tentang pengobatan tersebut. Dokter ini jujur tapi menenangkan. Ramah juga bodor, sehingga kami bisa bersikap lebih santai. Setelah obrolan itu, mamah di bawa ke ruangan khusus. Kami menunggu dengan harap-harap cemas. Waktu rasanya berjalan sangat lambat seperti siput ! Berbagai lintasan pikiran memasuki kepalaku. Mungkin saat itu, kepalaku menjadi biang kemacetan rutin setiap pagi di Bandung. Berjam-jam kami menunggu di luar, sedangkan mamah sedang menjalani rontgen perut dengan kontras barium.
            Rontgen perut dengan kontras barium itu adalah sebuah pemeiksaan radiografi untuk menggambarkan usus besar agar dapat memperlihatkan anatomo dan kelainan-kelainan yang terjadi. Pada tahap ini, mamah diperiksa oleh dr. Voltiano Forestin Dharmawan. Untuk menghindari resiko radiasi beliau mengenakan baju yang berat seperti akan maju ke medan perang. “Hehehe… lucu sih menurutku.” Pemeriksaan inilah yang pertama kali memperkuat dugaan adanya kanker di perut mamah.
            Deg ! Rasanya sulit dipercaya. Kanker yang begitu sangat jauh dan tak mungkin ada di sekitarku, sekarang sedang duduk manis dihadapanku. Di depan mataku. Sungguh tak menyangka dan sulit dipercaya ! Ketika kami ke dokter penyakit dalam sambil membawa hasil rontgen tersebut, beliau menyarankan untuk segera bergerak cepat. Mamah harus segera menjalani operasi. Kejutan luar biasa yang berikutnya !
            Oleh karena itu, adikku segera mencari informasi ke rumah sakit. Dengan berbagai macam pertimbangan, akhirnya kami lebih memilih Rumah Sakit Al Islam Bandung. Di sini, kami menemui dokter spesialis bedah digestive, Dr Tommy Ruchimat, SpBD.
            Setelah itu, mamah kembali menjalani berbagai serangkaian pemeriksaan. Kali ini ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Beliau menjalani Endoskopi dan CT Scan Abdomen. Pendarahan saluran pencernaan dan perubahan kebiasaan BAB-lah dan juga pertumbuhan dalam usus besar (pohon) yang menyebabkan dokter merekomendasikan pemeriksaan itu.
Endoskopi adalah prosedur nonbedah yang digunakan untuk memeriksa saluran pencernaan. Mungkin mamah menjalani yang namanya kolonoskopi, yaitu endoskopi yang dikirim lewat usus besar/ kolon melalui dubur untuk memeriksa daerah ini dari usus.
Sedangkan CT Scan Abdomen adalah jenis khusus X-ray yang dapat menampilkan gambar penampang area tertentu (perut) dari tubuh. Pemeriksaan ini akan memperjelas hasil pemeriksaan fisik. Alasan dokter melakukannya adalah perencanaan presurgery dan dugaan massa abdomen teraba (pohon). Tindakan ini juga dapat dilakukan untuk sakit perut, batu ginjal, infeksi, radang usus dan pembekuan darah.
Setelah melewati prosedur yang panjang dan bolak-balik ke berbagai rumah sakit, dugaan dokter semakin kuat dan nyata. Semua rumah sakit menyatakan hal yang sama. Mamah menderita kanker usus besar, khususnya kanker rectum dengan tipe yang mudah berdarah. Astagfirullahhaladzim ! Lutut inipun melunglai. Jantung berdegup kencang. Kenyataan yang harus dihadapi. Demi mamah, kami harus kuat !
Tanpa menunda waktu, kami segera menyetujui pelaksanaan operasi. Perayaan awal tahun baru yang unik. Awal Januari 2014, tak ada pesta kembang api. Yang terjadi adalah degup jantung yang semakin bertalu kencang melebihi bedug Idul Fitri. Keringat dingin. Perasaan yang nano-nano. Harapan baik dan harapan buruk datang silih berganti selama tiga jam menanti selesainya operasi. Panggilan nama keluarga setelah selesai operasi ibarat genderang duka atau suka. Kami tak sabar melihat kondisi mamah.
Dengan didorong oleh suster, mamah dibawa ke ruang pascaoperasi. Kami hanya bisa menemuinya sebentar saja. Kesadarannya belum pulih seratus persen. Ada buliran air di sudut matanya. Jejak sakit yang luar biasa. Namun, mamah masih tersenyum manis melihat kami berdua. “Sakit, Mah?” tanyaku. Dia menggeleng lemah sambil tersenyum. Mendamaikan ! Setelah itu penantian panjangpun kembali kujalani. H2c. Harap-harap cemas. Menanti mamah melewati masa kritis. Takut. Sedih. Galau. Melow. Saat itu, rasanya aku berada di lembah kesedihan yang paling curam. Mencoba pasrah dan ikhlas menerima segala ketentuan dari Sang Maha Kuasa. See you again or leave me forever !? Selamat atau selesai  di titik itu ! Dua hari yang benar-benar sangat mendebarkan. Pengalaman yang luar biasa dalam hidupku.
Alhamdulillah, mamah masih bisa kuat bertahan ! Selanjutnya, beliau masuk ke ruang pemulihan/ perawatan biasa. Senyumnya yang sumringah senantiasa menghiasi hari. Tak ada jejak kesakitan sedikitpun. Aneh ! Optimis. Doa. Kepasrahan dan keinginan yang kuat untuk sembuh menjadi motivasi hidupnya. Semangatnya luar biasa. Dokterpun menyampaikan hal yang sama.
Ketakutanku pascaoperasi bahwa mamah akan mengalami kondisi yang mengkhawatirkan lenyap tak berbekas. Awalnya, mamah masih takut keluar rumah karena merasa tidak percaya diri dengan kantong bawaannya. Ya, setelah operasi, banyak perubahan yang terjadi dan harus dilakukan ! Makanan salah satu hal wajibnya. Yang ini ada dalam tulisan yang lain yah !
Sekarang, mamah harus selalu menggunakan kantong khusus, bagcolostomy untuk menampung BAb-nya. Kalau bertemu orang lain, takut mereka mencium aroma tak sedap dari sana. Sejak operasi itu, aktivitas mamah berhenti total. Yang dilakukan beliau hanyalah berbaring, duduk, nonton televisi. Benar-benar menikmati masa tua dalam nuansa baru.
Namun, hal itu tak berlangsung lama. Sedikit demi sedikit kepercayaan mamah kembali pulih. Beliau banyak mendengar pengalaman yang sama. Tak menakutkan lagi. Setelah itu, sedikit-sedikit beliau mulai mengerjakan aktivitas lamanya, bekerja di dapur, berkebun dan jalan-jalan atau belanja ke warung. Semangat hidup dan optimisnya kembali bangkit ! Kami siap mendukungnya. Keceriaan kembali mewarnai kehidupan kami. Tak terasa hampir dua tahun !
Menjelang kontrol dokter untuk yang kedua kalinya, tiba-tiba datang kabar buruk.
“Teh, Ceuceu jatuh di jalan !” ujar saudaraku.
“Mamah tadi beli nasi kuning, kok !” balasku tak percaya.
“Ya, tadi jatuh di jalan. Berdarah. Sekarang, lukanya sedang dibersihkan oleh Neng, sepupuku, “ ujarnya menambahkan.
“Oh, ok, aku segera menyususl ke sana !” jawabku bingung.
Namun, baru melangkah keluar pintu, mamah dan sepupuku sudah tiba. Wajahnya tetap sumringah. Dagunya ditutup plester.
“Pusing, Mah ?” tanyaku cemas.
Heunteu! Mamah kabita mie ayam, terus titajong,” jawabnya dalam logat Sunda yang khas.  (“Tidak. Mamah Ingin mie ayam. Terus terantuk polisi tidur,”)
            Aku segera memeriksa lukanya. Pendarahan masih terus terjadi. Darah terus keluar dari dagu dan gusinya. Ada lubang bulat.Karena cemas dengan perutnya, kolostominya, kami membawanya lagi ke rumah sakit. Luka-lukanya mendapat beberapa jaitan. Alhamdulillah, perutnya tidak apa-apa. Keajaiban lagi untuk kesekian kalinya.
            Setelah itu, berturut-turut beberapa kabar duka datang. Beberapa saudaraku meninggal dalam waktu yang hampir berdekatan. Kabar itu rupanya mempengaruhi psikologis mamah. Kondisinya drastis menurun. Keceriaan berubah kemurungan. Mamah mogok makan dan tidak mau lagi minum obat-obatan alami yang biasanya disantap dengan senang hati. Koneng gede. Kuning putih. Propolis. Madu. Susu. Kami mulai kebingungan. Serba salah.


            Kekhawatiran kami bertambah parah, ketika suatu malam, mamah jatuh secara tiba-tiba dari kursi. Tak bertenaga. Tak berdaya. Kesadarannya mulai berkurang. Setelah tiga hari di rumah, adikku kembali memboyongnya ke rumah sakit. Mamah ditangani tiga dokter spesialis: penyakit dalam, syaraf dan urologi.
            Setelah hampir dua minggu, tak ada kemajuan berarti. Makanan tetap utuh tak tersentuh. Tenaga semakin berkurang. Yang paling pilu adalah mamah selalu kesakitan di sekitar perut. “Aduh…aduh…aduh,” erangnya beberapa kali sambil memegangi perutnya. Aku curiga pohon di perutnya mulai berulah lagi. Kuraba sebuah benjolan di sana. Tak ada yang bisa kami lakukan, selain mengusapnya dengan kayu putih dan doa. Pada saat operasi dulu, masa tumornya sudah menyebar ke rahim, jadi tak bisa diangkat. Dokter Tommy melakukan tindakan agar mamah bisa makan enak dan tidak bolak-balik lagi ke belakang. Upayanya berhasil.
            Namun, kuasa Allah SWT lebih berbicara. Maut tak bisa ditolak jika saatnya tiba. Setelah kembali dirawat di rumah, sehari setelah kontrol ke dokter urologi, kami harus rela melepas beliau untuk selama-lamanya. Kembali menghadap Sang Pencipta. Beliau menghembuskan nafas pada tanggal 2 Desember 2015, sekitar pukul 23.00.
            Semoga ibunda tersayangku dapat hidup berbahagia di sisi-Nya. Kami telah berusaha semaksimal mungkin. Namun, Allah lebih menyayangimu. Selamat jalan, bundaku ! Kami berharap segala upaya dan bakti anak-anak dapat membahagiakanmu. Maafkan segala salah, khilaf, dan alpha kami ! Rinduku untukmu selalu !

Referensi Tulisan :
1.      rudyday.blogspot.com
2.      www.mwebmd.com
3.      www.healthline.com


           


3/01/2016

ANTARA JOHN KIM DAN KANKER

Wah gawat nih, aku sudah ketularan virusnya Erri Andriyati ! Untungnya hanya virus untuk bersenang-senang hehehe…. Tahu kan TehErry Andriyati ? Kalau di dunia blogger, beliau sangat identik dengan korea. Tokoh korea eh artis korea, jalan-jalan korea, makanan korea. Semuanya serba korea deh ! Setelah beberapa teman ketularan masak masakan korea beberapa waktu lalu, kini giliranku. Nah, hari ini usaha teh Erri untuk menyebarkan virusnya padaku berhasil dengan sukses. Aku nonton film korea, mengagumi bahkan kesengsem sama artis koreanya dan ngisi blog ini juga tentang korea.
            Lha, apa hubungan antara kanker dengan film dan artis korea, yah ? Bukankah film tentang kanker itu berjudul I am Hope  yang dikerjakan oleh Wulan Guritno ? Betul sih. Tapi, di film korea yang ini juga disinggung masalah kanker dan sangat erat hubungannya dengan kanker.
http://www.wowkeren.com/seleb/so_ji_sub/

            Beneran deh. Filmnya berjudul My Venus, diperankan oleh So Ji Sub dan She Min A. Adakah yang pernah menonton filmnya juga ? Asyik nggak ? Pasti baper juga, kan ? So Ji Sub merupakan pria baik hati tetapi selalu hidup sendiri karena sejak kecil menderita Osteosarkoma, kanker tulang. Karena penyakitnya itu, ia harus berobat jauh dan panjang. Saat dia dirawat, ibunya meninggal dunia. Dia menjadi pria yang kesepian. Kemudian, dia menjadi pelatih olah raga yang sukses. Namun, terkena skandal. Akhirnya, kembali ke Korea dan bertemu dengan pengacara yang ingin menguruskan badannya akibat sakit hati. Pacarnya selingkuh. Namun, latihan-latihan dan masalah yang dihadapi oleh sang pengacara membuat mereka dekat dan jatuh hati. Sang pengacara mampu menghangatkan hati So Ji Sub alias John Kim alias Kim Hyung Young Ho.
            Dalam perjalanan kisah cinta itu, sang pengacara harus mengubah gaya hidup dan makannya. Olah raga secara teratur dan mengatur pola makan. Dia harus menghentikan makanan yang sangat disukainya: berlemak, berminyak dan berbumbu. Semua makanan yang lezat di lidah tapi tak sehat untuk tubuh. Ugghh… berat pastinya ! Makan bukan sekedar kenyang dan enak tapi harus baik untuk tubuh. Rawfood dan foodcombining menjadi nyata. John Kim sangat ketat mengatur dan menerapkan pola makannya. Kekasihnya harus sehat selalu. Semua itu berawal dari makanan yang sehat pula.
            Prinsip makan seperti itulah yang sangat terkait erat dengan penyakit kanker, khususnya kanker colon atau usus besar. Makanan yang tidak sehat, khususnya yang bersifat karsiogenik sangat berpotensi menyebabkan kanker usus.
            Setelah mamahku divonis kanker, otomatis masalah makanan menjadi prioritas perbaikan pertama dan utama. Sejak saat itu, masakan selalu tanpa penyedap rasa. Selalu mengandalkan penyedap alami. Gula putih atau gula merah dan garam. Lebih sehat gula merah, ya. Minyak goreng berganti jadi zaitun. Lebih banyak mengkonsumsi daging putih (ikan dan ayam kampung) daripada daging merah. Bahkan, daging merah lebih cenderung dihilangkan dari daftar menu ! No… no … no. Daging merah lebih mudah memicu kanker apalagi jika dibakar. Halah !

 Seperti John Kim ( So Ji Sub ), kita harus lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah. Makanan berserat harus lebih diutamakan demi kesehatan usus.  Sama seperti menu makanan tokoh-tokoh dalam film My Venus. Ah, John Kim walaupun aturanmu sangat menyebalkan tapi demi efek yang positif bagi tubuh, kita harus ikhlas menerimanya. Setujukah teman-teman ?

2/28/2016

FOTO BERCERITA




GORESAN LUKA
Aku mengawali hari ini dengan berbunga-bunga. Akhirnya, kakiku mampu menapaki pasir yang terkenal berharga mahal ini. Saat melewati pintu masuk ada rasa tak percaya bahwa pada akhirnya aku bisa sampai juga di tempat ini. Sungguh menakjubkan. Keajaiban yang tak terduga. Detik-detik berikutnya, aku bersama dengan teman-teman lainnya segera menyusuri tepian pantai yang menawarkan keindahan pagi.
“Akh, udara laut yang menyegarkan,” ujarku dalam hati.
Berkali-kali kuhirup udara pagi sambil menikmati pemandangan laut dan deburan ombak yang  memecah karang.
 “Subhanalloh, indah sekali. Rasanya ada yang berbeda dari suasana dan keindahan pantai yang sering kukunjungi,” batinku.
Kami kembali menyusuri bagian lain dari pantai ini. Pohon-pohon nyiur berbaris rapi di tepi pantai.  Pantai masih sepi.
”Hanya rombongan kami yang sudah menjengukmu sepagi ini,” pikirku sambil menatap kesombongan bukit karang yang menghadang perjalanan kami seolah-olah memberikan tantangan. Aku menaiki tangganya satu persatu.
“Mampukah aku menuju puncak?” pikirku ragu.
Banyak orang yang sudah terlebih dahulu menaklukkan tantangan.
“Pemandangan di puncak sana sangat menakjubkan!” ujar mereka.
Seolah mendapatkan suntikan semangat, aku bertekad harus sampai puncak. Dalam rombonganku kemudian muncul penjual minuman. Seorang wanita muda berambut panjang. Bertubuh kurus. Kutaksir umurnya belum genap lima belas tahun. Kulitnya kecoklatan. Bakul digendongnya seperti seorang ibu menggendong anaknya dengan samping kebat (kain). Langkah-langkahnya mantap menaiki puncak bukit. Beban berat seolah-olah tak ada. Harapan mengais rejeki mungkin menjadi pendorong utamanya. Ia meninggalkanku jauh di belakang. Aku hanya menatap punggungnya. Kepalanya tertunduk seolah-olah menghitung rejeki yang akan didapatnya hari itu dalam deretan tangga-tangga batu karang. Berjalan lurus tanpa peduli pada keadaan sekitar. Takut datang pesaing lain mungkin. Sedangkan aku dengan santai menaiki karang sambil menikmati keindahan pemandangan alam yang berada di sisi kiri tangga. Sekali-kali mengatur nafas sambil menatap pepohonan di sisi kanan. Tiba-tiba, datang seorang anak kecil setengah memaksa meminta sumbangan sambil menyodorkan kantung uang. Hatiku iba melihatnya. Aku memperhatikannya sambil berpura-pura acuh.
“Uh, dasar parelit !” tiba-tiba saja makian itu keluar dari mulutnya yang mungil. Ketus. Aku terkejut sekaligus sebal mendengarnya. Jari tanganku yang sudah menarik uang dalam saku segera kubatalkan. Kuabaikan kehadirannya. Kubiarkan ia berlalu tanpa hasil. Ia menghampiri temannya yang berambut pirang. Sambil menggerutu, ia pergi meninggalkan kami.
“Ah, ketidaksabaranmu telah menghapus rejekimu hari ini, boy!” kataku dalam hati sambil menatapnya pergi. Keibaanku bercampur dengan kemasgulan, kekecewaan. Satu goresan luka yang tertoreh dalam jiwaku. Aku melanjutkan perjalananku menuju puncak. Angin berdesir tipis menghapus keringat yang menetes. Pemandangannya sangat luar biasa. Lautan yang luas mengitari kami. Fenomena matahari terbit yang segera berlalu menghapus segala keletihan perjalanan menuju puncak. Sejauh mata memandang hanyalah pemandangan biru laut yang memanjakan mata. Kami menikmati pemandangan itu sepuasnya. Saat matahari mulai terasa panas, kamipun turun. Goresan luka itu kembali ada.
                Di bawah, kulihat banyak orang sudah berkumpul. Duduk mengitari lapangan dekat karang bolong. Suasana lebih ramai. Banyak rombongan lain yang mulai berdatangan. Para pedagang mulai beraksi. Tubuh mereka menghitam terbakar matahari. Pakaiannya sederhana. Sangat kontras dengan para wisatawan yang datang. Kostum santai yang mengabarkan kemakmuran. Jumlah pedagang tak sebanding dengan jumlah pengunjung. Mereka berebut mencari mangsa. Menghampiri para pengunjung sambil menawarkan aneka ukuran emping. Besar, sedang dan kecil-kecil. Dengan wajah memelas, mereka mencoba merayu pembeli. Tangannya dengan terampil memasukkan dan menghitung emping ke dalam kantung plastik hitam. Pedagang lain menimbang emping. Berbagai rayuan mereka sampaikan agar menarik minat pembeli. Jarang yang tertarik. Harganya terlalu mahal. Barang dagangannya tidak sebagus di tempat lain. Hanya satu dua orang yang terayu untuk membeli emping-emping itu.
                Luka itu kembali menggores batinku. Seorang pedagang berbicara dengan sangat memelas agar kami membeli empingnya. Perjalanan jauh dari rumah menuju tempat wisata ini tak berbuah manis. Kualitas dagangannya menjadi penghalang rejekinya. Emping yang tebal dan besar tak karuan. Pastinya akan keras saat digigit nanti. Belum lagi, pikiran pembeli yang sudah berumur. Mereka takut terserang asam urat jika mengkonsumsi produk khas anyer itu.
                Saat kuperhatikan dari waktu ke waktu, kusadari sesuatu. Mereka, para pedagang kecil itu tidak berilmu. Mereka menjual produk tanpa dibekali dengan ilmu pemasaran  yang bagus. Strategi jual mereka hanyalah paksaan dan menjual kisah sedih kehidupannya. Tak ada keterampilan promosi yang menarik. Tak ada survey pasar. Tak ada keahlian lainnya yang mampu meningkatkan taraf hidup mereka. Inilah tantangan sumber daya manusia di tanah air tercinta ini. Miskin harta, miskin ilmu, miskin wawasan. Kemiskinan kompleks yang menyebabkan mereka tetap berada di bawah garis kesejahteraan. Kuharap luka itu segera berlalu. Beralih rupa menjadi sebuah kemajuan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kesejahteraan hidup rakyat. Memunculkan wajah baru berupa sebuah bangsa yang berkualitas, sehat lahir batin. Semoga !


JAJANAN ORANG BANDUNG




Bandung memamng sudah lama menjadi tujuan banyak orang untuk wisata kuliner. Termasuk kamu, kan ? Entahlah makan-makan di Parijs van Java ini selalu berasa nikmat. Selalu mengundang selera dan juga selalu muncul menu-menu baru yang bikin penasaran kalo gak dicoba.

            Nah, kali ini kita intip jajanan orang Bandung, yuk ! Selain makan berat, orang Bandung juga ternyata suka ngemil. Makan kudapan diantara jam makan. Sambil berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung dan sekitarnya atau mengelilingi pertokoan, nongkrong di pinggir jalan. Rasanya kurang asyik tanpa cemilan. Cemilan murah meriah ala streetfood.
1.      Baso Boedjangan
Baso boleh jadi merupakan jajanan favorit orang Bandung. Rasanya yang seger,
gurih, asam atau pedas bila suka seringkali menggoda selera. Rasanya ada yang kurang jika belum makan baso.
Salah satu tempat jajan baso yang sedang ngetren belakangan ini adalah Baso Boedjangan. Kamu bisa menikmati baso urat, baso telor bebek atau baso keju. Yang berbeda di sini adalah, jika kamu pesan yamin. Kamu harus memesan toping tambahan berupa baso yang bulat-bulat itu. Yup, di tempat lain, yamin akan diberikan dengan kuah basonya. Di sini tidak.
Lokasi Baso Boedjangan ini sudah menyebar di beberapa tempat, Dago, Cimahi.



2/21/2016

KIAT MENJADI SEORANG INOVATOR


               
Pernahkah kalian membayangkan menjadi orang pertama yang menemukan sesuatu, menciptakan sesuatu atau orang pertama yang mengetahui sesuatu ? Bagaimanakah rasanya ? Wow, luar biasa bukan ? Bangga ? Pasti, terlebih jika hal itu diapresiasi oleh orang lain dengan sangat baik. Ingin menjadi seorang innovator ? Ini dia kiat-kiat yang wajib kalian lakukan dalam kehidupanmu !
            Carilah inspirasi untuk suatu ide inovatif ! Seperti seniman, sang innovator membutuhkan inspirasi. Temukan inspirasi dari berbagai tempat, sudut, orang, masalah dan sumber-sumber tak terduga !
Siap ? Meluncur …
            Oh, ya sebagai pengetahuan awal, ternyata jika diklasifikasikan, ada empat tipe sumber daya manusia berikut ini :
1.      10 % innovator. Merekalah yang mampu menciptakan karya inovatif.
2.      20 % mereka yang antusias, mendukung dan pertama kali mengadopsi karya inovatif.
3.      50 % penikmat karya inovatif.
4.      20 % ludites, yaitu mereka yang tidak peduli pada karya inovatif apapun.
Yang mana pilihanmu ? Setelah menentukan pilihan, inilah beberapa cara menjadi seorang innovator.

a.      Kekuatan Pengetahuan
Pengetahuan adalah kunci untuk memunculkan jiwa inovatif. Cara jitu untuk mendapatkannya adalah membaca berbagai macam sumber yang bervariasi. Buku, komik, novel, majalah, koran, website/ blog, bungkus gorengan, dan sebagainya. Carilah hal-hal menarik yang bisa membawamu pada ide-ide segar ! Hal yang berkaitan dengan bidangmu sendiri maupun yang di luar itu.
Yoris Sebastian merekomendasikan Smashing magazine, yaitu majalah daring (online) untuk para web designer atau web developer profesional. Majalah ini berisi tentang teknik, karya terbaik, dan sumber yang berguna untuk menjadi inovatif.

b.      Tonton Program Televisi
Carilah program yang bisa memunculkan kreatifitas dan jiwa inovatifmu !  Salah satunya adalah The  New Inventors di Australia. Acara ini bertujuan agar karya inovatif itu dikenal oleh publik dan dilirik pasar.
Dalam acara ini, karya inovatif dinilai oleh juri. Aspek yang dinilai adalah originality (keaslian), need (kebutuhan), safety (keamanan), design (desain), market dan marketability (pasar), manufacture dan pricing (harga).

c.       Manfaatkan Timelines Sosial Media
Banyak inspirasi dan ilmu bisa kita dapatkan dari timelines Facebook, Twitter, atau Path. Kumpulkanlah ! Setelah itu, jadilah seorang kreator, pencipta konten dari situs-situs di internet. Jangan sekedar browsing atau menjadi pengkritik saja !

d.      Pelajari Pengetahuan Dasar
Ilmu dasar ini bisa menciptakan karya yang bagus. Setelah itu, kita bisa mengembangkannya secara lebih baik dengan bantuan imajinasi sendiri.

e.       Observasi
Pekalah pada lingkungan dan situasi di sekitar kita ! Buka mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah ! Carilah masalah-masalah yang dapat kita pecahkan ! Observasi bukan sekedar melihat, tetapi harus menemukan hal sedetail mungkin. Lalu, tuliskanlah setiap detail itu sebagai sumber inspirasi !

f.       Jalan-jalan
Jalan-jalan atau traveling bisa menjadi media sebagai penggali inspirasi. Dengan kegiatan tersebut kita akan mengetahui banyak sisi kehidupan dan bermacam-macam ekspresi orang.

g.      Mendengarkan musik
Musik menjadikan kita tetap sebagai orang-orang yang kreatif. Dengan musik dan suasana yang berbeda, maka ide-ide kreatif akan muncul dengan lancar. Seorang Yoris Sebastian menggunakan musik Baroque saat mengerjakan suatu proyek. Di samping itu, kitapun harus selalu membuka wawasan pikiran dan indera mata, telinga, hati, juga harus banyak bergaul dan berdiskusi.
“Jangan pernah merasa puas dengan hasil, tetaplah selalu tantang dirimu dengan sesuatu yang berbeda, baru dan segar  !” kata Diana Sari Mochdie, juri BIA.
Itulah tips dan pengalaman menarik dari Diana Sari Mochdie, juri BIA dan pengalaman Yoris Sebastian. Kedua saran itu sangat menarik dan ampuh untuk membangkitkan daya kreatifitas kita.
Setuju ? Lakukanlah !
h.      Ubah Sikap
Inilah modal utamanya. Ubahlah sikap, perilaku, dan kebiasaan yang tidak kreatif menjadi kreatif dan inovatif ! Jadilah orang-orang yang jeli dan terbuka terhadap segala perubahan !
Menurut Sigi Wimala, kreativitas adalah kemampuan berpikir secara berbeda. Jangan takut mencoba sesuatu yang baru dan keluarlah dari zona nyaman kita !
Tiga sikap yang harus dimiliki untuk menjadi kreatif dan inovatif ala Emir Hakim adalah :
1.      Jujur pada diri sendiri. Kita harus berani menggali ide-ide kita sendiri.
2.      Jangan menutup diri ! Untuk mendapatkan banyak inspirasi, kita harus seperti spons yang bisa menyerap beragam wawasan ! Jangan malas untuk banyak membaca, bergaul, bertanya, membuka diri ke dunia luar, belajar ilmu yang lain, dan berkolaborasi dengan orang lain !
3.      Kerja keras untuk mengolah inspirasi menjadi karya inovasi. Seperti kata pepatah, sukses berasal dari 1 % inspirasi dan 99 % perspirasi (keringat).
Sikap lain yang harus kita kembangkan adalah bersikap kritis, pantang menyerah dan lihatlah dunia ini dari berbagai sisi ! Berpikirlah secara bijak untuk menciptakan karya yang bermanfaat utuk kehidupan manusia !
i.        Bergabunglah dengan Komunitas Kreatif
“Kreativitas itu menular,” demikian kata Albert Einstein.  Jika kita bergaul dengan orang kreatif, maka kitapun akan termotivasi menjadi kreatif.
Inilah 7 komunitas daring (online) terbaik yang bisa kita ikuti :
1.      Behance Network : http://behance.net
2.      Carbonmade : http://carbonmade.com/
3.      Shown’d : http://shownd.com/
4.      Coroflot : http://www.coroflot.com/
5.      Profesional : http://www.professionalontheweb.com/
6.      Deviantart : http://www.deviantart.com
7.      Biang Inovasi : http://bianginovasi.com/
Itulah kiat-liat jitu menjadi seorang pencipta, orang-orang kreatif yang masih sangat sedikit jumlahnya. Untuk informasi lebih lengkap baca saja di bukunya Yoris Sebastian, berjudul  Biang Inovasi !
Ternyata membaca itu sangat mengasyikkan asal kita mendapatkan bacaan yang bagus dan  menarik. Singkirkan buku-bulu bacaan yang apek, lecek, membosankan seperti warisan sekolah, buku paket dari zaman dahulu kala. Di dunia ini, masih banyak buku-buku yang bisa menyegarkan otak, pikiran dan jiwa kita ! Ayo bersinergi melahap bacaan yang mencerahkan !
Siap ? Action ….


Informasi Buku :
Judul                      :   Biang Inovasi
Penulis                   :   Yoris Sebastian
Penerbit                 :   PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit        :   2014
Tebal buku            :   247





Featured Post

Fiksi Mini: Aurora

  Semangat sekali aku menyambut tahun ajaran baru ini. Setelah liburan selama dua minggu, energiku terisi penuh. Langkahku tegap menuju kela...