1/15/2023

Berbagi Praktik Baik: Implementasi Diferensiasi Dalam Menulis Cerpen

 

Halo sobat yayuarundina.com – Kurikulum Merdeka sudah mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran ini. Mungkin juga sejak tahun-tahun lalu, walau masih terbatas. Nah salah satu aspek dalam Kurikulum Merdeka adalah penerapan diferensiasi. Kali ini, saya bahas Implementasi Diferensiasi Dalam Menulis Cerpen.


diferensiasi ala yayu arundina
Bimbingan Menulis Cerpen

Sesuai dengan arti kata dalam bahasa Inggris, diferensiasi berarti pembedaan. Apa maksudnya? Jiwa Kurikulum Merdeka adalah memanusiakan hubungan, mengoptimalkan potensi siswa. Hal itu berarti bahwa proses pembelajaran didasarkan pada profil dan kebutuhan siswa. Termasuk perbedaan yang mereka miliki. Berbeda dalam minat, gaya belajar, ekonomi, lingkungan tempat ia tinggal dan lain sebagainya. Tak ada manusia yang sama, walau kembar sekalipun. Jadi implementasi diferensiasi dalam proses belajar merupakan sebuah keharusan. Termasuk implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen.

Diferensiasi dalam proses pembelajaran juga mengarah untuk mengakomodasi hal-hal yang berbeda-beda tersebut. Diferensiasi dalam proses belajar bisa berupa perbedaan gaya belajar, asesmen, tingkat kesulitan materi dan lainnya. Jadi, pembelajaran dalam satu kelas bisa berbeda satu dengan yang lainnya. Karena jumlah siswa per kelas di Indonesia lumayan banyak, jadi biasanya dikelompokkan. Termasuk juga dalam implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen.

Bu Resna, guru SMP 5 Cimahi menerapkan diferensiasi ini berdasarkan gaya belajar. Siswa dikelompokkan dalam gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Siswa yang memiliki gaya belajar visual menggunakan laptop. Siswa yang auditori menggunakan musik. Sedangkan siswa yang senang bergerak atau kinestetik diberikan games atau tantangan menyusun puzzle atau menempel jawaban di dinding kelas. Apakah hal ini bisa diterapkan dalam implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen?

Inner Journey Sebagai Gerbang Awal Implementasi Diferensiasi dalam Menulis Cerpen

Inner journey merupakan tahap awal dalam proses pembelajaran menulis cerpen. Siswa diajak untuk menyelami dirinya sendiri. Mereka harus menggali dan menemukan jati dirinya. Siapakah aku? Apa minat dan potensiku? Inilah dua pertanyaan pemantik yang bersifat terbuka. Dua pertanyaan dasar ini bisa dikembangkan dengan hal yang semakna. Contohnya:


pertanyaan pemantik inner journey
Pertanyaan pemantik

Mengapa harus ada Inner Journey? Seperti halnya dalam ESQ ala Ari Ginanjar, kita wajib menjelajah ke dalam diri kita sendiri. Banyak hal yang sering kali luput kita syukuri. Banyak hal yang menjadi bukti kebesaran Ilahi. Dengan Inner Journey, siswa diharapkan lebih mengenal segala potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan proses belajar, potensi dan minat itu bisa dikembangkan lebih baik lagi. Salah satunya melalui menulis cerpen. Sangat cocok mengimplementasikan diferensiasi dalam menulis cerpen.


inner journey ala yayu arundina
Beberapa Hasil Inner Journey

Inner Journey, Profil Siswa, Asesmen dan Menulis Cerpen

Implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen diawali dengan inner journey. Inner journey ini dilakukan untuk mengetahui profil siswa, khususnya minat dan potensi mereka. Minat ini akan digunakan dalam menentukan tema cerpen yang akan mereka buat. Dengan demikian, siswa tidak akan mengalami kesulitan menulis cerpen, karena yang diangkat sesuai dengan dunia mereka sendiri. Sesuai dengan keinginannya.

Jadi, inner journey bisa kita lakukan sebagai bagian dari asesmen formatif dan juga sumatif. Asesmen formatif berarti asesmen dalam proses pembelajaran. Contohnya penentuan tema cerpen yang sesuai dengan minat siswa. Bisa juga hasil inner journey ini dikembangkan untuk unsur cerpen lainnya. Misalnya, siswa waktu kecil pernah dikejar-kejar bebek sampai lari ketakutan. Pengalaman ini bisa dimasukkan menjadi satu adegan dalam cerpen. Sedangkan, asesmen sumatif nantinya berupa produk cerpen yang dibuat oleh siswa.

Implementasi Inner Journey dalam Menulis Cerpen

Inner journey ini dilakukan berupa dialog kritis. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik. Siswa merenungkan, mencari tahu, menggali dan mengungkapkan hasil penjelajahan terhadap dirinya sendiri. Who am I? Siapakah aku?

Informasi tahapan selengkapnya ada di sini! Aksi Nyata Kemdikbud.

Implementasi Diferensiasi dalam Menulis Cerpen

Selain mengetahui profil murid, inner journey juga menentukan media yang akan digunakan untuk menduniakan karya-karya siswa dalam menulis cerpen. Guru bisa menyimpulkan media yang cocok dan membuat kesepakatan pemakaian media tersebut dengan para siswa.

Inilah implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen. Diferensiasi dalam pemakaian media atau aplikasi. Para siswa memiliki media yang berbeda untuk menduniakan karyanya. Hal ini dilakukan berdasarkan profil kelas. Contohnya, di kelas 9H. Hasil inner journey ada yang berminat menjadi editor dan illustrator. Oleh karena itu, cerpen yang dibuat oleh kelas 9H nanti berupa antologi cerpen.

Di kelas 9J, media yang digunakan adalah blog. Yoshua menguasai bidang IT, sehingga ditantang untuk membuat sebuah blog kelas.  Akhirnya, terbentuklah blog 9 Journey Sewu BlogspotCom. Blog ini juga bisa digunakan oleh siswa yang lainnya. Blog ini diharapkan menjadi warisan berharga untuk siswa SMP Negeri 1 Cimahi angkatan berikutnya.

Di tiga kelas lainnya, -9G, 9I, dan 9K- media untuk menulis cerpen berdasarkan minat individu dan tawaran khusus. Pada umumnya, siswa menggunakan aplikasi Rakata untuk menulis cerpen. Penawaran ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan naskah pada penerbit Mizan dan keluarganya. Ini adalah sebuah peluang. Jadi, siswa yang bisa menulis dan ingin jadi penulis bisa menyambut kesempatan emas ini.

Selain aplikasi Rakata, beberapa siswa juga ada yang sudah memiliki akun di AU/ Twitter dan Wattpad. Mereka mengajak teman-teman lainnya untuk menulis menggunakan media sosial ini. Inilah implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen. Keragaman dalam pemakaian media penulisan cerpen. Perbedaan yang mengakomodasi minat dan keahlian para siswa.

Seain itu, hasil inner journey ini juga menghasilkan karya yang berbeda. Cerita pendeknya dalam bentuk lain, yaitu vlog, dan komik. Para siswa ini memiliki keinginan yang berbeda dengan yang lainnya. Mereka lebih senang dan lebih percaya diri dengan hal tersebut.  

Kendala Implementasi Inner Journey dalam Menulis Cerpen

Kendala utama yang dialami dalam implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen ini adalah keterbatasan waktu. Tak cukup untuk melakukan inner journey secara mendalam. Inner journey hanya dilakukan satu pertemuan. Berikutnya menuliskan hasil inner journey dan membuat rancangan cerpen.


Diferensiasi inner journey
Catatan Inner journey

Demikian juga dengan penulisan cerpen. Hanya dalam 3x pertemuan termasuk swasunting. Dan beberapa pertemuan untuk penulisan di beragam media. Ada yang bisa selesai tuntas ada yang belum.

Menulis merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang kompleks. Keahlian yang butuh waktu untuk bisa maksimal. Butuh jam terbang. Jika hanya sekali, rasanya akan banyak ketidakpuasan. Namun demikian, inilah proses belajar. Pengembangan keterampilan menulis bisa dilakukan secara mandiri oleh siswa.

Catatan Penting Implementasi Diferensiasi dalam Menulis Cerpen

Banyak catatan penting yang harus ditulis dalam proses implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen ini. Namun,  yang penting dari kegiatan ini ada 5 hal utama.

Pertama, mencoba melakukan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran yang berpihak pada siswa. Menulis cerpen sesuai dengan minat masing-masing.

Kedua, menerapkan konsep  diferensiasi sesuai dengan pemahaman pribadi dan kondisi siswa di lapangan.

Ketiga, siswa diajak kreatif untuk menulis cerpen dan harus berani, percaya diri menduniakan karya-karya mereka. Menjemput bola.

Keempat, lebih bersyukur atas karunia yang diberikan oleh Allah SWT dan lebih paham dengan dirinya sendiri. Ini menjadi momentum untuk bisa mengembangkan potensi, minat, dan kemampuan lain yang ada pada dirinya sendiri secara mandiri. Jangan biarkan potensimu mati tak berguna!

Kelima, siswa belajar bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan siap menerima segala konsekuensi yang terjadi.

Nah, sobat yayuarundina, demikianlah, praktik baik yang saya lakukan. Semga bisa bermanfaat, menginspirasi dan menjadi proses pembelajaran yang memasyarakat.

Salam guru-guru hebat

Sampai jumpa

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Finding Comfort and Style in Womenis Activewear

  To many women, the battle of feeling comfortable and purposeful in a gym, not just in everyday life, is that of dressing. Beyond all these...