Halo sobat yayuarundina.com,
apa kabar keuangan kita di tahun 2023 ini? Isu buruk tentang tahun 2023 membuat
kita harus mawas diri dalam budgeting. Pengaturan keuangan perlu diatur
sedemikian rupa agar perekonomian kita bisa tetap stabil. Siapa tahu, kita juga
bisa menapaki jejak seorang Warren Buffet. Oracle Of Omaha. Apa saja sih hal yang harus
diwaspadai? Yuk, kita bahas
Awas, Waspadai Anggaran Keuangan Jebol.
Cerdas Finansial ala Warren Buffet, Konglomerat Dunia
Awas, Waspadai Anggaran Keuangan Jebol
Datangnya
musibah virus Corona dan masa pandemi membukakan mataku tentang pentingnya
pengaturan keuangan. Pengaturan keuangan yang baik akan membawa keselamatan
roda perekonomian kita. Awas, waspadai anggaran keuangan jebol memang harus
dilakukan. Yuk, cerdas finansial!
Mengapa kita
perlu mewaspadai anggaran keuangan agar tak jebol? Hidup tanpa perhitungan dan
perencanaan keuangan yang baik akan membuat kita bertindak seenaknya. Menghabiskan uang tanpa hasil.
Boros. Mungkin istilah kerennya, kita belanja atas dasar keinginan atau nafsu,
bukan kebutuhan. Wajib lakukan cerdas fiansial!
5 Hal yang Sering Membuat Anggaran Jebol
Saat kita
menerima uang sebagai imbalan jasa atas pekerjaan profesional yang kita
lakukan, ada perasaan utuk menggunakan dan menghabiskan pendapatan tersebut.
Apalagi, gaji pertama kita. Merasa kita kaya, maka bisa berfoya-foya. Mulanya
hanya mencoba, tapi jadi ketagihan. Sakau. Bahaya itu, Sob! Miskin cerdas finansial.
Inilah 5 Hal
Faktor Penyebab Anggaran Jebol:
1.
Sifat Boros
2.
Berburu Diskon
3.
Belanja tanpa Rencana
4.
Sering Makan atau Jajan di Luar Rumah
5.
Nongkrong
Sekali-kali
nongkrong bersama teman, bolehlah. Menikmati café yang cozy, instagramable
dengan menu-menunya yang menggugah selera. Itu adalah kebutuhan. Kita perlu
bersosialisasi dan memanjakan diri. Menghargai hasil kerja keras kita.
Apresiasi diri. Namun, kalau budget-nya over dosis, wah itu mah harus stop!
Lebih baik puasa daripada menyesal nantinya.
Anggaran Pengeluaran Terbesarku
Berdasarkan
pengalaman dan pengamatanku sendiri, budgeting terbesarku adalah makan dan
jajan di luar rumah. Entahlah, aku hobi bangets icip-icip menu di luar rumah.
Sambil jalan-jalan, ini daftar wajibnya. Jajan di luar. Paling malas kalau
harus sibuk masak-masak dan bawa bekal untuk piknik. Hadeuuuuhhh, saat
jalan-jalan, badan pasti pegal-pegel, lesu dan ngantuk. Alhasil, tak bisa
menikmati acara jalan-jalan.
Jalan-jalan ke Melaka |
Jajan dan makan di luar rumah selalu jadi agenda wajibku. Penasaran juga dengan beragam menu khas yang ada di suatu daerah atau tempat makan. Kadang sukses, enak makanannya. Kadang juga kena zonk. Di Yogyakarta, untuk pertama kalinya, aku makan goreng belalang. Sebuah menu langka menurutku.
Di lain waktu
dan tempat, aku juga sering mencicipi menu baru yang tak kuketahui
asal-usulnya. Buta informasi. Sampai-sampai aku pernah icip menu kopi rasa
kamper. Ah, entah apa namanya, tapi memang rasanya seperti itu. Menurut
teman-temanku juga begitu.
Begitulah
kebiasaan jelekku. Jalan-jalan, jajan, dan makan di luar rumah. Awalnya sih
asyik-asyik aza. Happy. No problem.
Sampai suatu ketika, aku pergi bersama teman yang hanya suka jalan-jalan saja.
Bener-bener tak suka jajan dan makan di luar. Baginya itu pemborosan luar
biasa. “Lebih baik makan secukupnya di rumah. Lebih sehat dan terjamin!” Begitu
komentarnya. Otomatis, aku langsung masgul. Kesal, karena tak bisa menuntaskan
hobiku. Aku terdiam dengan mulut monyong.
Menyadari
kemarahanku dalam diam, akhirnya dia mengeluarkan ilmunya. Berbagi informasi
tentang cara-cara dia menghabiskan seluruh penghasilannya. Kemarahanku sedikit
berkurang berubah jadi sebuah kearifan baru. Namun, setelah itu, aku memaksanya
jajan dengan sejuta alasan. Deal-deal-an.
Itulah awal aku bisa mengurangi jajan di luar.
Pentingnya Penerapan Prioritas Anggaran Ala Pakar Keuangan
Jika kita
menghabiskan semua pendapatan kita dengan sia-sia, bagaimana masa tua kita
nanti? Akankah bisa hidup tanpa bekerja? Bagaimana jika sakit? Atau seperti pandemi,
banyak PHK yang terjadi tanpa diduga. Anak istri harus puasa karena kita tak
punya penghasilan. Sungguh memprihatinkan!
Tak ada bukti
nyata hasil keringat kita. Semuanya habis di perut dan akhirnya menjadi sampah.
Inilah yang tak pernah melintas di otakku. Aku mulai membandingkan diriku
dengan dirinya. Temanku itu bisa membawa motor dan mobil saat bekerja secara
bergantian. Kebetulan jarak rumahnya pun butuh itu. Bisa memakai baju-baju
bagus. Punya tabungan. Bisa beli emas dan lain sebagainya. Penjelasannya itu
membuatku skakmat. Mati kutu.
Rasanya semua
selera makanku jadi hilang. Berubah ingin seperti dia. Lebih bijak dalam mengatur
anggaran keuangan. Setelah mempelajari pengaturan keuangan dari beragam pakar
dan media, baik langsung ataupun tidak langsung, akhirnya menuju pada satu
titik: Budgeting Penting!
Yup, ada tata
cara yang bijak dalam pengaturan keuangan atau finansial kita. Ada rumusnya.
1.
Konsumsi maksimal 60%
2.
Tabungan dan Investasi 10 %
3.
Utang 20%
4.
Sosial 10%
Satu lagi hal
penting lainnya adalah, kita wajib menghindari utang, karena ini akan jadi
beban finansial kita yang tak berkesudahan. Bisa jadi beban seumur hidup.
Upayakan selalu melakukan pembelian secara tunai atau cash. “Lebih baik nabung
saja dulu! Utang hanya boleh untuk hal yang produktif, seperti beli rumah!” Selain
itu, NO. Lebih bagus lagi hidup tanpa
utang! Berutang sama dengan hidup berdampingan bersama pemeras!
Selain itu, kita
juga harus menyisihkan pendapatan untuk DANA DARURAT. Ini jadi pengeluaran
penting kelima. Dana yang bisa kita pakai saat kondisi darurat seperti pandemi kemarin.
Hidup itu tak bisa diprediksi. Tak ada yang tahu, peristiwa yang akan terjadi
besok. Menurut keuangan ala Fintech, jika kita memakai dana darurat, wajib
diganti lagi agar jumlahnya sama atau bertambah. Ini sangat penting bagi freelancer. Menurutku
juga penting bagi semua profesi. Dana darurat itu jadi dana abadi kita. Minimal
budget-nya 10% dari pengeluaran kita.
Kaya dengan Budgeting Cerdas
Menjadi manusia
yang kaya raya itu cita-cita banyak orang. Namun, tak semua orang bisa
meraihnya. Salah satu kunci suksesnya ada pada budgeting. Pengaturan keuangan.
Kecerdasan finansial menjadi sebuah skill penting di abad ini demi meraih
kebebasan finansial. Literasi keuangan memang wajib dilakukan.
Selain penataan
keuangan seperti para pakar, dalam tayangan Youtube Succes Before 30, ada cara lain untuk melipatgandakan uang dengan
cara halal. Bukan judi. Bukan pencucian uang. Caranya adalah usaha. Jadikan
sebagian pendapatan kita menjadi modal usaha. Jadi dropshipper, reseller, atau
buka usaha lainnya. Pelajari target marketing dan segala seluk beluknya, hingga
usaha itu berjalan sukses. Ini yang dinamakan uang bekerja untuk kita.
Jika uang sudah
bekerja untuk kita, maka kebebasan finansial ada dalam genggaman.
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Memang benar adanya. Warren
Buffet, salah seorang konglomerat dunia telah membuktikannya. Dulu, ia secara
rutin, membeli saham Coca Cola dengan harga $1 saja. Kini, setelah perjuangan
kerasnya itu, ia bisa memetik hasilnya.
Nah,
sobat yayuarundina.com, bisakah
kita seperti itu? Maukan? Tentu saja. 100% pasti mau. Oleh karena itu, mari
kita mulai langkah-langkah cerdas finansial. Utamakan literasi finansial
daripada boros. Mari kita, persiapkan finansial masa depan untuk kebahagiaan
hakiki!
Selamat menata
keuangan sebijak mungkin!
Sampai jumpa
Salam literasi
Sumber Gambar:
https://student-activity.binus.ac.id/financeclub/2021/12/kenalan-sama-warren-buffett/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar