11/17/2017

PEMBELAJARAN HIDUP DARI RINA NOSE


Kabar yang datang memang sangat mengejutkan. Saya mengira itu bukan hal yang serius. Sama kagetnya seperti saat melihat sebuah acara di televisi, beliau terlihat cantik dan anggun dengan jilbabnya.
Berita yang menggemparkan itu semakin nyata setelah saya menyimak video wawancara eksklusif UCWeb dengan Rina Nose. Acara itu dipandu oleh Deddy Corbuzier Berbagai macam hal dibahas dan diobrolkan selama kurang lebih dua puluh tiga menit. Satu hal yang bikin saya penasaran tingkat dewa adalah alasan Rina Nose melepas hijabnya yang hanya dijawab secara tertulis dan Dedypun enggan mengungkapkannya. Gara-gara ini, tidur saya malam ini kayaknya gakkkan bisa nyenyak deh. Penasaran abis hehehe.... Yah, apapun alasannya, kita hanya bisa melihat fakta yang sudah terjadi.


Jika disimak lebih jauh, masalah hijab ini memang sering menjadi konsumsi publik yang luar biasa, baik positif maupun negatif. Tengok saja kasus Marshanda dan Inneke Koesherawati. Seingat saya, kedua artis ini menjadi pembahasan yang terus menerus. Mirip seperti kasus Rina Nose ini. Berita lainnya tentang hijab ini adalah pada saat menjelang lebaran. Semua orang berbondong-bondong memakai hijab dan kerudung. Sehabis lebaran akan kembali ke habitat semula. Mungkin berita seperti ini bisa menjadi trending topik. Bahkan, berita tentang hijab bisa meningkatkan rating televisi, yah ?
Yah, apapun itu masalah hijab ini adalah masalah berpakaian, khusus untuk wanita muslim. Masalah berpakaian ini pada dasarnya adalah sama dengan pembahasan lainnya seperti pakaian untuk bekerja, ke undangan, padu padan dan lain sebagainya yang sering menjadi kolom khusus di berbagai majalah wanita. Perbedaannya hanya satu. Ada aturan pasti yang mewajibkannya. Aturan Agama. Perintah Allah SWT. Sedangkan cara berpakaian yang lain tak ada aturan itu.

Suka Duka Berhijab
Menggunakan hijab memang memiliki lika-liku tersendiri. Ada suka dukanya. Seperti yang pernah saya alami. Dulu, saya tidak mau berhijab. Uh, perasaannya gimana gituh yah kalau disuruh pakai baju muslim saat itu. Campur aduk. Namun, tiba-tiba saja waktu itu datang dengan sendirinya. Setelah salah seorang sahabat saya becerita akan menggunakan hijab, datanglah berkah itu. Awalnya saya hanya mendengarkan saja cerita persiapan berhijab sahabat saya itu. Biasa saja. Saya tak berniat mengikuti jejaknya. Namun, setelah lebaran, tiba-tiba saja saya memutuskan untuk memakai baju muslim. Alhasil ? Saya kalang kabut, gak punya baju. Semua baju yang ada di lemari pendek-pendek. Uang untuk beli baju barupun tak punya. Akhirnya, saya sambung-sambung baju yang ada. Pergi ke penjahit dengan ongkos yang murah. Yang penting bisa menutup aurat. Setelah punya rejeki, satu persatu saya mulai mengoleksi baju muslimah tersebut.
Memakai hijab juga memiliki tingkatan-tingkatan tersendiri. Ini menurut saya lho, yah. Sebenarnya tak ada kasta. Hanya dari pengalaman berpakaian secara muslimah ini ternyata kita memang berproses. Meniti satu tahapan demi satu tahapan menuju kesempurnaan ( Kaffah, maaf kalau salah tulis istilahnya ). Inilah tingkat kesulitan berpakaian secara islami ini. Awalnya, cara berpakaian kita mungkin belum menutupi aurat sepenuhnya. Lalu, menutup seluruhnya tapi masih seperti leupeut ( makanan Sunda seperti lontong ). Masih terlihat lekukan tubuh. Baju masih ketat. Kemudian, mungkin pakaian selanjutnya sudah lebih longgar. Dan tahapan terakhir adalah baju muslimah yang paling sempurna. Tertutup rapat seluruhnya, tidak berbahan tipis yang menerawang dan tidak memperlihatkan bentuk/ lekukan tubuh. Bagi orang yang sudah sangat hebat, dia akan selalu istiqomah atau konsisten memakainya. Bagaimanapun kondisi dan keadaannya.

Alasan Berhijab
Hal lain tentang berhijab ini adalah mengapa seseorang berhijab ? Banyak alasan yang melatarbelakangi seseorang menggunakan hijab ini. Inilah beberapa alasan yang saya ketahui:
1.    Memenuhi Perintah Allah SWT
Alasan utama seseorang menggunakan hijab adalah alasan agama. Perintah langsung dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Dalam Islam, Perempuan wajib menutup auratnya. Yang boleh terlihat hanya wajah dan telapak tangan. Orang dengan keimanan yang baik akan melaksanakan perintah ini. Semakin bagus dan kuat tingkat keimanannya, maka cara berpakaiannyapun akan semakin baik. Mereka dengan ikhlas melaksanakan perintah ini demi kebaikan kehidupannya di dunia dan di akherat.

2. Disuruh oleh Orang Lain
Seseorang menggunakan hijab bisa jadi karena faktor disuruh oleh orang lain, seperti: orang tua, suami, pacar dan lain sebagainya. Dengan alasan keagamaan bahwa perempuan wajib menutup auratnya, maka orang-orang tersebut akan mempengaruhi orang lain agar sesegera mungkin untuk menggunakan hijab. Nah, orang-orang yang disuruh ini bisa jadi terpaksa menggunakan hijab atau pada akhirnya menerima dengan ikhlas.

3. Pengaruh Lingkungan
Di zaman sekarang, hijab sudah sangat memasyarakat dan membudaya. Semua orang di suatu lembaga sudah berhijab, kecuali yang nonmuslim. Demikian juga dengan para copet. Saat akan beraksi di lingkungan yang islami, maka mereka akan memakai pakaian muslimah tersebut. Hehehe... saya jadi teringat cerita film karya Dedi Mizwar, Alangkah lucunya Negeri ini. Begitulah, para copet ini mampu beradaptasi demi keberhasilan misinya.
Di sisi lain, dengan lingkungan yang sudah berpakaian muslimah seluruhnya, ada perasaan tak enak pada seseorang yang belum berhijab. Malu. Merasa terasing dan perasaan-perasaan lainnya. Sehingga mereka pada akhirnya menggunakan hijab secara terpaksa agar sesuai dengan lingkungan di sekitarnya.

Tanggung Jawab Berhijab
Berbeda dengan cara berpakaian pada umumnya. Kita menata cara berpakaian sedemikian rupa agar penampilan kita terlihat bagus dan menarik. Enak dipandang mata. Sedangkan dalam berhijab, selain alasan yang sama itu, ada hal lain. Kita adalah duta agama Islam. Pencitraan. Memakai hijab itu identik dengan orang Islam, maka berhijab itu adalah tanggung jawab kita sebagai muslimah. Jika cara berpakaiannya rapi dan sopan, maka kita bisa memunculkan aura yang positif. Sebaliknya, jika cara berhijab kita amburadul, maka mungkin orang lain akan mencibir.
Berhijab juga berarti kita melaksanakan ajaran agama Islam sebaik mungkin. Jika muslimah yang berhijab berperilaku buruk, maka orang akan memandang buruk pada kita. Namun, jika berperilaku baik, maka orang lain akan senang melihatnya. Selain itu, secara langsung ataupun tidak langsung, berhijab juga memberikan sinyal agar kita bisa melaksanakan aturan beragama sebaik mungkin. Masa sih yang berhijab tidak shalat dan puasa. Pasti orang lain akan melihatnya aneh. Mungkin juga memarahi kita. Atau menganggap kita kafir. Itulah tanggung jawab berhijab, ada satu tntutan secara tidak tertulis untuk melaksanakan ajaran agama sebaik mungkin. Namun, pada kenyataannya tak semudah membalikkan telapak tangan.

Rina Nose dan Berhijab


Kembali pada kasus Rina Nose. Kalau kita memahami uraian sebelumnya, mungkin kita bisa memiliki cara pandang khusus tentang masalah itu. Terserah padamu. Mau negatif atau positif. Mau menangis, tertawa atau memaki. Semua orang berhak berpendapat dan bersikap.
Yang jelas dari kasus ini, saya semakin meyakini prinsip bahwa hidup itu adalah sebuah pilihan. Mau memilih jalan yang benar atau salah. Mau ke surga atau neraka. Mau berhijab atau tidak. Semua itu tergantung pada diri kita sendiri. Apa dan bagaimana keyakinan kita pada sesuatu hal. Yang jelas, kita bisa belajar banyak tentang hidup dari artis Rina Nose ini. Bagaimana mengambil sebuah keputusan. Bagaimana dia menerima resikonya. Bagaimana kita meyakini ajaran agama. Bagaimana kita bisa istiqomah padaNya.

Yang penting adalah kita harus senantiasa berdoa, agar hidup kita tetap berada di jalan yang lurus selamanya, sampai akhir hayat kita. Begitu banyak godaan dunia yang menyilaukan. Begitu sering setan menyesatkan kita. Tak ada yang tahu akhir dari perjalanan hidup kita. Tak ada yang tahu, kapan waktunya kita menghadap Ilahi. Yang bisa kita lakukan hanyaalah berusaha sebaik mungkin agar hidup ini berkualitas. Membawa kebaikan untuk kehidupan dunia dan akherat.

Sumber gambar:


Sumber artikel
1.    Video wawancara eksklusif UCWeb dengan Rina Nose; https://c.uctalks.ucweb.com
2.    Pengalaman pribadi
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Bubur Merdeka: Let’s Eat Porridge In Old Hotel

  Hai every one, I will bring you to eat porridge in old hotel. Do you want to join me? Let’s go. We walk to Gatot Subroto road in Cimahi....