12/30/2011

KATA ORANG


KATA ORANG
BY ARUNDINA

            "Enak ya jadi guru, banyak libur. Banyak uang. Gak cape !" ujar banyak orang padaku. Aku hanya tersenyum. Kalian tidak tahu betapa beratnya beban profesi guru itu. Kalau dilihat sekilas dan hanya satu aspek memang enak. Guru hanya masuk kelas. Mengajar. Selesai. Pulang. Dibalik itu ? Banyak orang yang tak tahu.
            Jam kerja guru bisa mulai dari jam 6 pagi ( banyak juga yang pergi dari rumah jam 5 subuh ) sampai jam empat sore. Bahkan lebih. Mereka mulai dengan kegiatan pelajaran tambahan, pemantapan dan sejenisnya. Setelah itu, melaksanakan kewajiban seperti biasa. Mengajar di kelas. Berikutnya, guru sering mendapatkan tugas tambahan, seperti: panitia ulum, koperasi, ekskul, walikelas, iht, pelatihan dan lain sebagainya.
            Menjelang pembagian rapot, karena keterbatasan waktu dan ketersediaan rapot yang mendadak,  banyak guru yang harus begadang saat mengisi rapot para siswa. Mengisi rapot butuh konsentrasi penuh. Tak etis rasanya jika rapot yang diterima oleh siswa penuh dengan coretan, tip ex atau kesalahan.
            Dalam melaksanakan tugas utamanya, guru tidak hanya mengajar di kelas. Mengajar di kelas hanyalah sebagian tugas utama guru. Hanya hal itulah yang dilihat oleh banyak orang. Pada dasarnya, profesi guru meliputi tiga aspek, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian. Hal inilah yang menjadi tugas utama guru professional. Sebelum mengajar di kelas, guru harus membuat persiapan. Persiapan tersebut adalah perencanaan pengajaran. Guru harus mempersiapkan administrasi secara lengkap, berupa: program tahunan, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran maupun survey atau penelitian pendahuluan untuk memperkaya materi pembelajaran, menganalisis kebutuhan, minat, bakat siswa.
            Setelah perencanaan, kita melaksanakan pembelajaran di kelas. Mengajar bukan hanya sekedar transfer ilmu. Kita juga dituntut untuk mendidik dengan seni yang baik. Menerapkan nilai-nilai tanpa kesan menggurui atau menasehati. Inilah pekerjaan tersulit dalam profesi guru. Pendidikan berkarakter. Guru tidak bisa langsung menikmati hasil pendidikannya, tapi perlu waktu, proses. Pada tahap pelaksanaan ini, guru juga mengadakan pengamatan untuk menilai kesesuaian rencana dengan action di lapangan. Sesuaikah ? Ada penyimpangankah? Perlu perbaikankah ?
            Pada tahap evaluasi, guru mengukur ketercapaian kompetensi yang diserap oleh siswa. Mengukur materi pembelajaran ( teori ) tergolong mudah. Guru melaksanakan ulangan, siswa mendapatkan nilai. Tapi bagaimanakah ketercapaian aspek lainnya ? Mendidik adalah mencerdaskan fisik dan batin. Kecerdasan fisik mudah diukur. Kita tinggal mengamati kemajuan hasil kerja atau usaha siswa. Kecerdasan batin (mental) ? Sulit untuk diukur dan tak terlihat secara nyata hasilnya. Keberhasilannyapun cukup memakan waktu. Inilah tantangan profesi guru. Dilihat gampang, dilaksanakan susahnya minta ampun. Banyak halangan, rintangan dan godaan yang akan menutup keberhasilannya. Padahal, kecerdasan mental adalah amunisi jiwa bagi manusia untuk mengarungi kehidupannya. Kecerdasan mental inilah yang akan menjadi kemudi arah bagi manusia. Di jalan benar ataukah di  jalan yang salah ?
            Banyak uang ? Belum tentu. Tuntutan profesi guru masa kini berbeda dengan masa lalu. Boleh dibilang ada kenaikan kesejahteraan, Kesejahteraan yang menjanjikan itu belum bisa dinikmati oleh semua guru. Kesejahteraan itu belum berjalan secara optimal. Masih banyak kendala di sana sini. Namun,  tuntutannya pun tidak kalah banyaknya. Guru sekarang tidak cukup mengajar dengan kapur, tapi harus bisa menggunakan multimedia. Laptop dsb. Gratiskah ? Oh, no ! Jika ingin professional, kesejahteraan itu bukan untuk foya-foya atau sekedar mencukupi kebutuhan diri dan keluarga. Tapi harus mampu meningkatkan kompetensinya.
            Di samping itu, guru juga harus memperkaya diri dengan wawasan, ilmu pengetahuan yang up to date. Guru harus banyak membaca. Kuliah lagi. Menambah keterampilan mengajar. Long life education ! Pendidikan yang berkualitas menjadi target penting dalam pembangunan bangsa ini. Pendidikan berkualitas tidak akan pernah ada jika tidak didukung oleh guru yang berkualitas, siswa yang gemar belajar, sistem yang berkualitas dan jajaran birokrasi yang berkualitas pula. Semuanya adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Semuanya harus seiring sejalan untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Apapun kata orang semuanya demi melahirkan pendidikan yang bekualitas. Siapkah kita menyongsong abad baru, abad pencerahan dengan hasil  pendidikan yang berkualitas ?


                                                                                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Dua Puisiku di Bulan September

                                                                                    Peristiwa Sumber Inspirasi                              ...