4/24/2016

JELAJAH STASIUN CIMAHI



        
Bagian Depan Stasiun Cimahi
        Minggu ini, Komunitas Tjimahi Heritage kembali mengadakan program menelusuri sejarah. Istimewanya, acara ini dihadiri oleh Bapak Nursaleh dari Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kota Cimahi. 
Bapak Nursaleh
 Kali ini, kami mengadakan penjelajahan ke beberapa tempat, yaitu : Stasiun Cimahi, Gedung Historich, Kolam Renang Berkles, Bangunan di sekitar jalan Sukimun, kawasan militer di sekitar jalan Gajah Mada dan berakhir di lapang Rajawali.
STASIUN KERETA API CIMAHI
Kang Dani
       
Peserta Jelajah
   
         Tempat ini menjadi titik kumpul para penjelajah, sekaligus juga menjadi obyek penjelajahan pertama. Di halaman parkir, kami pertama-tama menimba ilmu tentang sejarah kereta api dari pakarnya, yaitu Kang Dani. Setelah itu, secara bergantian kami memasuki kawasan stasiun sambil mendapatkan penjelasan tentang tempat ini dari Wakil Kepala Stasiun Cimahi, Bapak Dani Sumarna. 



Kami disuguhkan pada suasana yang nyaman. Bersih dan dimanjakan dengan arsitektur Eropa. Keaslian stasiun ini masih terjaga 100 % kecuali lantai yang sudah rusak dan dianggap membahayakan penumpang. Sambil memerhatikan kenyamanan penumpang, kami menikmati keindahan arsitektur stasiun dan tak lupa mengabadikannya.
Gedung Historich
            Tak jauh dari stasiun, kami melanjutkan perjalanan ke arah timur. Tempat kedua yang kami jelajahi adalah Gedung Historich. Tiang-tiang besar yang menyangga gedung ini menyebabkan saya seperti dilempar ke zaman Yunani Kuno, pun serasa terlibat dalam film The Mummy. ( Halah imajinasi penulis melambung tinggi hehehe… ). Konon, tempat ini merupakan ruang bagi pesta para pejabat militer, sedangkan para prajurit menggunakan Gedung Siliwangi ( gedung empat ).
        Tak banyak juga perubahan yang terjadi. Antara masa lalu dan sekarang, arsitekturnya hampir sama, kecuali sebuah gazebo yang sudah punah ditelan zaman. Di bagian depan, selain gazebo sempat pula ada tembok pembatas kiri kanan. Namun, kini bagian itu juga sudah tidak ada lagi. Katanya di dalam gedung ini masih ada bunker dan masih berfungsi dengan baik. Sayang hari itu, ada pesta pernikahan sehingga kami gagal menjelajahinya.
        Sekarang, gedung ini dimiliki (disewa ) oleh raja Factory Outlet ( FO ), Pak Ferry. Historich di masa kini banyak dimanfaatkan untuk pesta pernikahan, pameran dan bazaar ( ssst… komunitas kuliner cimahi/ kulcim pernah membuka banyak stand saat Ramadhan tiba ), seminar kewirausahaan, pentas teater dan sebagainya. Sebelum itu, gedung ini menjadi markas para anggota DPRD Kota Cimahi.
JALAN SUKIMUN
            Destinasi wisata ketiga adalah sebuah jalan yang berdampingan dengan jalur rel kereta api Cimahi-Bandung. Namanya jalan Sukimun. Nama jalan ini merupakan sebuah bentuk penghargaan pada seorang anggota Angkatan Muda Indonesia bernama Sukimun. Beliau ini menjadi korban kekejaman NICA.
Berkles

            Penjelajahan masih berada di jalan Sukimun. Kami mendatangi sebuah bangunan yang sangat dekat dan pasti menuai kenangan tersendiri bagi warga Cimahi. Bangunan itu adalah kolam renang Berkles. Ya, dulu, saat saya masih bersekolah, tempat ini menjadi salah satu tujuan piknik. Warga Cimahi datang ke tempat ini untuk berenang, kumpul bersama teman dan saudara, juga menikmati beberapa hewan peliharaan yang ada di sekitarnya. Yang masih saya ingat, dulu ada burung Rangkong dan monyet hitam besar. Menurut salah seorang peserta, burung Rangkong itu asli dibawa dari Papua oleh pemiliknya. Sayangnya tempat ini sekarang tidak terurus dengan baik.
        Di masa lalu, tempat ini ternyata menjadi hotel bintang lima bagi warga belanda. Tempat ini juga menjadi destinasi liburan atau pakansi. Kalau tidak salah harga sewanya sekitar 90 gulden. Kang Mahmud Mubarok banyak memberikan contoh iklan untuk tempat ini dari koran-koran masa lalu.
Pabrik Roti
           

         Tak disangka setelah melewati Berkles, ada satu tempat usaha bersejarah. Di jalan Sukimun ini, dulu ternyata ada sebuah pabrik roti. Setelah berpuluh-puluh tahun hidup di kota ini, baru kali ini saya mendengar kabar itu. Bangunannya tinggi sekali dan kami sejenak rehat di sana, berteduh sambil mengatur nafas dan minum. Siang ini lumayan terik juga. ( Seandainya ada pembagian roti belanda ya siang itu, jelajah kali ini pasti asyik, serasa jadi ratu belanda deh ! ).
            Pabrik ini pastinya bagian dari kebutuhan perbekalan militer. Mereka juga pasti butuh makanan, ya kan ?
BANGUNAN ( Rumah ) militer
            Kejutan kedua yang saya dapatkan dalam penjelajahan itu adalah jalan tembus. ( Hmmm… dulu zaman saya sering main ke sana ada gak ya ? ). Saat saya akan pulang dari rumah teman di daerah Sukimun, saya pasti akan kembali ke jalan raya di depan gedung Historich. Naik angkot. Nyampe rumah deh.
        Siang itu, setelah mengabadikan bangunan tua pabrik roti, kami melanjutkan perjalanan menuju rumah-rumah yang terkait erat dengan kemiliteran. Ada asrama, rumah pimpinan militer, dan mesjid. Sekarang, bernama Mesjid ABRI. Bangunan-bangunan itu sangat khas. Berbeda dari rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Masih jadul bangets. Warna, jendela, pintu, bentuk dan sebagainya. Kami merasakan eksotisme wisata sejarah sekaligus warisan masa lalu, heritage.
        Perjalanan berkeliling tersebut ternyata membawa saya ke jalan Gajah Mada dan sampai di dekat kawasan militer sebagai ciri khas kota Cimahi. Katanya, inilah satu-satunya jalan yang menggunakan nama Gajah Mada. Tahu kan siapa dia ?
LAPANG RAJAWALI
            Dari jalan Gajah Mada tersebut, kami kembali pada keramaian kendaraan yang cukup mendebarkan juga. Mobil dan kami hanya berbeda beberapa puluh centi saja. Kami menyusuri trotoar menuju lapang Rajawali. Destinasi terakhir.
        Di sinilah kejutan berikutnya. Ternyata di sebrang lapang Rajawali yang jauh nun di sana, ada sebuah penjara militer, Poncol katanya. Selama ini, saya mengira bangunan itu adalah perkantoran seperti tempat uwa saya dulu bekerja di pusat pendidikan militer itu. Dan setelah membandingkan lapang rajawali sekarang dengan gambar yang dibawa oleh Kang Mac, ternyata lapang itu tinggal sebelah. Bagian lainnya sudah berubah menjadi bangunan militer.
        Nah, penjelajahan kali ini berakhir dengan tetap eksis dan narsis. Kami berkumpul di salah satu kawasan pusat pendidikan militer. Di sana ada sebuah kapal terbang tua. Cheeessseee ! Puluhan kamera ponsel dan LDR mengabadikan senyum kami, gaya kami, kebersamaan kami, juga keceriaan kami.
        Kapal terbang itu, sekarang menjadi obyek wisata setiap Sabtu dan Minggu. Sayang, saya belum sempat mendatanginya. Lain kali aza, ya !

 
Peta Jadul

Liputan di koran Pikiran Rakyat

4/07/2016

NGOBROL FILM BARENG GARIN NUGROHO



GARIN NUGROHO DAN MAS AGUS SAFARI


Ahay, Sabtu itu ternyata sangat menakjubkan ! Dua tokoh terkenal yang selama ini hanya ada di dunia imajinasi mendadak nyata di depan mata. Eddy D Iskandar yang sering saya temui dalam dunia imajinasi novel dan Garin Nugroho yang ada di dunia imajinasi film. Keduanya hadir di Museum Sri Baduga Bandung, jalan BKR no 185, dalam rangka hari film nasional, 30 Maret 2016. Acara ini diprakarsai oleh komunitas Festival Film Bandung. Eddy D Iskandar sebagai ketua Festival Film Bandung dan Garin Nugroho sebagai pembicara.
EDDY D. ISKANDAR

            Acara dimulai sejak pukul sepuluh pagi dengan beberapa agenda acara. Pertama, diskusi dan sharing komunitas film yang ada di Bandung. Kedua, nonton bareng Film Terpuji FFB 2015, Guru Bangsa Tjokroaminoto. Ketiga, diskusi film bersama sutradara terkenal, Garin Nugroho.
REZA RAHADIAN DALAM FILM TJOKROAMINOTO


            Mas Garin Nugroho ternyata menjadi sosok yang menyenangkan, menghibur dan banyak memberikan ilmu tentang film. Sama sekali diluar dugaan. Semula, saya mengira beliau itu jutek, galak, serius, tapi ternyata kocak habis. Waktu dua jam terasa sangat singkat, karena kesenangan kami mendengarkan obrolan berkualitas dari seorang Garin Nugroho.
KENALI DIRI SENDIRI
            Di awal diskusi, kami seperti kembali pada penjelajahan di sebuah rumah. Kembali belajar menulis dari setiap bagian-bagian rumah seperti yang pernah saya tuangkan dalam tulisan sebelumnya. Dalam pembuatan filmpun, ternyata hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Siapa saya ? Apa passion saya ? Dimana kemampuan dan kekuatan saya ?
PROSES KREATIF

            Melakukan perjalanan untuk mendapatkan hal baru sebagai bekal perjalanan berikutnya. “          

            Begitulah cara sutradara film Daun di Atas Bantal itu mendapatkan ide-ide segar untuk film-filmnya. Mas Garin boleh dibilang mengeksplor Indonesia untuk dituangkan dalam karya-karyanya, sehingga kita bisa melihat keanekaragaman Indonesia dalam puluhan film-filmnya tersebut. Jawa. Papua. Bromo dan sebagainya.
            Dalam proses pembuatan film, kita wajib memerhatikan beberapa hal penting. Menurutnya, film itu merupakan tafsir personal. Seseorang pasti memiliki pemikiran-pemikiran khas terhadap banyak hal, termasuk juga sejarah atau novel. Tafsir personal inilah yang menjadi kekuatan sebuah film, sehingga penonton mendapatkan sesuatu yang berbeda dan baru dalam karya-karyanya. Ketika menonton film Tjokroaminoto, misalnya, maka penonton tidak akan dihadapkan pada teks biografi tokoh atau sejarah Syarikat Islam. Mas Garin banyak melakukan berbagai interpretasi untuk mewujudkan karyanya tersebut sehingga mendekati kenyataan. Data dan fakta menjadi unsur penunjang yang sangat penting.
            Selain itu, kita juga perlu memperhatikan logika. Jangan sampai film tentang sejarah terasa aneh atau melenceng ! Perhatikan logika estetik, hero, dramatik dan artistik ! Gunakan pula insting drama, analisa unsur-unsurnya dan pahami formulanya !
            Kekuatan lainnya adalah kita wajib memahami dan menguasai faktor pendukung film, seperti kamera, pemain, seting dan sebagainya. Pelajari kekuatan masing-masing yang bisa dengan tepat kita gunakan dalam proses pembuatan film.
MENYATU DENGAN DUNIA
            Proses pembuatan film itu ternyata tidak sederhana. Banyak lika-likunya. Banyak hal yang harus kita pelajari, mulai dari awal, proses syuting, dan pasca pembuatan hingga sampai dihadapan penonton. Bisa jadi film itu juga mendapatkan masalah. Kekayaan pengalaman, pengetahuan, wawasan, relasi, kreatifitas, dan strategi seorang Garin Nugroho menjadi kunci dari berbagai solusi masalah yang dihadapinya.
“Kesimpulannya : Kita harus menyatu dengan dunia ! Tak cukup satu hal yang harus kita ketahui. Namun, banyak hal yang harus kita ketahui untuk menunjang profesionalisme. Kita harus terus belajar !”

FUNGSI FILM
Film bukan hanya berfungsi sebagai hiburan. Namun, ia juga bisa berfungsi ekonomi, corporate sosiality, politik, artistik dan lain-lain. Oleh karena itu, ketangguhannya wajib didukung oleh riset data, pengetahuan/ referensi yang terpercaya, sistem budaya. Momen kreasi dan apresiasi juga wajib diperhitungkan ! Jika demikian, sebuah film bisa eksis narsis di dunia nyata.  Selalu dinanti penonton dan bertahan lama di bioskop.
Ok, semoga film Indonesia semakin jaya di dalam maupun luar negeri ! Mampu memberikan edukasi yang menarik ! Juga mampu mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi di dunia ! Mari kita doakan bersama ! Kita selalu bangga dengan film Indonesia !
                

3/14/2016

BELAJAR MENULIS DARI SEBUAH RUMAH

Raja Lubis withAnggota baru FFBComm 
                 Kamu pasti tak asing dengan Festival Film Bandung (FFB), bukan ? Nah, Sabtu kemarin, kami – Blogger Bandung – berkesempatan mengunjungi sekretariatnya di jalan Zamrud 21, Buah Batu Bandung. Ada apa gerangan ? Menurut salah seorang pegiatnya, Raja Lubis, FFB bermaksud mengembangkan komunitasnya. Dengan tergabung dalam komunitas ini, ada banyak manfaat yang bisa kalian dapatkan. Kamu bisa menjadi tamu khusus di FFB, menjadi sukarelawan, mendapatkan banyak pelatihan: menulis scenario, pemeranan dan masih banyak lagi hal positif lainnya. Jadi, rugi rasanya, kalau kamu tak ikut aktif dalam komunitas ini. Sayang, jika begitu banyak kesempatan emas dilewatkan begitu saja. Jadi, mari kita bersama-sama bersenang-senang di komunitas Festival Film Bandung ( FFBComm ). Kalau ingin bergabung, ke sini aza !
            Nah, entah disengaja atau tidak, kunjungan pertama itu sejalan dengan pelatihan menulis yang diberikan oleh Agus Safari. Beliau ini sudah aktif di FFB sejak tahun 2007. Beliau juga merupakan penulis buku berjudul Dongeng dari Negeri Kerdil. Yeaayyy… di akhir pelatihan, kami mendapatkan buku ini ! Asyiikk, kaaan ?
Pak agus memberikan materi pelatihan
            Siang itu, para Blogger Bandung diberikan pelatihan menulis dengan tema Mengenal Jati Diri Melalui Tulisan. Dalam pelatihannya ini, kami diajak untuk menjelajahi sebuah rumah. Unik, bukan ? Bagi saya, ini sebuah pelatihan dengan gaya baru. Pertama-tama, kami diajak untuk membuka pintu pagar. Lalu, pintu rumah inti. Selanjutnya, ketika sudah berada di dalam rumah, ternyata banyak pintu-pintu lain yang harus dibuka juga. Semakin banyak pintu, maka kreatifitas kita semakin ditantang.
Blogger Bandung, peserta pelatihan
            Langkah awal yang harus kami lakukan adalah menceritakan pengalaman yang berbahagia kepada pasangan kita melalui sebuah permainan. Lalu, menuliskan kegiatan dan pengalaman yang kita lakukan hari itu. Mulai dari bangun tidur sampai jelang pelatihan di jalan Zamrud tersebut. Kami melakukan hal tersebut dalam jangka waktu yang cukup singkat, kurang dari sepuluh menit.Seolah-olah, saat itu, saya dan teman-teman berada pada pelatihan ESQ. Kami diajak untuk melakukan Inner Journey ( perjalanan ke dalam diri sendiri ).
Serius dan asyik, kan 
            Dari kegiatan-kegiatan tersebut, sebenarnya kami diarahkan untuk menjadi penulis sejati. Seorang penulis harus mengenal dirinya sendiri secara baik. Dengan itu, kita bisa menuangkan tulisan secara jujur, bermanfaat dan menyenangkan, walaupun hal yang harus disampaikan itu pahit. Penulis harus smooth ( halus = antonim dari kasar ). Selain jujur, tulisanpun harus jelas, singkat, dan aneka ragam. Dengan cara seperti itu pulalah, kita bisa menggunakan bahasa yang akamiah, biasa, wajar dan sederhana.
            Penulis juga harus cerdas. Ada yang tahu maksudnya ? Kita harus mengubah paradigma berpikir ! Biasakan untuk menyampaikan ide itu secara bernas, mulai dari kesimpulan, alasan dan pendapat. Bukan sebaliknya ! Selain itu, tulisan  juga harus disertai dengan data, fakta dan kreatifitas. Perbandingannya data dan fakta ( 50% ), kreatifitas ( 50% ). Itu minimal, lho ! Selanjutnya ? Terserah Anda ! Boleh 10% - 90%. Ini berarti kita menggabungkan kemampuan otak kiri dan otak kanan. Keren, kan ?
            Nah, sebagai penutup, ingat ini, yuk ! Penulis itu wajib mengembangkan kepekaan sosial dan membuka daya bukan gaya. Daya juang dan daya kreatifitas. Jika demikian, maka penulis akan terus mencari ide-ide kreatif untuk tulisan-tulisan berikutnya sepanjang hayat di kandung badan.

            

3/11/2016

CERPEN OLIN

OLIN DI NEGERI BATU

“ Olin !”
“Olin!”
“Olin, bangun !”
            Cecilia dan Kristin berusaha menyadarkan Olin, temannya. Olin mulai membuka mata. Terdiam sebentar. Lalu duduk. Dia memandang sekitarnya. “Dimanakah kita ?” tanyanya bingung.
“Entahlah, kami juga belum tahu,” jawab Cecilia dan Kristin berbarengan.
“Mungkin kita dilahirkan kembali di Negeri Batu,” balas Cecilia yang percaya reinkarnasi.
“Dilahirkan kembali ? Memangnya kita sudah mati ?” tanya Kristin agak kalap. “Aku belum mau mati !” ujarnya lagi. Kristin mulai histeris.
“Tenang, Kristin ! Tenanglah ! Kita masih hidup !” kata Olin sambil mencubit lengan Kristin.
“Auw… sakiiit !” jeritnya kesakitan.
“Tuh kan, masa orang mati bisa merasa sakit,” jawab Olin tenang.
Ketiganya terdiam. Mengamati sekitar. Mereka terdampar diantara dua buah batu besar. Yang sebelah kanan tinggi menjulang, sedangkan yang sebelah kiri lebih besar dan sangat lebar. Langit terlihat lebih kelabu. Mirip seperti sehari sebelum gerhana matahari total. Mereka bertiga bangkit. Lalu, berjalan sambil mengobservasi situasi. Tak ada seorangpun di sana. Hanya mereka bertiga. Mereka melangkah menuju sebuah ruangan kecil. Ada tulisannya di sana. Mushala.
“Wah, gawat ! Jam berapa ini ? Aku belum shalat ashar,” kata Olin kaget. Ia segera bergegas ke pancuran kecil yang ada di ujung mushala dan segera melaksanakan kewajiban muslimahnya. Kristin dan Cecilia menunggu di luar mushala.
“Kita duduk di sana, yuk !” ajak Kristin. Keduanya segera menghampiri dua bangku kecil yang terbuat dari batu. Mereka duduk di bawah pohon besar yang rindang. Cuaca terasa sejuk dan adem.
“Apa yang kamu rasakan sekarang, Lia ?” tanya Kristin pada Cecilia.
“Hmm, aku merasa nyaman di sini. Entahlah, tempat ini serasa dekat dengan diriku. Aku merasa tak asing dengan tempat ini. Seperti ada ikatan khusus. Entahlah ! Namun, aku tak tahu kita sedang berada di mana. Sepertinya, kita memiliki misi khusus di sini !” jelas Cecilia.
“Kamu sendiri bagaimana ?” Cecilia balik bertanya.
“Ya, aku juga seperti itu. Aku merasa aman di sini. Perasaanku mengatakan bahwa kita berada di sini, karena ada tugas khusus juga. Tapi, entahlah,” jawab Kristin sambil mengangkat kedua tangannya.
Mereka berdua terdiam. Kembali mengamati tempat mereka berada kini. Tak ada petunjuk.  Tak ada rumah. Hanya ada sebuah dinding panjang dengan tonjolan berbagai macam bentuk batu di depan mereka. Juga sebuah  lapangan mirip tempat main sepak bola yang ditumbuhi rumput hijau segar.
“Hai, kita mau kemana sekarang ? Mau tetap di sini ?” Tiba-tiba Olin datang.
“Sebaiknya, kita mencari tempat berlindung. Sebentar lagi malam. Kita tidak tahu cuaca atau bahaya yang ada di malam hari,” saran Kristin.
“Kita telusuri tempat itu, yuk!” ajak Olin.
Tiga sekawan itu mulai menjelajahi tempat baru mereka. Menyusuri tembok panjang. Berharap bisa bertemu dengan seseorang atau rumah penduduk.
“Hei, lihat ! Aneh ya, pohon dan batu itu. Keduanya kompak miring ke kiri !” tunjuk Olin. Kedua sahabatnya mengiyakan. Mereka melewati batu-batu besar lagi.
“Sepertinya, itu sebuah pintu gerbang, ya?” kata Olin lagi ragu. Mereka mendekatinya.
“Hei, itu sidik jari siapa ? Besar sekali !” ujar Cecilia sambil menunjuk ke atas. Klik. Olin dan Kristin menggeleng.

Cerita olin
Gerbang Negeri Batu

“Kita masuk  ke sana ?” tanya Kristin.
“Perasaanku mengatakan kita harus menyebrangi jembatan itu !” jawab Cecilia sambil melihat ke sebelah kiri.
Mereka segera belok kiri. Ada batu kotak besar dengan lingkaran-lingkaran aneh di atasnya. Mereka melewatinya dan segera bergegas menuju jembatan. Takut kegelapan menyergap mereka di tempat asing dan terbuka ini. Langit mulai memerah.
“Lingkaran tadi apa maksudnya, ya?” tanya Olin.
“Entahlah. Betapa banyak misteri di tempat ini, ya!” ujar Cecilia.
“Hei, lihat ada sebuah bangunan di depan sana  !” kata Kristin.
“Ah, akhirnya. Mudah-mudahan ada seseorang yang bisa membantu kita !” ujar mereka girang.
Dengan semangat, mereka menuju bangunan yang mirip seperti rumah panjang di Kalimantan. Hanya bangunan itu berdinding batu dan sebagian lagi lebih benderang. Mereka berkeliling mencari pintu. Ada sebuah ruang kecil dikelilingi tembok mirip kaca tebal. Di dalamnya ada pintu besar yang kokoh. Kuno tapi masih terawat dengan baik. Mirip pintu jati. Tiba-tiba pintu itu terbuka. Ketiganya terlonjak kaget dan mundur beberapa langkah ke belakang. Meeka bisa melihat ruang dalam yang terang dan hangat.
“Masuklah !” kata seseorang dengan suara yang berat.
Mereka bertiga ketakutan. Saling berangkulan. Kaki mereka terpaku dalam di tempat masing-masing.
“Jangan takut, Cicitku ! Masuklah Olin, Cecilia, Kristin !” kata suara itu lagi.
Ketiga sahabat itu saling berpandangan. Heran. Suara itu mengenali mereka.
“Ayo, masuklah ! Kedatangan kalian sudah ditunggu sejak lama. Masuklah ! Kalian aman di sini ! Tak ada bahaya di dalam ! Masuklah, jangan takut !” ujar suara itu lagi.
Olin, Kristin dan Cecilia saling dorong. Tak ada yang mau berjalan duluan. Karena hari sudah gelap, akhirnya, Cecilia memberanikan diri jalan paling depan. Langkah kakinya gemetar. Olin dan Kristin berjalan di belakangnya sambil memegangi bahu Lia, kiri dan kanan. Mereka melewati pintu besar itu. Seiring dengan kaki mereka yang sudah masuk ke dalam ruangan. Pintu itu perlahan tertutup. Ketiganya saling berpandangan. Bingung.
“Ayo, jangan takut, teruslah masuk ! Kalian lapar bukan ?” ujar suara itu lagi.
Mereka bertiga terus melangkah. Masuk ke sebuah ruangan mirip ruang makan. Ada meja panjang di sana. Di atasnya, sudah tersedia berbagai macam masakan. Menerbitkan air liur. Membuat perut mereka keroncongan. Di ujung meja panjang itu, duduk seseorang.
“Kemarilah, Cicitku!” ujar orang itu sambil melambaikan tangan.
Dengan ragu, ketiganya mendekati beliau. Betapa terkejutnya Cecilia setelah melihat wajah orang itu.
“Opa !” teriaknya. Dia berlari menghampirinya. Bersujud di depannya. Lalu, memeluk opanya. Olin dan Kristin mengamati lelaki bertopi itu. Wajahnya putih bersih. Tubuhnya tinggi besar. Kulitnya mulus segar. Mirip para biksu. Meneduhkan. Beliau tersenyum bahagia menyambut cicitnya.
“Mengapa kalian lama sekali sampai di sini ?” tanyanya. “Ah, nanti saja ceritanya. Kalian sudah melakukan perjalanan jauh. Bersihkan badan dulu di sana! Lalu, kita makan bersama. Perut kalian sudah ribut minta diisi makanan,” ujarnya ramah.
Ketiga sahabat itu segera melakukan perintah opa. Setelah itu, mereka duduk dan makan bersama. Setelah tenaga mereka pulih dan perut kenyang, Lia membuka pertanyaan.
“Kami ini, berada dimana, Opa ?” tanyanya.
Kalian berada di Altitude, negeri batu. Jutaan cahaya di atas bumi. Opa sengaja membawa kalian ke sini, karena ada tugas khusus yang harus kalian lakukan di bumi. “Ayo, kita pindah ruangan,” ajak Opa. Mereka berempat bangkit. Lalu, masuk ke sebuah ruangan yang terang. Kedua sisinya menyajikan pemandangan yang berbeda.
“Kedua pemandangan itu adalah gambaran bumi di masa depan. Jika manusia-manusia bumi serakah, tidak mau diatur, egois, maka pemandangan sebelah kirilah yang terjadi. Bumi hancur. Manusia kelaparan. Tak ada pohon. Gersang. Sampah menggunung dimana-mana.”
“Sebaliknya, jika manusia tetap taat pada Tuhannya, saling menghargai, kerja sama, toleransi. Penuh kasih sayang, maka bumi akan damai dan tentram !”
“Sayangnya, keseimbangan itu mulai terganggu sekarang. Manusia lebih cenderung materialistis. Melupakan sisi kemanusiaannya. Melupakan kebaikan. Melupakan kepentingan orang lain. Serakah. Mereka mengejar ketentraman dan kebahagiaan yang semu. Akibatnya, bumi mulai merana. Bumi akan hancur. Bencana akan datang.”
                       
Hana nguni hana mangke
                                     Tan Hana nguni tan hana mangke

“Nah, tugas kalianlah untuk mencegah hal itu. Kalian harus tetap mempertahankan keseimbangan di bumi ! Untuk itu, kalian akan beberapa lama tinggal di sini untuk diberikan bekal demi tugas suci itu. Setelah siap, kalian akan kembali ke bumi ! Besok, pembelajaran pertama akan dimulai. Sekarang, beristirahatlah.  Kamar kalian ada di sebelah kanan.” jelas Opa panjang lebar.
Keesokan harinya, ketiga sahabat itu sudah berada di ruangan besar dengan lemari-lemari buku. Koleksi bukunya sangat lengkap. Perpustakaan sekolah pasti kalah dengan ini. Di samping itu, ada beberapa komputer dengan bentuk yang lebih canggih dari komputer rumah Olin. Membuat mereka betah berjam-jam, bahkan berhari-hari berada di sana.
Setelah belajar keras, mereka akhirnya memiliki waktu rehat sejenak. Olin lebih memilih baca Quran terbitan Syamil Quran. Cecilia lebih senang membaca kumpulan Cerpen My Destiny terbitan Kaifa. Sedangkan Kristin lebih memilih berselancar di dunia maya.
Setelah menyelesaikan kewajibannya, Olin mengikuti jejak Kristin. Dia membutuhkan banyak informasi tentang berbagai macam hal untuk melakanakan tugasnya nanti. Tantangan berat baginya dan kedua sahabatnya. Namun, mereka bertiga harus siap !
“Hei, asyik yah berselancar di sini. Swing…swing…swing. Tak ada acara ngadat atau lola,” kata Kristin senang.
“Yup, betul. Wah, pantesan nih modemnya Smartfren 4G Lte !” jawab Olin sambil menunjuk benda hitam di samping komputernya.
“Kalau di bumi ada yang seperti ini, gak ya ? Eh, Lia, bilang pada Opa, kalau misi kita beres, aku mau dikasih hadiah ini !” ujar Olin semangat. Kristin mengiyakan. Cecilia tersenyum senang.
Tiba-tiba, opa datang. “Saatnya, kalian kembali ke bumi. Ayo, Opa antar ke gerbang !” katanya memutus kegembiraan ketiga sahabat itu.
“Gerbang ?” tanya Olin.
“Ya, kalian pernah melewatinya. Untung tak masuk ke sana !” jawab Opa.
Tak lama kemudian, mereka sudah tiba di depan gerbang. Opa kembali mengingatkan misi ketiga belia tersebut. Olin dan para sahabatnya berjanji untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka ingin bumi aman, damai dan tentram. Opa menempelkan jempol tangannya. Hamparan air dengan susunan batu yang indah tampak di depan mereka. Saatnya berpisah. “Semoga sukses !” kata Opa mengakhiri pertemuan mereka.

yayu arundina
Negeri Batu

                                    
Lokasi Gambar
Galeri Seni Selasar Sunaryo
Jalan Bukit Pakar Timur no 100 Ciburial, Bandung Jawa Barat

Ide Cerita
Cerita Si Olin karya Ali Muakhir




Featured Post

Fiksi Mini: Aurora

  Semangat sekali aku menyambut tahun ajaran baru ini. Setelah liburan selama dua minggu, energiku terisi penuh. Langkahku tegap menuju kela...