2/04/2012

RENUNGAN


MELAWAN KORUPSI
                                                                                                                        BY ARUNDINA
            Masalah korupsi masih menjadi perbincangan hangat di tanah air ini. Tertangkapnya Nazarudin semakin memperpanas masalah yang satu ini. Apalagi setelah istri almarhum Adjie Masaid dijadikan sebagai tersangka. Kasus korupsi semakin panjang.
            Apakah kita akan terus memperpanjang tindakan korupsi ini sampai akhir zaman? Tidak ! Kita harus mengikis habis tindakan yang sangat merugikan rakyat banyak ini. Secara terpadu dan bahu- membahu seluruh rakyat Indonesia harus melawan perbuatan ini. Jika tidak, bisa-bisa negara yang kaya raya ini akan terpuruk dalam jurang kemiskinan yang dalam.
            Awal perlawanan terhadap korupsi ini harus dimulai dari diri sendiri. Kita harus mulai meredam nafsu, khususnya nafsu terhadap harta. Jika mengamati para tersangka pidana korupsi, misalnya Nazarudin, kita bisa melihat kehidupan mewah yang melingkupinya. Rumah, mobil, rekreasi mewah, uang dan lain sebagainya. Sangat bertolak belakang dengan kehidupan rakyat kecil, seperti dalam acara Jika Aku Menjadi yang ditayangkan sebuah televisi swasta. Mereka harus berjuang sangat keras demi sesuap nasi. Ironi sekali !
            Oleh karena itu, kunci utama ada pada diri kita sendiri. Kita harus mampu menahan godaan duniawi. Kehidupan dunia adalah kebutuhan manusia, tapi kita harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak diperbudak oleh dunia, oleh harta. Koruptor adalah orang yang diperbudak oleh harta dunia. Mereka selalu haus akan harta yang sifatnya hanya kesenangan semu. Mereka selalu mengejar-ngejar dunia yang tak pernah ada habisnya. Menurut saya, hal inilah yang menjadi landasan dasar mereka melakukan tindakan korupsi. Kehausan akan harta menyebabkan mereka gelap mata. Uang Negara yang seharusnya untuk kepentingan bersama ( rakyat ), mereka sikat habis. Oleh karena itu, kunci utamanya adalah kita harus mampu mengendalikan diri, mengendalikan diri terhadap godaan harta dunia. . Seperti kata Nabi Muhammad, "Berhenti makanlah sebelum kenyang !"
            Hidup kita bukan hanya untuk harta, tapi hidup kita adalah untuk beribadah. Oleh karena itu, kita harus menanamkan pola pikiran ini dalam diri kita masing-masing. Jika semua orang berpikiran seperti itu, tentu masalah korupsi akan terkikis habis. Kita wajib mencari harta. Namun, harta itu harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan wajib kita. Setelah itu, kita pun diwajibkan untuk berzakat, bersedekah, menyantuni anak yatim, dan memberi makan orang miskin. Inilah cara mendasar untuk melawan korupsi. Mudah-mudahan di masa depan, korupsi tidak menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Indonesia ! Semoga.

                                                                        Inspirasi tulisan : MENELADANI ASKETIS NABI
                 Ditulis oleh Asep Salahudin ( wakil Rektor IAILM Pesantren Suryalaya Tasikmalaya )
                 Dimuat di harian Kompas edisi Sabtu, 4 Februari 2012

1/14/2012

MENGGUGAT INDONESIA


ULASAN PEMENTASAN TEATER W.S RENDRA : MASTODON DAN BURUNG KONDOR
MENGGUGAT INDONESIA
                        Setelah hampir 67 tahun Indonesia merdeka, ternyata masih banyak persoalan bangsa yang belum terselesaikan atau bahkan semakin parah. Kemiskinan, korupsi, konflik, provokator, kualitas pendidikan yang belum memuaskan dan lain sebagainya.
            Sungguh suatu ironi, Negara kita kaya tapi rakyatnya hidup miskin, semakin banyak yang hidup miskin. Banyak rakyat Indonesia yang bekerja tapi tidak memakmurkan. Kesejahteraan tampaknya hanyalah sebuah angan-angan. Bak burung kondor yang terbang ke langit, kesejahteraan itu semakin jauh bagi mereka yang tak punya pekerjaan. Semakin ironi saat kita memperhatikan, warga negara asinglah yang hidup makmur dengan kekayaan Indonesia. Ada apakah dengan Indonesia ?
            Pembangunan yang sudah berlangsung bertahun-tahun tidak membawa kemakmuran, tidak membawa perbaikan, tidak membawa perubahan apa-apa.  Korupsi semakin hebat, provokator yang tak berwujud semakin banyak, berbagai macam konflikpun semakin hebat. Banyak hal yang harus diperbaiki. Banyak hal yang harus dibenahi. Banyak hal juga yang harus diurus dengan penuh kesadaran dan kesungguhan agar Indonesia bisa lebih baik lagi di masa depan. Rakyatnya lebih makmur. Pemerintahannya semakin baik. Pengelolaan kekayaannya semakin professional.
            Pendidikan harus menciptakan manusia-manusia Indonesia yang berdaya. Berdaya memakmurkan diri, lingkungan,  bangsa dan negaranya. Pendidikan merupakan modal utama untuk Indonesia yang semakin maju. Negara membutuhkan sumber daya manusia yang baik, berkualitas, berilmu, cinta tanah air. Memang benar, Rakyat Indonesia harus dibangunkan. Dibangunkan dari kemiskinan. Dibangunkan dari kebodohan, Dibangunkan dari kemalasan. Dibangunkan dari ketidakberdayaan. Pendidikkanlah yang menjadi motor-motor penggeraknya. Pendidikan jangan sampai mematikan jiwa-jiwa manusia. Namun, sistemnya harus mampu menciptakan manusia-manusia Indonesia yang penuh daya. Berkualitas lahir dan batin.
            Pertunjukkan yang berlangsung selama tiga jam di Aula Sanusi Hardjadinata Universitas Padjajaran itu adalah sebuah hal yang menggugah kesadaran berbangsa dan bernegara. Menonton pementasan teater Mastodon dan Burung Kondor karya W.S Rendra adalah sebuah keberuntungan besar. Banyak inspirasi yang bermanfaat. Pementasan itu telah mampu membangunkan saya (mudah-mudahan juga banyak orang) untuk semakin teguh memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Indonesia doesn'n need the world but the world need Indonesia ! Itulah pr untuk kita bersama.
                                                                                                Bandung, Jumat, 13 Januari 2012

SAM, KAU BUKAN KEKASIHKU


SAM, KAU BUKAN KEKASIHKU
                                                            KARYA : ARUNDINA

Auramu busuk
Di tubuhmu
 belatung berpesta pora
Pandangmu tak sedap
Menusuk mata
Mengecapmu
Memuakkan
Pergilah Sam !
Kau bukan kekasihku

NESYA


PUISI
NESYA
                                                            BY ARUNDINA

NASIBMU
TAK SECANTIK RUPAMU
ANAK-ANAK
MENGGEROGOTI DIRIMU
BAGAI VIRUS KANKER DALAM TUBUHMU
INVASI
KOMPLIKASI
AKANKAH KAU MATI,  NESYA ??!!
BERTAHANLAH
BERJUANGLAH
KAU, SEKUAT BAJA !!!

1/03/2012

BELAJAR DARI KOREA


BELAJAR DARI KOREA
BY ARUNDINA
            Menarik menonton film psikopat ala Korea. Film itu berjudul Psychic. Film ini berkisah tentang tokoh Kyu Nam Lim atau Manager Lim yang berusaha melawan seorang psikopat. Tidak seperti psikopat ala barat yang identik dengan pembunuhan sadis. Film Korea ini lebih mengedepankan kekuatan pikiran untuk mempengaruhi orang, sehingga orang-orang itu beraksi sesuai dengan keinginan sang psikopat. Bunuh diri, menangkap Kyu Nam Lim, menghalangi Kyu Nam Lim menghampiri sang psikopat dan lain sebagainya. Orang-orang yang dilihat oleh sang psikopat bagai kerbau dicocok hidung, terpedaya dalam pengaruh pikiran sang psikopat. Kyu Nam Lim berusaha keras untuk mencegah aksi-aksi tersebut.
            Bukan isi cerita yang menjadi bahan pembelajaran. Yang terpenting adalah rasa percaya diri bangsa Korea. Dalam film tersebut ada dua orang sahabat Kyu Nam Lim yang berasal dari luar negeri. Al Shavari dari Turki dan Bubba Evobonsha dari Ghana. Kedua tokoh sahabat ini menggunakan bahasa Korea secara fasih dalam melafalkan dialog-dialognya. Inilah pembelajarannya. Biasanya orang asing menggunakan bahasa Inggris dalam berdialog. Termasuk juga para pemain lainnya. Mereka beradaptasi dengan bahasa internasional tersebut. Namun, dalam film ini semuanya menggunakan bahasa Korea. Sungguh suatu keberanian dan kepercayaan diri yang sangat luar biasa ! Perlu kita tiru ! Dengan film, bangsa korea mampu menduniakan bahasa dan budaya korea. Terjadilah demam korea.
            Dengan film, bangsa Indonesia pun bisa menduniakan bahasa dan budaya Indonesia. Kita bisa membuat film-film bagus dengan latar budaya Indonesia dari sabang sampai merauke. Di samping itu, bahasanyapun tetap Bahasa Indonesia. Dengan film, kita bisa menunjukkan kekayaan budaya dan bahasa Indonesia. Kekayaan itu tidak akan berarti kalau hanya disimpan atau dibiarkan punah begitu saja. Film termasuk hal ( hiburan ) yang diminati oleh banyak orang di seluruh dunia. Ini pendapat saya lho ! Mungkin bisa dibuat survey untuk hal ini agar lebih terpecaya buktinya ! Film tidak mengenal batas wilayah. Film yang bagus bisa melanglang buana ke mana-mana. Tentunya hal ini harus pula ditunjang oleh promosi yang baik. Film Indonesia yang bagus bisa diikutsertakan dalam berbagai festifal film yang diselenggarakan oleh orang-orang di luar negeri, seperti Cannes, Dubai dan lain sebagainya. Kalau tidak salah, film Laskar Pelangi dan Negeri di bawah Kabut  pernah memenangkan penghargaan itu. Ini merupakan modal awal yang bagus betapa film-film Indonesia telah diapresiasi oleh pihak luar dengan sangat baik. Kini, bangsa Indonesia sendirilah yang harus menindaklanjuti kemenangan tersebut agar menjadi lebih mengglobal.
            Kita bisa belajar dari Korea. Kita bisa  mengenalkan, mengembangkan, melestarikan dan memberdayakan bahasa, budaya, music dan nilai-nilai yang ada di Indonesia ini melalui film. Pemberdayaan yang bernilai ekonomis tersebut akan membentuk kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kekayaan budayanya. Ternyata budaya dan bahasa Indonesiapun bernilai jual, mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Inilah salah satu factor penghalang ( pengantisipasi ) musnahnya budaya Indonesia. Melalui film, kita bisa menyebarluaskan kekayaan budaya Indonesia itu agar dikenal oleh masyarakat Indonesia dan dunia. Dengan demikian, kita bisa mencegah terulangnya pengakuan budaya Indonesia oleh negara lain. Dengan film juga, mudah-mudahan akan semakin banyak kekayaan budaya Indonesia yang diakui oleh dunia Internasional dan dipatenkan sebagai milik bangsa Indonesia! Semoga film-film bertema dan berlatar budaya Indonesia semakin berjaya di dunia internasional!

12/30/2011

KATA ORANG


KATA ORANG
BY ARUNDINA

            "Enak ya jadi guru, banyak libur. Banyak uang. Gak cape !" ujar banyak orang padaku. Aku hanya tersenyum. Kalian tidak tahu betapa beratnya beban profesi guru itu. Kalau dilihat sekilas dan hanya satu aspek memang enak. Guru hanya masuk kelas. Mengajar. Selesai. Pulang. Dibalik itu ? Banyak orang yang tak tahu.
            Jam kerja guru bisa mulai dari jam 6 pagi ( banyak juga yang pergi dari rumah jam 5 subuh ) sampai jam empat sore. Bahkan lebih. Mereka mulai dengan kegiatan pelajaran tambahan, pemantapan dan sejenisnya. Setelah itu, melaksanakan kewajiban seperti biasa. Mengajar di kelas. Berikutnya, guru sering mendapatkan tugas tambahan, seperti: panitia ulum, koperasi, ekskul, walikelas, iht, pelatihan dan lain sebagainya.
            Menjelang pembagian rapot, karena keterbatasan waktu dan ketersediaan rapot yang mendadak,  banyak guru yang harus begadang saat mengisi rapot para siswa. Mengisi rapot butuh konsentrasi penuh. Tak etis rasanya jika rapot yang diterima oleh siswa penuh dengan coretan, tip ex atau kesalahan.
            Dalam melaksanakan tugas utamanya, guru tidak hanya mengajar di kelas. Mengajar di kelas hanyalah sebagian tugas utama guru. Hanya hal itulah yang dilihat oleh banyak orang. Pada dasarnya, profesi guru meliputi tiga aspek, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian. Hal inilah yang menjadi tugas utama guru professional. Sebelum mengajar di kelas, guru harus membuat persiapan. Persiapan tersebut adalah perencanaan pengajaran. Guru harus mempersiapkan administrasi secara lengkap, berupa: program tahunan, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran maupun survey atau penelitian pendahuluan untuk memperkaya materi pembelajaran, menganalisis kebutuhan, minat, bakat siswa.
            Setelah perencanaan, kita melaksanakan pembelajaran di kelas. Mengajar bukan hanya sekedar transfer ilmu. Kita juga dituntut untuk mendidik dengan seni yang baik. Menerapkan nilai-nilai tanpa kesan menggurui atau menasehati. Inilah pekerjaan tersulit dalam profesi guru. Pendidikan berkarakter. Guru tidak bisa langsung menikmati hasil pendidikannya, tapi perlu waktu, proses. Pada tahap pelaksanaan ini, guru juga mengadakan pengamatan untuk menilai kesesuaian rencana dengan action di lapangan. Sesuaikah ? Ada penyimpangankah? Perlu perbaikankah ?
            Pada tahap evaluasi, guru mengukur ketercapaian kompetensi yang diserap oleh siswa. Mengukur materi pembelajaran ( teori ) tergolong mudah. Guru melaksanakan ulangan, siswa mendapatkan nilai. Tapi bagaimanakah ketercapaian aspek lainnya ? Mendidik adalah mencerdaskan fisik dan batin. Kecerdasan fisik mudah diukur. Kita tinggal mengamati kemajuan hasil kerja atau usaha siswa. Kecerdasan batin (mental) ? Sulit untuk diukur dan tak terlihat secara nyata hasilnya. Keberhasilannyapun cukup memakan waktu. Inilah tantangan profesi guru. Dilihat gampang, dilaksanakan susahnya minta ampun. Banyak halangan, rintangan dan godaan yang akan menutup keberhasilannya. Padahal, kecerdasan mental adalah amunisi jiwa bagi manusia untuk mengarungi kehidupannya. Kecerdasan mental inilah yang akan menjadi kemudi arah bagi manusia. Di jalan benar ataukah di  jalan yang salah ?
            Banyak uang ? Belum tentu. Tuntutan profesi guru masa kini berbeda dengan masa lalu. Boleh dibilang ada kenaikan kesejahteraan, Kesejahteraan yang menjanjikan itu belum bisa dinikmati oleh semua guru. Kesejahteraan itu belum berjalan secara optimal. Masih banyak kendala di sana sini. Namun,  tuntutannya pun tidak kalah banyaknya. Guru sekarang tidak cukup mengajar dengan kapur, tapi harus bisa menggunakan multimedia. Laptop dsb. Gratiskah ? Oh, no ! Jika ingin professional, kesejahteraan itu bukan untuk foya-foya atau sekedar mencukupi kebutuhan diri dan keluarga. Tapi harus mampu meningkatkan kompetensinya.
            Di samping itu, guru juga harus memperkaya diri dengan wawasan, ilmu pengetahuan yang up to date. Guru harus banyak membaca. Kuliah lagi. Menambah keterampilan mengajar. Long life education ! Pendidikan yang berkualitas menjadi target penting dalam pembangunan bangsa ini. Pendidikan berkualitas tidak akan pernah ada jika tidak didukung oleh guru yang berkualitas, siswa yang gemar belajar, sistem yang berkualitas dan jajaran birokrasi yang berkualitas pula. Semuanya adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Semuanya harus seiring sejalan untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Apapun kata orang semuanya demi melahirkan pendidikan yang bekualitas. Siapkah kita menyongsong abad baru, abad pencerahan dengan hasil  pendidikan yang berkualitas ?


                                                                                            

Featured Post

6 Tip jadi Manusia Kreatif, Seorang Inovator

  Manusia kreatif/ inovator merupakan golongan langka. Hanya 10 persen saja. Menurut Sigi Wimala, kreativitas adalah kemampuan berpikir seca...