Pendidikan
keluarga yang sukses adalah gerbang utama untuk mencapai keberhasilan
pendidikan, pendidikan yang berkualitas
Halo sobat yayuarundina.com –
Pendidikan berkualitas dibentuk oleh tiga hal penting. Inilah 3 kunci sukses
pendidikan berkualitas. Mengacu kepada teori Ki Hajar Dewantara, 3 pilar
pendidikan.
Tiga kunci
sukses pendidikan itu merupakan kolaborasi apik dari tiga pilar pendidikan. Ki
Hajar Dewantara mengungkapkan tiga pilar pendidikan itu adalah keluarga,
sekolah dan masyarakat. Ketiga pilar ini menjadi rangkaian penting dalam
membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
Siswa dan para
mahasiswa akan selalu belajar dari tiga sumber ini. Tiga pilar pendidikan ini
menjadi kawah candradimuka bagi para siswa dan mahasiswa untuk mendapatkan
beragam ilmu dunia dan akhirat. Berawal dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Bagaimana
ketiga pilar pendidikan itu menjadi kunci sukses pendidikan berkualitas? Inilah
pentingnya 3 kunci sukses pendidikan berkualitas.
Karena
tulisannya panjang, saya akan unggah menjadi tulisan berseri. Mulai dari
pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan di masyarakat.
 |
Keluarga Satu Pilar Pendidikan |
BAGIAN
PERTAMA
Keluarga Sebagai Kunci
Sukses Pertama Pendidikan Berkualitas
Keluarga
merupakan awal lahirnya seorang insan manusia ke bumi. Keluarga menjadi tempat
belajar pertama bagi semua insan. Ibu sebagai madrasah pertama memiliki peran
penting dalam mendidik putra - putrinya. Lebih keren lagi pendidikan itu
merupakan kolaborasi apik antara ayah dan ibu, sejak awal sampai akhir. Orang
tua adalah guru pertama mereka.
 |
Ibu sebagai madrasah pertama |
Keluarga
berperan sangat penting dalam pembentukan karakter, memahami nilai-nilai,
pengembangan bakat dan minat siswa, belajar berbahasa atau berkomunikasi, juga
pembentukan semangat belajar yang baik, pendidikan yang berkualitas.
Di awal hidupnya
banyak hal yang harus dipelajari manusia. Belajar berjalan, belajar
berkomunikasi, belajar makan dan sebagainya. Semua ini terjadi dalam keluarga.
Bimbingan ayah dan ibu menjadi kunci keberhasilan pendidikan dasar tersebut.
1. Keluarga Sebagai Tempat
Belajar Berkomunikasi
Ayah dan ibu
secara terus-menerus memberikan pelajaran bahasa agar anak bisa berkomunikasi.
Belajar bahasa daerah dan belajar bahasa Indonesia. Sekarang ini, kesadaran
orang tua untuk menggunakan bahasa daerah sebagai alat berkomunikasi dalam
keluarga menjadi langka. Berdasarkan hasil wawancara kecil-kecilan, banyak
keluarga muda yang takut anaknya tidak paham bahasa Indonesia saat bersekolah
nanti sehingga menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama untuk
anak-anaknya. Bahasa daerah menjadi terpinggirkan, diambang kepunahan.
Ayah dan ibu
seharusnya membentuk anak-anak itu untuk menjadi dwibahasawan. Orang Indonesia
minimal bisa berbahasa daerah dan berbahasa Indonesia. Inilah keistimewaan
orang Indonesia. Bisa menguasai banyak bahasa. Dua bahasa penting, bahasa
daerah dan bahasa Indonesia. Lebih maksimal lagi jika belajar bahasa asing
juga, khususnya bahasa Inggris. Inilah pondasi dasar keberhasilan pendidikan.
2. Keluarga Sebagai Tempat
Pembentukan Karakter Positif
Selain
berkomunikasi, hal lain yang dibentuk dalam pendidikan keluarga adalah
karakter. Tentu saja, ayah dan ibu berharap anak-anak mereka memiliki karakter
yang baik. Berakhlak mulia. Jujur, mandiri, sopan, agamis, bertanggung jawab,
rajin, cerdas, rendah hati, tidak mudah putus asa, bisa bekerja sama, punya
rasa empati juga simpati, dan sebagainya.
Ayah dan ibu
menentukan pembiasaan-pembiasaan positif yang berlaku dalam keluarga. Melalui
pembiasaan-pembiasaan inilah siswa belajar. Karakter pun dibentuk. Dengan
pembiasaan ini, karakter positif akan melekat pada diri siswa selamanya.
3. Keluarga Sebagai Tempat
Pengembangan Potensi dan Minat Anak
Seiring
bertambahnya usia, makin banyak yang hal yang terjadi. Makin banyak hal yang
harus dipelajari. Ayah dan ibu harus peka dengan segala potensi dan minat yang
dimiliki anak-anaknya. Apakah mereka pandai bermain musik, tari, melukis,
menyanyi, berhitung dan sejuta bakat lainnya? Jika perlu, ayah dan ibu bisa
berkonsultasi dengan para psikolog atau guru BP/BK di sekolah.
Dari beragam
prestasi yang didapatkan sekolah saya, SMP Negeri 1 Cimahi, keluarga menjadi
bukti penting munculnya prestasi-prestasi tersebut. Anak-anak berprestasi itu
ada yang mendapatkan bimbingan olimpiade Matematika, olimpiade IPS, menari,
menyanyi, main gitar dari orang tua mereka atau dimasukkan ke sanggar sejak
kecil.
Pengembangan
potensi dan minat anak seharusnya menjadi bagian dari pendidikan keluarga. Bisa
jadi potensi, minat, dan bakat anak ini menjadi kunci sukses hidupnya di kelak
kemudian hari.
4. Keluarga Sebagai
Pondasi Peletakan Nilai-Nilai Hidup
Hidup memiliki
nilai-nilai yang seharusnya menjadi panduan manusia. Ada norma agama, norma susila,
norma hukum, dan norma kesopanan. Norma merupakan kaidah yang berlaku untuk
mengatur setiap perbuatan manusia. Norma -norma tersebut bertujuan untuk
menciptakan kehidupan yang harmonis.
Keluarga
hendaknya menjadi lembaga pertama yang harus mengenalkan beragam nilai atau
norma-norma hidup ini. Anak dilatih untuk mengikuti atau melaksanakan aturan.
Pertama-tama,
ayah dan ibu wajib mengenalkan norma agama kepada putra putrinya. Anak harus
tahu yang benar dan yang salah sesuai aturan agama. Hal-hal yang harus dilakukan dan hal-hal yang
harus dijauhi.
Ayah dan ibu
mewajibkan anak-anak untuk shalat lima waktu, belajar mengaji, pergi ke gereja
atau aturan agama lainnya. Penanaman nilai-nilai agama ini diharapkan menjadi
benteng pertahanan yang kokoh agar para siswa bisa hidup selamat sampai surga
nanti. Anak-anak bisa hidup di jalur yang benar. Anak-anak bisa melawan hal-hal
yang negatif.
Perlu ditekankan
hal-hal yang prinsip. Anak-anak harus mengetahui hal yang salah dan hal-hal
yang benar, sesuai aturan agama masing-masing. Pengetahuan ini menjadi pedoman
jalan hidup mereka sampai akhir hayat nanti.